Thursday, June 22, 2006

ISTI (Ikatan Suami Takut Istri) : sebuah pembelajaran pentingnya kepercayaan terhadap pasangan hidup


Ada salah satu teman kantorku yang membuat aku jadi jengkel karena sikapnya yang kelewat ISTI !!! Jangan – jangan dia sudah diwisuda sebagai anggota seumur hidup ISTI,.dan malahan jadi ketua umumnya !!

Bermula dari rencana teman – teman untuk berwisata 2 hari 1 malam ke kepulauan Seribu, yang langsung disambut dengan nada menolak dari temanku, si abang terkeren di kantor !!
Ketika ditanya kenapa ia tak bisa ikut, ternyata jawabannya amat mengagetkan !! Karena ia tak dapat exit permit dari istrinya, yang tak membolehkan ia berwisata dengan menginap –tanpa keluarga-. Betapapun jika yang mengajaknya bepergian itu adalah teman – temannya satu kantor, yang sudah amat dikenal, dan tak ada kemungkinan terjadi selingkuh (Biar ia orang paling cakep sekantor,..tapi kita, teman – teman wanitanya mati rasa padanya !!! Juga bukan cuma mati rasa pada si abang keren ini saja !! Tapi juga mati rasa ke semua teman pria di kantor !! Sudah mblenger dan gak bakal jadi ‘witing trisno jalaran saka ngglibet’ !! Hubungan kita sudah seperti hubungan persaudaraan saja!! Selain itu, aku masih teringat rule no.1 yang disampaikan temanku yang bekerja di dunia perhotelan, yang mengatakan bahwa jangan pernah terlibat skandal dan affair dengan karyawan atau teman kantor !!! Cuma merusak reputasi saja dan jadi bahan gosip satu kantor dari Sabang sampai Merauke !! hahaha . Jadi, jika ingin ‘aman’, jalinlah hubungan dengan orang di luar tempat bekerja,..hehe ).
Wah,.kita jadi tercengang !! Padahal si abang ini bekerja sebagai regional auditor yang bisa jadi bertugas seminggu atau 2 minggu ke negara lain. Mengapa jika atas nama pekerjaan yang jadwal selesainya bisa mundur – yang tak ada surat tugasnya, karena sudah menjadi sesuatu yang rutin -, ia diijinkan bulat – bulat ? Padahal yang namanya selingkuh atau kencan bisa terjadi di mana saja – tak usah menunggu wisata 2 hari 1 malam bersama teman – teman - . Dalam waktu istirahat siang yang cuma 1 jam saja bisa terjadi BBS (bobo’ – bobo’ siang) atau SDL (sex during lunch). Apalagi jika perjalanan dinas yang berminggu – minggu ??? Tak berarti suami di depan mata kita, lalu merasa aman.
Semua itu tergantung komitmen, hati nurani dan niat kita.

Aku merasa sedih saja melihat temanku satu ini, yang baik, alim, tetapi tak mendapat ‘trust’ dari istrinya. Bagaimana pula jika istri si abang menjadi istri sahabatku, yang bisa saja ke mana – mana berdua bersamaku : makan siang bareng, ke luar negeri bareng, diskusi pekerjaan hingga malam, dsb. Dan tokh tak terjadi apa – apa ????
Alangkah menyedihkannya bila kita tak dipercaya dan dicemburui (bukan cemburu buta ya,...cemburu tuh pasti cemburu ‘melek’..supaya tahu dengan siapa pasangan kita bercakap – cakap di HP, menerima email dari siapa saja, dsb) oleh pasangan hidup kita.
Dan semua tak berhenti sampai di situ saja : semua email yang masuk, akan dicheck oleh istrinya. Jika email pekerjaan, tak apa. Jika di luar itu,...wallahu alam bissawab
Aku tak bisa membayangkan apakah semua incoming calls di HP juga akan dicek ?? Lalu bagaimana dengan SMS ? Kalau SMS sih mudah,.tinggal delete saja begitu masuk. Dan agar tak curiga, semua no. HP teman wanitanya jangan disimpan di contact list. Semua nomor HP, mesti diingat di benak kita, atau harus membawa kertas daftar no HP teman – teman, agar pada saat perlu dihubungi, dapat menelponnya.

Juga saat wisata bersama dan kita berfoto beramai – ramai,..aku tak tahu apakah foto bersama itu juga akan menimbulkan tanya si istri – siapa saja teman wanita di kantor, yang ini statusnya bagaimana, dst dst -

Juga yang ajaib, jok kursi yang ada di mobil si abang ini sudah distel mengikuti ukuran istrinya. Naah repotnya, jika ada teman wanitanya nebeng pulang bareng, dan kemudian jok ini disesuaikan dengan ukuran badan teman wanitanya,…maka kehebohan segera terjadi sesudahnya , karena si istri akan menengarai perubahan yang terjadi, dan akan menanyakan suaminya : pergi dengan siapa tadi, dsb dsb. Untuk menghindari ‘interogasi’, si abang akan segera mengembalikan jok kursi ke posisi semula.

Yang lucu ada salah satu teman wanita, yang tidak mengadjust jok kursinya, tetapi meninggalkan bau parfum yang cukup kencang di dalam mobil. Si abang juga akan diinterogasi !!

Bagaimana pula jika si abang ini bekerja di bagian seperti sales atau marketing yang mewajibkannya untuk bertemu dengan sekian banyak orang yang berbeda – beda, menjamu kliennya, mengajak dugem, pulang larut malam agar project bisa gol, dsb,…waaah tak terbayangkan hebohnya. Pasti dibutuhkan pengertian dan toleransi yang tinggi dari pasangannya. Bahwa apa yang dijalani oleh suaminya, bukanlah enjoy the life style dari dunia malam,…melainkan semata karena tuntutan pekerjaan !!

Teman – temanku mengompori dan memanas – manasi si abang dengan mengatakan, siapa yang bisa menjamin si istri tak berbuat apa – apa yang menyimpang, selama ditinggal bekerja dari pagi hingga malam ? Waah kasihan si abang yang tak mampu berkata – kata. Tetapi segera kubela dengan mengatakan, si abang memilih istrinya setelah melewati ‘fit and proper test’,..sehingga dijamin si istri akan ‘baik – baik’ saja dan ‘setia’ padanya !!

Sampai sahabatku – sesama pria – mengajukan pertanyaan telak kepada si abang keren ini : kejadian masa lalu apa yang memicu istri si abang sampai demikian tak percayanya pada si abang, hingga tak mengijikannya menginap jika tak bersama keluarga ? Demikian obsesifnyakah si istri ?? Dan aneh juga jika temanku ini mengikuti begitu saja kemauan si istri, karena mungkin ia malas berdebat dengan istrinya, dan cenderung memilih diam untuk menghindari konflik. Atas nama cinta, jika si istri memiliki cinta yang sedemikian besar karena takut kehilangaan suaminya yang tampan, tak selayaknyalah jika ia ingin ‘memiliki dan mengikat’ suaminya dengan cara demikian. Karena biasanya, semakin seseorang dikekang,..akan semakin kuat keinginannya memberontak !!

Aku jadi teringat seorang temanku yang juga anggota ISTI. Yang menjengkelkanku adalah, ia tak berani menyimpan nomor HPku. Dengan kata lain, nomor HPku sudah dihafalnya luar kepala. Jika mengirim SMS,...pasti ketika ia sedang tugas ke luar negeri dan jauh dari keluarganya. Yang menjengkelkan aku,...jika ia menelponku, pasti ia lakukan sembunyi – sembunyi di belakang istrinya..., yaitu jika ia sedang tidak di rumah !! Jika ia chatting,...itu hanya berani dilakukannya ketika di kantor,..dan tidak ketika ia di rumah.
Padahal makhluk hidup kan tetap perlu bersosialisasi dengan orang lain, sekalipun itu lawan jenis. Kenapan mesti takut chatting, jika memang hanya sekedar pertemanan ???
Ia menghadapi problem yang sama : ia malas berargumentasi dengan istrinya yang bisa menanyakan macam –macam. Karenanya ia memilih menghindar dari hal – hal yang menyebabkan interogasi berkepanjangan.
Istrinya juga tipe yang mudah cemburu dan posesif.

Jadi kusampaikan padanya, jika ia mencintai keluarganya – anak – anak dan istrinya -, maka terimalah istrinya sebagai apa adanya, sebagai satu paket kehidupan berkeluarga, dan jangan terus berkeluh kesah tanpa tahu jalan keluarnya !!

Tak adil jika ia mengeluhkan kekurangan istrinya padaku,...padahal banyak kebahagiaan yang ia dapatkan dari sana. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Aku selalu mensupportnya untuk menganggap keluarganya adalah anugerah tak ternilai yang harus ia pertahankan,..sumber kebahagiaannya !!

BNI, 22 Juni 2006
07.10 am

No comments: