Sunday, June 11, 2006

TTM dan HTS


HTS (Hubungan Tanpa Status) dan atau TTM (Teman Tapi Mesra) sering ditemukan di kalangan orang muda, terutama anak – anak SMP, SMA, bahkan mahasiswa. Ada yang ke mana – mana tampak bersama – sama : jalan di mall, nonton, main bowling, atau menemani datang ke pesta teman. Hal ini bisa berlangsung berbulan – bulan. Karena bagi mereka, daripada ke mana – mana sendiri, dan tidak ada teman yang menemani, lebih baik menjalani HTS. Sekalipun setelah bersama – sama sekian lama, tak dapat dipungkiri bisa jadi ada kedekatan dan keterlibatan emosional yang sulit untuk dikendalikan. Pada fase ini, bisa jadi salah satu pihak mulai menginginkan hubungan yang lebih pasti sifatnya, dan berharap lebih jauh untuk menjadikan TTM mereka sebagai pacar. Di sinilah dimulai ‘sentilan – sentilan’ yang mengarah ke sana. Apabila salah satu pihak tak juga mengerti (atau pura – pura tak mengerti !!) yang diharapkan oleh pihak lainnya, bisa jadi scenario berlanjut ke ‘penembakan’ ke pihak lainnya, untuk mengutarakan perasaan,..seperti di salah satu reality show TV. Patut dihargai keberanian salah satu pihak untuk mengutarakan perasaannya, daripada tak berani mengutarakannya dan menyesal seumur hidup, karena teman kita tak pernah tahu perasaan kita, dan ia keburu berpacaran dengan orang lain.

Sayangnya jawaban yang didapat bisa saja : si TTM ini asyik untuk dijadikan teman curhat, sahabat, tetapi tidak untuk dijadikan kekasih. Karena mereka memiliki kriteria yang berbeda. Naah, akhir penolakan untuk dijadikan pacar ini tak selalu happy ending. Karena penolakan ini kadang justru dapat merusakkan persahabatan yang terjalin, karena sulit untuk tetap menjalin persahabatan tanpa timbul keinginan berpacaran.

Selain itu ada juga TTM varian baru., yaitu TTM antar pria wanita dewasa, bisa jadi ke-2nya masih lajang, tetapi salah satunya (umumnya : pria) masih enggan berkomitmen menjadi pacar, dan lebih memilih seperti burung, terbang sana terbang sini, bisa hinggap ke mana hati berkehendak, sehingga untuk menenangkan hati si wanita, ia katakan TTM saja.

Dan lainnya adalah : salah satunya sudah berumahtangga, dan wanita atau pria yang berumahtangga ini memiliki pasangan hidup yang (kebetulan!) memiliki minat jauh berbeda dengannya, sehingga untuk menyalurkan minat salah satu pihak, suami atau istri perlu mencari TTM yang memiliki minat sama. Misal : sang suami super sibuk dan tak suka dugem dan shopping, sementara istrinya justru suka kegiatan satu ini. Maka, untuk mengisi ‘gap’ ini, si istri mencari TTM yang gemar diajak berdugem dan shopping ria. Jika TTM ini dalam konteks persahabatan dan atas dasar kebutuhan emosional, tetapi tak melibatkan ‘gairah’ dan ‘hasrat seksual’, masih bisa ditolerir, karena akan jauh dari perselingkuhan. Tetapi bila ternyata TTM ini sudah melibatkan ke-2 hal yang disebutkan belakangan tadi, maka perlu diwaspadai, karena akan menjadi awal perselingkuhan !!!

Bisa juga terjadi versi lainnya, sebenarnya pasangan ini saling cinta, tetapi karena salah satu pihak sudah berumahtangga (baca : biasanya pria) maka untuk mengalihkan bentuk hubungan tsb menjadi sesuatu yang di’legal’kan secara moral, maka mereka gunakan istilah TTM. Hubungan yang awalnya berkembang dari rasa ‘suka’ yang berdasar ikatan emosional ini, rentan berkembang menjadi perselingkuhan.

Solusi untuk menghindari TTM, bagi pasangan suami istri :: berusahalah mengerti minat pasangan kita, menyukainya, sehingga akhirnya dapat menikmati minat dan kegiatan tsb bersama-sama. Dengan itu, dapat menghilangkan peluang pasangan kita menjadi dekat dengan orang lain yang berlawanan jenis,..apapun juga alasannya.

BNI, 11 Juni 2006
21.30

No comments: