Sunday, November 20, 2005

HUJAN




Hujan semakin kencang dan deras tercurah…
Membasahi jalanan depan rumahku..
Meliuk – liukkan rumpun batang teratai airku
hingga bergoyang lemah ke kiri kanan…..
Mengetuk – ngetuk jendela kaca kamarku
lewat butir – butir air yang terus menetes..
Mengirim aroma segar dari tanah basah dan rumput
yang kuhirup dalam – dalam dengan penuh kecintaan

Hujan mengguyurkan curahan kenangan di setapak masa lalu :
menderaskan rinduku padamu…

BNI, 20 Nov 2005
15.10

SEBERMULA ADALAH KATA

Sebermula adalah kata :
Yang membuka sapa antar dua anak manusia
di tingkah hiruk lengking suara kereta
di senja basah stasiun Gambir..
melunakkan kekakuan dan kebisuan..
hingga berakhir pada ajakan bertukar alamat dan nomor telpon

Sebermula adalah kata :
Menjadi pedang tajam pertikaian antar dua anak manusia
Yang satu menorehkan kata – kata tajam bak sembilu,
Kar’na kepercayaannya ternodai oleh pengkhianatan dan dusta…
Yang lain menjadi demikian murkanya karena harga dirinya terlukai
oleh kata – kata tajam :
Ia harus lakukan pertahanan diri , tak peduli salah atau benar

Sebermula adalah kata :
Ketika umpatan, rasa iri, dendam, marah, dan kecewa
demikian bertumpuk dalam diri
hingga hilangkan akal waras kita…
Kar’na manusia mesti belajar memaafkan dan melupakan,
maka ucapan ‘maafkan aku’ yang keluar dari hati yang terdalam
terasa seperti embun penyejuk…..


BNI, 20 Nov 2005
15.00

Saturday, November 19, 2005

AKU INGIN....




Aku ingin
menjadi bintang yang berpendar menerangi gelap malammu…
membawamu ke terang hati… .

Aku ingin
menjadi mata air tempat kau membasuh keruh hati
dan mereguk jernih kasih …

Aku ingin
menjadi kaca bening tempat kau bercermin
temukan dirimu yang sejati…

Aku ingin
menjadi dawai kecapi tempat kau dentingkan nyanyian cinta
hingga swaranya terdengar jauh di ketinggian awan :
awal semua kisah kita bermula….

BNI, 19 Nov 2005
18.30

Betapa kau ingin melihatku bahagia


Apakah kautahu lewat mataku yang kelam,
dengan airmata merebak di antara bola mata
yang coba kusembunyikan dalam kerjapan bulu mata :
kutemukan bahagia ?

Apakah kautengarai lewat sapa basa – basi
dalam murung dan diamku, di tengah dingin sambutanmu :
kutemukan bahagia ?

Apakah kaupeduli pada mimpi di malam – malam panjang
yang membuatku terjaga dengan sengal dan keringat dingin,
menyisakan resah dan cemas tak bertepi :
kutemukan bahagia ?

Apakah kausadari :
semakin kau ingin melihatku bahagia,
semakin menyiksa dan memenjarakanku
dalam pura – pura yang sakit :
sementara duka tak henti berdesah dalam warna kelabu,
tak juga bisa padamkan rinduku padamu…


BNI – 19 Nov 2005
07.30 am

terima kasih untukmu yang selalu ingin melihatku bahagia….
(kar’na bahagia sejati ada dalam diri kita, saat kita bisa berdamai dengan diri kita…)

ESOK ADALAH HARI YANG PANJANG


Simpati bagi korban PHK di Indonesia yang tak sempat menjerit pilu…

Anakku,
Ini hadiah terakhir untukmu :
mainan yang Bapak belikan di pasar kaget depan pabrik
Sebagai bukti sayangku padamu…
Esok bapak tak perlu lagi bergegas berangkat kerja ke pabrik :
Menyeruput kopi dalam ketergesaan ditemani sepotong singkong goreng
Kar’na esok adalah hari yang lain…
Hari yang teramat panjang bagi bapakmu…
Hari di mana bapak akan memulai lembaran baru
dalam sejarah hidup bapak : menjadi seorang penganggur
dan menambah deretan jumlah penganggur di Indonesia, menjadi
tigapuluh juta satu …
Hari yang akan mengawali perjalanan panjang bapak,
Memasukkan lowongan pekerjaan dari satu pabrik ke pabrik lain
Sepanjang jalan raya Cikupa…
Esok di mana bapak tak lagi bisa membelikanmu susu,
kar’na pesangon bapak hanya cukup untuk bertahan hidup dua bulan.
Esok di mana bapak mesti mengusir impian
‘tuk melihatmu bersekolah hingga jadi sarjana…
Esok di mana tak lagi ada seuntai cemas, rengekan bocah,
rentetan duka dan kilatan air mata yang tersisa…..
selain rontokan asa yang menggumpal , menyekat tanya di ujung
pergumulan batin :
“Ya Rabbi, salahkah menjadi orang kecil seperti kami,
yang tak kuasa melawan tirani kekuasaan?”


Siapa tahu kelak aku akan jadi salah satu bagian dari mereka


BNI – 19 Nov 2005
06.55 am

Thursday, November 17, 2005

SANG KELANA


Akulah sang kelana :
Meretas angan, mengolah hidup, memaknai hari – hari yang lewat..
Melalui pengembaraan panjang dan meletihkan,
Singgah dari satu dermaga ke dermaga lain,
Tanpa sempat redakan penat hati dan hilangkan dahaga kasih
Coba menepis sepi yang menyergap,
hingga tiba ke tubir jurang kerinduan :
rinduku pada seseorang
janganlah menutup rinduku yang abadi padaMu….

ruas jalan tol – Jakarta, 17 Nov 2005
07.40 am

Tuesday, November 15, 2005

TUNGGULAH AKU DI SINI !


Tunggulah aku di sini,
di titian senja temaram !
serumu dalam gamang dan galau…

Ingin kueja ulang kata – katamu,
‘tuk pastikan kau menyeru dalam sadar…

(Bukankah yang pasti adalah ketakpastian itu sendiri :
Selaksa kemungkinan membayangi pesanmu..
Sejak panas matahari membakar ubun – ubun kita,
hingga rona merahnya lenyap di barat..)

Sekarang usia memburu kita…
Membuatku sadar akan hidup yang tak fana,
Menyisakan tanya :
mengapa kaujerat hidupku dalam penjara kenangan tentangmu ?


BNI – 15 Nov 2005
18.40

Monday, November 14, 2005

LUKA



Aku terperangkap dalam bayang – bayang luka ….
Saat kusadari betapa kenangan tentangmu
menikam dalam ulu hatiku….
Torehkan pedih,.. perih,… ngilu…

Luka itu menyisakan derita terhimpit duka…
Memaksaku tak berdaya menepis luapan rindu padamu
yang coba kucari di sela bisik angin malam, rinai hujan, dan denting kecapi …

Luka itu makin menganga,
Semburatkan rindu memerahi hati, menjemba angan…
Saat sunyi membayang di mataku…

BNI, 14 Nov 2005
08.30 pm
buat yang pernah merasakan dan dirasakan : terlalu indah untuk menjadi kenyataan

Saturday, November 12, 2005

121105 : lintasan kejadian

Bersama anakku, aku pergi ke TB Gramedia. Ia tiba – tiba ingin membeli ‘The da Vinci Code’, tetapi kularang…, karena takut terlalu berat untuk anak seusianya. Akhirnya ia memilih novel teenlit yang kulihat memiliki bahasa tulis yang baik.

Dari sana , aku memutuskan untuk mencari buku – buku puisi Sapardi Djoko Damono, yang kukagumi karena kemampuannya untuk menggambarkan secara amat detil suatu peristiwa kecil dan sederhana – yang cenderung terabaikan oleh kita - , sehingga menjadi suatu peristiwa besar dan begitu menyentuh perasaan. Kekuatan puisinya adalah kesederhanaan kata – kata dan pemilihan kata – kata secara tepat.
Aku sedih melihat kenyataan bahwa tak satupun buku – buku puisinya tersedia di Gramedia : seorang petugas mengatakan ada bukunya yang ditarik karena kurang laku. Padahal kuingin menambah koleksi buku puisinya, di luar “Dukamu Abadi” kumpulan puisi pertamanya di tahun 1968, dan “Perahu Kertas” , kumpulan puisi terbitan 1982, yang kukoleksi ketika aku masih kuliah 20 tahun yang lalu.

Akhirnya, aku sengaja tak memilih buku – buku manajemen, melainkan buku – buku kritik sosial yang disampaikan secara ‘main – main ‘ dan ringan oleh Umar Kayam dan Mohamad Sobary, yang artikelnya di Tajuk Minggu Kompas, selalu kuikuti, karena mengandung nilai reliji yang dalam, selain keberpihakannya kepada orang kecil.

Jumlah buku yang kubeli : 5 buku tebal, melawan pakem yang selama ini berlaku : lebih baik membeli satu per satu, agar sempat kau resapi isinya dengan sepenuh hati, sebelum kau berpindah ke buku lainnya (karena membeli dan membaca secara berlebihan pada saat bersamaan akan menghilangkan keindahan dari isi buku itu sendiri !! Sama seperti saat kau menyewa DVD film : 5 hari sehari, dan kau dikejar target pengembalian tepat waktu, maka kau akan berusaha untuk menontonnya dengan cara apa saja : men-skip bagian tertentu dari cerita, menonton sambil melakukan aktifitas lainnya pada saat bersamaan : makan, memasak, dsb sehingga menghilangkan fokus pada kisah film itu sendiri !!) .
Selain itu aku juga membeli buku kumpulan puisi dr. Handrawan Nadesul, yang lebih terkenal karena artikel kedokteran dan humanismenya, yang ternyata trampil membuat puisi yang begitu menyentuh…

Bagiku, buku telah menjadi santapan rohani bagiku, terutama saat aku sedang dalam tekanan pekerjaan, dan membutuhkan sesuatu untuk melepaskan diri dari semua tekanan…

Sama pentingnya seperti keinginan untuk menghabiskan akhir pekan dan menghilangkan penat dan suntuk di Bali sendiri…., tanpa perlu memikirkan tenggat waktu, dan beban kerja….

Setiap orang memerlukan oase, di mana ia bisa mereguk air di tengah kehausannya akan pencarian makna diri yang sejati….

BNI – Jakarta, 121105 : 09.00 malam

Wednesday, November 09, 2005

KIAT BERHEMAT


Ini adalah seruan yang tepat untuk situasi saat ini , di mana kita harus pandai - pandai berhemat jika tak ingin besar pasak daripada tiang.

KEBUTUHAN SEHARI – HARI :
1. Beralihlah dari kopi atau teh instant ke kopi tubruk atau teh serbuk. Jangan buang ampas teh, karena dapat digunakan mengompres mata yang lelah.
2. Gunakan refill untuk segala keperluan sehari – hari : dari minyak goreng , susu bubuk, pembersih lantai hingga kecap refill.
3. Beralihlah dari body foam bottle ke refill. Jika masih mahal, gunakan bar soap.
4. Beralihlah dari shampoo yang berbeda – beda untuk masing – masing anggota keluarga, menjadi satu shampoo untuk seluruh anggota keluarga. Jika ada shampoo refill, pilihlah !! (sayangnya hingga saat ini belum ada)
5. Pilihlah produk multi fungsi , misal : detergent yang juga berfungsi sebagai softener dan pewangi, sehingga lebih hemat dibanding membeli secara terpisah.
6. Jika tak bisa lepas dari air con, gunakan 1 aircon untuk 2 kamar .
7. Beralihlah dari beras Thai ke beras lokal.

FASHION - APPAREL :
8. Beralihlah dari belanja fashion items di dept store ke ITC atau Tanah Abang.
9. Lebih baik memilih model pakaian dan sepatu klasik yang tahan dipakai bertahun – tahun, dibanding yang terlalu trendy yang hanya dapat digunakan seumur jagung.
10. Untuk memberi kesan ‘baru’ dari koleksi pakaian anda, tak harus membeli pakaian baru. Cukup tambahkan aksesori seperti scarf, pashmina, kalung, atau ikat pinggang untuk memberi sentuhan akhir yang berbeda

KESEHATAN :
11. Untuk sakit ringan, gunakan obat generik sebagai pengganti obat paten. Atau cobalah meminum jamu yang tidak mengandung bahan kimia sintetis
12. Jika dana kesehatan terbatas, berobatlah ke Puskesmas atau tak ada salahnya mencoba pengobatan alternatif seperti pijat refleksi atau terapi ‘slentik’.
13. Jika ingin mencegah, rajinlah berolahraga dan pertahankan gaya hidup sehat : tidak merokok dan tidak minum minuman keras
14. Jika sampai memerlukan rawat inap dan tindakan, rajin – rajinlah membandingkan tarif satu RS dengan RS lainnya. Ada yang murah di kelas perawatannya, tetapi mahal tindakan dan laboratoriumnya, dan sebaliknya.
15. Rajinlah membuat juice buah segar dan makan sayuran, sebagai pengganti food supplement yang relatif berharga lebih mahal.

ENTERTAINMENT, INFORMATION & DINE - OUT :
16. Kurangi frekuensi makan di luar bersama keluarga. Sebagai penggantinya, buat acara masak bersama keluarga di rumah. Selain mengurangi resiko terpapar makanan yang kaya MSG, pewarna dan pengawet, juga dapat meningkatkan keakraban dan keharmonisan keluarga
17. Jika bepergian ke tempat belanja, biasakan perut anda dalam keadaan kenyang, sehingga tak perlu jajan.
18. Biasakan menyediakan aqua di mobil anda, sehingga setiap kali kehausan, kita tak perlu berhenti di pinggir jalan untuk membeli sebotol aqua.
19. Jika ingin membeli VCD atau DVD film, yakinkan bahwa saudara kita yang tinggal berdekatan, belum memilikinya. Jika tidak, lebih baik meminjamnya.
20. Jika tak ingin kehilangan informasi aktual, berlangganan koran atau majalah secara patungan dengan teman kantor atau saudara yang tinggal satu kompleks perumahan.
21. Jika ingin menggunakan internet, akses lewat warnet, karena jauh lebih murah dibanding dial – up di rumah. Jika frekuensi dan lama pemakaian tinggi, pilihlah broad band internet dengan akses tak terbatas, 24 jam sehari dengan fixed rate subscription.
22. Ajarkan anak untuk tukar menukar koleksi bacaannya dengan temannya,sehingga bisa menghemat pengeluaran belanja buku. Syukur – syukur jika di dkeat rumah ada persewaan buku di mana kita bisa menyewanya.
23. Pilih olahraga murah : berjalan kaki, sebagai pengganti ke gym

TRANSPORTATION :
24. Suami istri yang biasa pulang sendiri – sendiri, jika jarak memungkinkan, gunakan satu mobil, sehingga pasangan dapat berangkat dan pulang bersama. Hal ini akan meningkatkan frekuensi komunikasi dan keakraban suami istri.
25. Pergilah bersama – sama dengan rekan kerja satu jurusan, misal : jurusan Bekasi. Sehingga bisa menghemat biaya dan mengurangi polusi. Untuk menghindari perasaan tak enak karena nebeng terus, maka bisa juga kita patungan membayar bensin dan tol secara bergantian.

UTILITY : WATER & ELECTRICITY :
26. Ajarkan anak untuk tak perlu meletakkan celana jins yang baru dipakai sekali, ke tempat cucian.
27. Ajarkan anak untuk tak menyalakan air saat menggosok gigi dan menyabuni badan, kecuali saat berkumur dan membilas badan

SELF DEVELOPMENT :
28. Evaluasi ulang, kursus yang diikuti oleh anak – anak anda dan anda. Mana yang benar – benar diperlukan untuk menunjang masa depan, dan mana yang ‘nice to join’.

PAMPERING MYSELF :
29.Pilihlah salon yang menawarkan potong rambut, creambath, pijat dan lulur, dengan tarif yang lebih murah. Lebih murah tak berarti lebih buruk kualitasnya. Jika kita langsung pulang ke rumah setelah dicreambath, kita bisa meminta rambut kita tak perlu diblow dan cukup dikeringkan saja. Ini bisa menghemat ongkos RP 15,000
30. Pilih layanan ‘basic’. Lulur aromatherapy bisa lebih mahal Rp 15,000 dibanding lulur dengan ramuan tradisional. Demikian pula creambath buah – buahan lebih murah dibanding dengan merk paten. Pilihan basic ini tak mengurangi kualitas pijatan di kulit kepala dan tubuh anda !!
31. Kurangi frekuensi memanjakan diri, dari 2x sebulan, menjadi sekali sebulan. Jika perlu, belilah cream untuk creambath dan lulur, dan lakukan sendiri di rumah. Untuk pijat, gunakan jasa anak anda untuk memijat, sekalipun hasilnya tak sama, tetapi akan menambah keakraban dan kehangatan keluarga !!

MONEY SPENDING HABIT :
32. Terapkan prinsip ‘Just In Time’. Beli bahan makanan sesuai yang kita butuhkan. Jangan menimbun bahan makanan di kulkas. Semakin banyak timbunan makanan, maka kita akan cenderung membuang makanan lama yang kadang bahkan kita sudah lupa kalau masih tersisa di kulkas, atau ketika kita menyadarinya, ternyata sudah kadaluwarsa.
33. Jika bepergian ke tempat belanja, biasakan perut anda dalam keadaan kenyang, sehingga tak perlu jajan.
34. Hindari mampir ke suatu tempat, dalam perjalanan pulang kantor. Sehingga mengurangi kemungkinan tergoda membeli barang yang tak anda butuhkan
35. Ambil uang di ATM seperlunya,sehingga menghindari perasaan memiliki uang banyak yang dapat dihamburkan untuk hal – hal yang kurang perlu.
36. Gunakan kartu kredit jika amat perlu. Jika tidak, lebih baik membayar secara kontan.
37. Hindari pergi ke tempat perbelanjaan jika anda sedang stress, karena stress akan mendorong kita berbelanja sesuatu yang tak kita perlukan.
38. Jika anda ingin membeli suatu barang, tanyalah pada diri anda berulang kali dan yakinkan apakah anda benar – benar memerlukan barang tsb atau pada akhirnya barang tsb hanya akan jadi penghuni gudang anda tanpa pernah anda pakai sekalipun ( misal : alat pembuat pancake yang belum tentu dipakai setahun sekali). Jika perlu, tunda membelinya. Dan tunggu hingga beberapa hari kemudian. Jika anda masih memikirkannya, mungkin anda memang memerlukannya. Demikian pula sebaliknya.

BNI – 9 Nov 2005
08.00 pm

9 Hal Gratis Yang Tidak Menjadi Gratis Lagi Saat Ini :


MAKANAN DAN MINUMAN :
1. ‘Teh tawar’ jika kita pesan di restoran . Beberapa tahun yang lalu masih gratis, sekarang
tidak lagi, dan kita mesti membayar Rp 1,000 s/d Rp 1,500.
2. ‘Lalapan ‘ di Restoran Indonesia yang menyajikan Ikan Goreng / Bakar/ Nasi Uduk, dulu
diberikan cuma - cuma. Sekarang kita harus membayar. Semakin besar restorannya,
maka semakin mahal harganya (nasi uduk tenda biru : Rp 1,000, resto di Kemang Rp.
4,000)
3. Sambal di Resto Indonesia tidak lagi gratis. Setiap cobek super kecil yang cuma cukup
untuk 5 suapan , kita mesti membayar Rp. 4,000 di resto di Kemang
4. Tambah krupuk (murah !! yang warnanya meriah dan kaya pewarna tekstil itu) untuk
teman makan tahu campur, tahu telor atau tahu tek-tek di tenda biru dikenai Rp 1,000 !!
Sementara dulu kita mendapatkannya secara gratis
5. Tambah nasi ke-2 (refill) di warteg dulu gratis, sekarang bayar (nggak tau berapa,
karena belum pernah ‘nambah nasi siih !! ngurangi porsi nasi, sering !! Ini kata sopirku
yang sering makan di warteg)

LAYANAN :
6. Meminta detil print out rincian telpon ke Telkom (terutama jika tagihannya membengkak
gara – gara anak – anak suka menelpon HP dan menggunakan internet ) tidak lagi gratis.
Untuk tiap halaman print out, kita mesti bayar Rp 1,000
7. Transfer via bank untuk account dari bank yang sama, tetapi berlainan kota, akan
dikenakan biaya transfer Rp 5,000
8. Penggunaan toilet di stasiun KA atau terminal bis tidak lagi gratis. Kita mesti bayar Rp.
1,000 to Rp 1,500
9. Layan antar untuk makanan di restoran non – waralaba internasional, yang dulu gratis,
sekarang dikenakan biaya Rp 3,000.

BNI, 10 Nov 2005
06.30 am

Monday, November 07, 2005

LESSONS IN LIFE


1. It hurts to love someone and not be loved in return, But what is morepainful is to love someone and never find the courage to let that person know how you feel.

2. A sad thing in life is when you meet someone who means a lot to you, only to find out in the end that it was never meant to be and you just have to let go.

3. The best kind of friend is the kind you can sit on a porch swing with, never say a word, and then walk away feeling like it was the best conversation you've ever had.

4. It's true that we don't know what we've got until we lose it, but it'salso true that we don't know what we've been missing until it arrives.

5. It takes only a minute to get a crush on someone, an hour to like someone, and a day to love someone-but it takes a lifetime to forget someone.

6. The happiest people don't necessarily have the best of everythingthey just make the most of everything that comes along their way.

Taken from ‘321greetings.com’

ERA KAMERA DIGITAL DAN PENGARUHNYA



Dengan makin majunya teknologi era digital untuk kamera, memungkinkan seseorang untuk banyak berhemat – tak perlu membeli roll film dan mencetaknya -. Kita memuaskan hasrat untukmengabadikan sekian banyak kenangan dalam bidikan tanpa perlu berhitung apakah angle yang diambil bagus atau tidak, karena dengan mudahnya kita akan mendelet dan mengeditnya. Dengan menambah memory card, maka kita akan mampu membidik tanpa batas, hingga ratusan bidikan.
Tentunya hal ini amat membantu fotografer amatir yang ‘awam’ memotret dan cenderung memotret sebanyak – banyaknya – suatu hal yang tak mungkin dilakukan dengan teknik non –d igital yang menggunakan roll film, karena high cost - . Setelah itu dengan mudahnya mereka akan memilih – milih pose dan angle terbaik yang dapat dicetak, bahkan sebelumnya dengan program software tertentu , dapat diedit dulu, sehingga kita bisa menambah cahaya, membuat wajah yang tak mulus menjadi mulus dsb.

Banyak orang yang menggunakan kamera digital, jarang mencetakkan fotonya, karena semuanya dapat disimpan di komputer dan CD mereka, bahkan jika masih merasa kurang, mereka dapat menyimpannya di personal web yang menyediakan fasilitas menyimpan dan berbagi foto - foto kita dengan user lain di internet .
Hanya satu – dua foto saja yang akan kita pilih untuk kita cetak, sebelum disimpan di dalam bingkai.
Yang lebih ekstrem, apabila hubungan dengan seseorang telah berakhir, maka dengan mudahnya kenangan berupa foto itu dapat kita ‘delete’ dari file kita.

Kemajuan teknologi ini membawa dampak merugikan bagi industri cetak foto yang sales revenuenya berkurang karena makin sedikit konsumen yang mencetakkan fotonya.

BNI – 7 Nov 2005
11.55

Sunday, November 06, 2005

GELAR AKADEMIK, GELAR KENINGRATAN, DAN GELAR KEAGAMAAN


Jaman dulu, sekitar tahun ‘70 an, aku suka kagum menerima undangan pernikahan yang mencantumkan nama si mempelai dalam kartu undangan “ dengan embel - embel gelar di belakangnya “ R. Supardjo BA “ , “ Rr. Sisca BcHk’ atau “Drs. Soewignyo’, sehingga timbul gejala banyak orang tua yang memburu mencari menantu bergelar bangsawan (bukan ‘bangsane tangi awan’) dan sarjana atau setidaknya sarjana muda ! Seolah tiket mendapatkan menantu yang baik adalah dengan mempunyai menantu bangsawan dan sarjana !!!
Itupun masih ditambah dengan embel – embel bekerja sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri adalah jawabatan idaman yang akan menjamin masa depan cerah dan pensiun di masa tua.
Bahkan jika seseorang memiliki nama yang pendek, ia akan menambahnya agar menjadi panjang dengan gelar keningratan dan agama sehingga menjadi : H(aji)R(aden) Bejo !!!

Padahal ritual naik haji adalah pengalaman spiritual antar hamba Allah dengan Allah, dan hanya Allah yang tahu apakah hambaNya telah naik kadar ketaqwaannya setelah berhaji, dan bukannya setelah itu mencantumkan gelar ‘haji’, tetapi menjadi tersangka kasus korupsi dan tindak pidana penyuapan aparat hukum dan keadilan seperti Haji Probosutejo !!!

Sementara gelar kebangsawanan yang berbau ‘feodal’ mengingatkan kita pada zaman kolonialisme – penjajahan dan kerajaan jadul : Andi di Makassar, Teuku dan Cut di Aceh, I Gusti di Bali, Raden dan Raden roro di Jawa.
Bukankah lebih mulia menjadi ‘bangsawan hati’ bagi semua orang, seperti julukan yang diberikan kepada Putri Diana, yang terkenal dan dikagumi bukan karena gelar bangsawannya HRH : Her Royal Highness Diana, tetapi lebih karena aksi sosialnya yang secara konsisten selalu berpihak kepada rakyat kecil yang menderita

Jika kita membaca berita koran akhir – akhir ini, kita akan menemukan banyak kisah tentang pemalsuan ijazah sarjana dan pasca sarjana serta gelar palsu yang digunakan berderet di kartu nama seseorang.
Bahkan 8 tahun silam, aku banyak membaca iklan di koran yang mengatakan hanya dengan 5 juta rupiah, tanpa bercapek – capek kuliah, atau membuat disertasi, anda akan mendapat gelar master atau Doctor dari lembaga pendidikan non - akreditasi, dan wisuda dapat diadakan di Mekkah sambil berumroh (??? Apa hubungannnya ya ??).
Juga program study jarak jauh seperti yang diiklankan oleh beberapa perguruan tinggi NON AKREDITASI di US yang ingin menjaring orang – orang Indonesia yang ‘haus dan keblinger’ gelar untuk menghambur – hamburkan uangnya dengan cara membeli gelar !!

Mengapa hal seperti ini masih saja terjadi, terutama di kalangan pegawai negeri ? Karena kita adalah bangsa yang mudah terkagum – kagum dengan gelar berjejer, tanpa melihat apakah karya dan kinerja orang tsb sesuai dengan deretan gelarnya yang panjang .

Karena gelar sarjana di dunia pegawai negeri memungkinkan mereka untuk naik golongan, yang artinya mereka akan mendapat posisi dan penghasilan yang lebih baik !!
Sementara dunia swasta tidak mengenal istilah ini !! Dunia swasta – terutama multi national company – lebih melihat pada capability, capacity, skills dan expertise seseorang pada bidangnya !! Tak berarti yang memiliki gelar kesarjanaan lebih tinggi dan lebih lama length of servicenya (baca : lebih senior !!) akan menduduki kursi jabatan yang lebih tinggi !! Kerap kubaca di Barat, seseorang yang memulai karirnya dari bawah, dari level rank and file, ternyata mampu menjadi President Director, karena beberapa faktor yang kusebutkan di atas tadi, selain kerja keras dan motivasi yang tinggi untuk ‘do the best’, sekalipun pendidikan formalnya hanya setara dengan STM di sini.

Di multi national company, kita tak perlu mencantumkan gelar kesarjanaan kita di kartu nama, karena orang akan melihat pada ke-4 kriteria yang kusebutkan di atas !!
Bahkan tak perlu mencantumkan kesarjanaan seseorang pada kartu kredit, kartu undangan pernikahan, dsb. Biarlah masyarakat yang menilai sejauh mana kemampuan dan kinerja kita.

Sehingga jika karyawan swasta kuliah lagi dan mengambil S1 atau S2nya, itu lebih sebagai sarana untuk menambah wawasan dan aktualisaisi diri. Syukur – syukur jika dengan S1nya mereka bisa mendapatkan posisi yang lebih sesuai dengan latar belakang pendidikan S1nya, dibanding menjadi karyawan ‘krah biru’ seumur hidup !!

Tak ada jaminan bahwa gelar kesarjanaan akan membuat seseorang bekerja dengan optimal, menunjukkan kemampuan dan kapasitas optiumumnya, terutama pada saat berhadapan dengan tekanan yang tinggi. Karena gelar kesarjanaan masih perlu ditambah dengan EQ dan SQ untuk bisa membuat mereka ‘tough’, ‘mature’ dan sukses dalam pekerjaannya. Bahkan banyak orang yang pada saat kuliah bukanlah ‘bintang’ dan hanya mendapat IPK biasa – biasa saja, tetapi ternyata malah sukses dalam meniti karir, karena memiliki EQ yang tinggi.

Bagiku, belajar adalah proses peningkatan diri seumur hidup !! Bekal ilmu yang kita rasa cukup sekian tahun lalu, menjadi tidak cukup lagi di saat ini,…karena kebutuhan yang terus meningkat, dunia bisnis yang terus berubah dan berkembang , sehingga menuntut kita untuk terus meng-upgrade diri kita !!

HR : tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.
Pada zaman itu,..Cina adalah negeri yang amat jauh dan bukan negeri muslim. Tetapi jika Nabi Muhammad sampai meminta umatnya agar menuntut ilmu di negara yang telah lebih maju peradabannya, artinya, … kita perlu meningkatkan kemampuan diri kita dengan belajar kepada orang lain , negara lain yang jauh lebih maju dan canggih, sekalipun itu non – muslim !!!

BNI – 7 Nov 2005
11.30 am

BALADA TUKANG SATE



Tak ada yang lebih nikmat selain menyantap sate ayam dan sate kelinci di tengah udara dingin di malam hari. Demikian juga yang kulakukan ketika keluarga besarku memutuskan untuk menginap di Tretes, suatu tempat sejuk di lereng G. Penanggungan.

Apa yang menarik dari si tukang sate ini dibanding tukang sate lainnya ? Ia menggunakan alat bantu motor untuk menawarkan satenya dari rumah ke rumah. Dan, ia bukan tukang sate sejati yang memiliki pengalaman menjual sate berpuluh tahun. Jam terbangnya masih ‘pendek’, baru setahun. Dan inilah kisahnya… (seperti biasa rasa keingin tahuanku yang besar terhadap ‘wong cilik’ selalu menarik perhatianku untuk ‘mewawancara’ mereka,…dari sopir taksi di Kuta – Bali, sampai tukang pijat di Carita) .
Malam itu, aku mewawancara si tukang sate, dan keluarlah kisahnya. Ia adalah korban PHK Sampoerna Group, yang mendapat uang pesangon tahun lalu, jauh sebelum saham Sampoerna dibeli oleh Phillip Morris. Kemudian ia ditawarkan bergabung dengan perusahaan outsourcing, tetapi ia memilih untuk berusaha sendiri.

Mulailah ia bekerja sebagai tukang sate. Ia mendapatkan pasokan daging sate mentah dan bumbu kacangnya dari kakak laki – lakinya. Sementara ia bertugas sebagai bagian Marketing, di mana ia akan berkeliling dari satu daerah ke daerah lain di Tretes, dari pk 10 pagi hingga 2 pagi (16 jam sehari !!) untuk dapat menghabiskan 300 – 400 tusuk sate. Waktu yang paling dikejarnya adalah saat jam makan siang dan makan malam.
Jika 10 tusuk sate ayam dijual seharga Rp. 5,000, sementara sate kelinci dijual Rp.8,000 per 10 tusuk, dan sate kelinci yang dibawa hanya 20% dari total sate, maka dalam sehari ia akan mengantongi penghasilan kotor sekitar Rp. 188,000 - Rp. 224,000. Jika dari kakaknya ia mendapat komisi 15%, maka total ia bisa mengantongi uang Rp. 28,200 s/d
Rp. 33, 600 sebelum dipotong biaya 2 l bensin Rp. 9,000 yang setara dengan 100 km perjalanan . Sehingga keuntungan bersihnya berkisar antara Rp. 19,200 s/d Rp. 24,600 untuk 16 jam bekerja !!!! Dengan kata lain, nilai produktifitas si tukang sate, dari sisi uang adalah Rp 1,200 s/d Rp 2,050 per jam !! Betapa rendahnya !!
Padahal produktifitas mengolah satenya cukup tinggi : 1 menit, untuk 2 sate !! Sehingga sesungguhnyalah ia mampu membakar dan mengipas 300 – 400 tusuk sate hanya dalam waktu 2.5 s/d 3.3 jam saja !!!

Inilah kenyataan hidup, betapa banyak orang di sekitar kita yang bersusah payah bertahan hidup untuk mendapat penghasilan Rp 1,200 per jam, yang bahkan jauh lebih kecil dibanding pengamen dan peminta – minta di Jakarta !!! Tetapi ia memiiliki harga diri yang tinggi, karena tak mau menadahkan tangan selagi masih bisa bekerja…..

Villa M – Tretes, 4 Syawal 1426 H – 6 Nov 2005
07.00 am

Saturday, November 05, 2005

RITUAL MANDI


Untuk mengingat ke’unik’an budaya mandi kita

Masih ingat bagaimana orang desa mandi ? Mereka akan mandi di pinggir kali di sela bebatuan, dengan menggunakan kemben dan menggosok – gosok bagian badannya, sambil mencuci pakaian. Aku tak tahu apakah ritual ini masih berlangsung hingga kini, mengingat dulu air sungai jernih karena tak ada polusi, sementara kini airnya keruh kecoklatan karena kadar polusi yang tinggi.
Dalam adegan film, sering digambarkan ada jejaka yang mengintip si gadis yang sedang mandi dengan kemben batiknya yang basah…

Sementara di desa juga ada yang mandi di ‘jedhing ‘ yang pintunya hanya setengah badan ( Setengah betis kita kelihatan dari luar, juga leher ke atas akan kelihatan)…, sehingga kita tak merasa bebas mandi,dan merasa perlu memasang kain penutup di pintu. Untuk memenuhi air di bak mandi yang terbuat dari semen, maka aku – saat KKN di desa di Bojonegoro, 19 tahun yang lalu – mesti menimba dari sumur, dan membawa ember penuh air untuk diisikan ke bak mandi .
Aku sempat melihat cara ‘kuno’ mandi, tidak menggunakan sabun, melainkan menggunakan batu kali yang kecil, untuk menggosok – gosok badan. Sebenarnya cara ini tidak sepenuhnya salah, karena batu berfungsi sebagai ‘scrubbing’ untuk meng’amplas’ sel-sel kulit mati di permukaan tubuh kita. Tetapi batu tak memiliki fungsi membersihkan kotoran di permukaan kulit.

Di Mojokerto, saat aku harus kost 1 bulan karena melakukan kerja praktek di salah satu pabrik di sana, aku terkaget – kaget karena di rumah Ibu kost – yang tak pernah kutinggali karena aku lebih memilih ulang alik setiap hari Sby – Mojokerto - bak mandinya yang super besar itu tidak hanya berfungsi sebagai bak air, melainkan juga tempat memelihara ikan mas…!! Aduuh benar – benar musibah deh, .. terbayang ‘kan,.bagaimana geli dan jijiknya aku, mesti mandi bersama ikan mas,.yang juga membuang kotorannya di sana !!! Bagaimana mau mengambil air wudlu, jika airnya bercampur dengan kotoran ikan ?

Aku bukan orang yang suka menghabiskan waktu berlama – lama di kamar mandi. Bagiku, cukup 10 menit untuk mandi. Bahkan jika perlu, dalam keadaan darurat, di mana aku tergesa – gesa pergi bekerja, aku akan mandi koboi, 5 menitpun jadi !!!

Orang Indonesia memilih kamar mandi basah, karena merasa lebih nikmat menggunakan bak mandi, mengguyur air di tubuh kita dengan gayung.
Dengan gaya mandi ‘byur – byur’ seperti ini – di mana kita melihat air berlimpah satu bak penuh -, akan menghabiskan air dalam jumlah banyak. Ini akan menjadi tantangan bagi kita, di mana persediaan air bersih kita makin terbatas, karena ancaman lingkungan yang menggerus persediaan air tanah kita. Sehingga kita harus makin bijak menggunakan air di sekitar kita.
Bayangkan jika kita menjadi orang di kawasan Plumpang - Semper, JakUt, yang sulit mendapatkan air bersih untuk mandi, karena air tanahnya payau dan terasa licin. Mereka mesti membeli dari tukang air keliling : 1 drum 25 l seharga Rp. 2,000 untuk keperluan mandi, cuci, dan masak. Padahal dalam sehari, berapa drum yang mesti mereka beli ?
Belum lagi jika kita lihat di Gunung Kidul, di mana seseorang harus berjalan 5 km untuk mendapatkan air setempayan, karena kondisi alamnya yang kering kerontang. Apakah kita tega menghambur – hamburkan air, sementara di tempat lain begitu sulitnya mendapat air bersih ? Jika kita pertahankan gaya hidup boros air, maka 5 tahun dari sekarang, kita akan menggunakan air yang kualitasnya makin menurun !!!
Hal positifnya adalah : jika listrik mati, maka resiko tidak mendapat pasokan air menjadi berkurang, karena ada cadangan air dalam bak.

Sementara jika kita memilih menggunakan shower / pancuran – seperti yang kupilih 9 tahun yang lalu karena meniadakan bak air yang potensial menjadi sarang nyamuk demam berdarah -, maka kita bisa menggunakan air secukupnya. Dan ada sensasi pijat yang timbul, karena semprotan air yang bisa kita atur kekencangannya. Shower dengan konsep kamar mandi kering ini kupilih untuk menghindari tergelincir karena licin.

Yang banyak menghabiskan air adalah kamar mandi gaya bath tub, di mana untuk bisa berendam, kita mesti mengisi bath tub hingga penuh, butuh waktu sekitar 15 menit, sementara jika aku sudah ingin mandi, aku tak sabar menunggu 15 menit.
Bath tub ini bukanlah pilihanku, terutama bila kita menginap di hotel, karena aku merasa jijik dan geli, bath tub yang sama digunakan oleh banyak tamu sebelumnya.

Di luar gaya mandi yang aku sebutkan di atas, ada lagi jenis kamar mandi yang ditentukan dari lokasinya : apakah kamar mandi dalam ruangan tertutup, ataukah kamar mandi di ruangan terbuka ? Kamar mandi berbatas langsung dengan alam : dengan semak perdu tanaman, dan bebatuan di pancuran, seperti yang kurasakan di salah satu hotel di Seminyak – Bali, atau seperti di Rumah Keramik – F. Widayanto di Beji - Depok. Sensasinya sulit dilukiskan,..karena kita mandi beratap langit.

Kamar mandi seperti apa yang anda pilih dengan memperhatikan slogan ‘save our earth’ ?

Villa M – Tretes, 3 Syawal 1426 H – 5 November 2005.
23.05

PHILADELPHIA : KISAH TENTANG SEBUAH PILIHAN GAYA HIDUP


Sebagai pengagum Tom Hanks, aku suka mengamati perannya dalam berbagai film. Salah satunya adalah peran sebagai gay - Andrew Beckett - yang bekerja sebagai pengacara di sebuah kantor pengacara di kota Philadelphia.
Di sana diceritakan dengan sangat menyentuh, kehidupan seorang gay yang terkejut melihat perubahan fisiknya : luka memerah tak sembuh – sembuh di wajahnya (disebut : kaposi sarcoma), diikuti tubuh yang makin kurus, dan pneumonia di mana pemicunya adalah sel – sel kekebalan tubuh yang rusak, menyebabkan daya tahan tubuh makin menurun. Jika orang biasa sakit flu hanya butuh beberapa hari untuk sembuh, maka flu pada penderita AIDS tak kunjung reda dan sembuh.
Dan si pengacara gay ini dipecat dari pekerjaannya, karena ketakutan kantor pengacara konservatif tsb bahwa ia akan menularkan penyakit AIDSnya ke orang lain di kantornya. Bentuk diskriminasi seperti inilah yang kemudian mendatangkan tuntutan balik oleh si mantan pengacara,dan berbuntut pengajuan kasusnya ke pengadilan .

Saat film ini dibuat 12 tahun silam (1993), kasus AIDS sedang marak diperbincangkan di mana – mana, sejak ditemukannya gejala AIDS pada tahun 1978 di US, Swedia, Haiti dan Tanzania, dan pengenalan nama AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) pada 27 Juli 1982.

Salah satu dari sekian banyak penyebab AIDS adalah ‘sexual orientation disorder’ yaitu orientasi seks pada sesama jenis.
Bagiku jelas, Tuhan menciptakan manusia berpasang – pasangan dan kita bisa memilih lawan jenis yang kita suka.
Aku tak ingin berpolemik masalah satu ini, karena bagiku kita diberi akal dan hati nurani untuk mempertimbangkan kebenaran ayat suci yang mengisahkan tentang Sodom dan Gomorah di zaman nabi Luth, di mana saat itu umat Nabi Luth ditimpa azab oleh Allah, karena perilaku seks menyimpangnya.

Sudah banyak selebriti dunia yang terenggut nyawanya karena AIDS : dari Freddy Mercury, Rock Hudson hingga penyanyi Indonesia Deddy Mirhad yang menyukai sesama jenis.
Perancang busana Samuel Wattimena memiliki keberanian untuk mengungkapkan secara jujur pengakuannya seputar kehidupannya sebagai seorang gay.

Banyak gay yang berkecimpung di bidang tertentu yang berkaitan dengan dunia wanita, seperti : hair stylist, fashion designer, make – up artist, juga dunia tari dan selebriti. Sekarang bahkan banyak eksekutif muda yang memilih menjadi gay.

Ketika aku sedang berada di suatu café di Philippines, temanku mengatakan bahwa pria tampan di seberang mejaku adalah seorang gay. Ketika kutanyakan, bagaimana temanku tahu, maka ia mengatakan bahwa ia bisa melihat dari T-shirt hitam ketat yang dikenakan oleh si pria, dan cara ia memandang. Temanku mengatakan bahwa banyak wanita Philippines patah hati dan sulit mendapat jodoh, karena populasi pria Philippines yang menjadi gay, cukup tinggi (aku tak tahu apakah ia bercanda atau serius) .

Ada yang mengatakan gay terjadi karena ada faktor ‘x’ yang mempengaruhi kromosom XY dalam diri seorang pria. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa faktor lingkungan berpengaruh di sini : apakah sejak kecil si pria diperlakukan dekat dengan dunia wanita sehingga menjadi kewanita – wanitaan, atau justru terjadi di saat dewasa, di mana pengaruh lingkungan teman, pengalaman seksual pertama di usia muda, atau negara tempat tinggal mengenalkan mereka pada dunia ini. Seperti pengakuan Dr. Dede Utomo - dosen sosiologi Unair - yang mengenal kehidupan gay ketika ia menuntut ilmu di Jerman, dan mendeklarasikan dirinya seorang gay di tahun ’80an, ketika dunia gay masih tabu dibicarakan secara terbuka. Apakah pengakuannya mengakibatkan ia diberhentikan sebagai dosen dan pegawai negeri ? Ternyata tidak !! Karena kita mesti memisahkan kehidupan pribadi seseorang dengan profesionalisme dan pengabdian seseorang. Sepanjang ia membuktikan dirinya mampu berkarya dan memberikan makna bagi sekeliling, maka kita mesti menghargainya.

Bagiku, menjadi gay atau tidak, itu merupakan pilihan yang dilakukan secara sadar. Kita sebagai manusia dewasa memiliki hak untuk memilih dan menjadi bahagia atas pilihan kita, sepanjang pilihan tsb sesuai dengan norma moral dan agama.

Setiap orang bebas menentukan pilihannya, dan setiap pilihan mengandung resiko yang mesti kita pertanggungjawabkan.

Perilaku menyimpang seseorang, tak mempengaruhi relasiku dengan orang tsb., sepanjang ia secara profesional dapat mempertahankan kinerjanya dan sebagai pribadi, ia memiliki kepribadian yang baik dan tak mempengaruhi kita atau keluarga kita agar mengikuti perilaku mereka.

Tak perlu melakukan diskriminasi terhadap mereka, karena mereka sama – sama makhluk ciptaan Allah. Masalah pilihan mereka menjadi seorang gay, biarlah menjadi urusan mereka dengan Allah.

Villa M – Tretes, 3 Syawal 1426 H – 5 Nov 2005
05.00 pm

Friday, November 04, 2005

Bantuan Langsung Tunai


Apakah BLT sebagai kompensasi kenaikan harga BBM bagi orang miskin lebih banyak menjadi manfaat atau musibah bagi kita ?

Jika kita lihat bahwa bantuan Rp 100,000 sebulan yang diberikan kepada orang miskin – miskin menurut kriteria pemerintah yaitu rakyat yang berpenghasilan kurang dari Rp. 170,000 per bulan, sementara miskin menurut Bank Dunia berarti rakyat yang berpenghasilan kurang dari 2 USDd per hari atau setara dengan Rp. 600,000 per bulan - takkan membuat mereka terangkat dari lembah kemiskinan, dan bahkan takkan bsia mengkompensasi kenaikan pengeluaran yang diakibatkan kenaikan BBM. Adalah aneh bila JK (bukan John Kennedy, melainkan Jusuf Kalla) mengatakan bahwa BLT Rp. 100,000 ini akan memberikan selisih kelebihan, uang bersisa sekitar Rp. 40,000. Dari mana hitungan matematis itu didapat , wallahu’alam. Sementara bila kita menghitung, dampak kenaikan minyak tanah yang dulu dapat dibeli dengan harga Rp. 1,500 per liter sekarang naik 2x lipat, menjadi Rp,3,000 per liter, mengakibatkan kenaikan pengeluaran Rp 67,500 untuk memasak (bila sehari membutuhkan 1.5 l minyak tanah). Dan apakah akan kita katakan, beralihlah ke kayu bakar, sementara untuk 1 ikat kecil kayu bakar juga harus dibeli dengan harga relatif mahal, Rp. 6,000 dan membutuhkan tungku yang cukup luas.

Pengeluaran lain seperti alat transportasi, bila mereka harus naik kendaraan umum seperti angkot, maka kenaikan tarif berkisar Rp.500 hingga Rp. 1,000 untuk satu kali naik. Jika diasumsikan mereka hanya berganti 1x kendaraan umum, maka dalam 1 hari kenaikan ongkos transport adalah Rp.1,000 hingga Rp. 2,000. Dalam sebulan setara dengan Rp. 30,000 hingga Rp. 60,000 .

Belum lagi pengeluaran untuk belanja kebutuhan sehari – hari yang rata – rata naik 20% dan uang transport anak sekolah. Ini membuktikan bahwa uang BLT hanya cukup untuk menutup kenaikan harga minyak tanah dan ongkos transportasi. Belanja kebutuhan sehari – hari yang mengalami kenaikan hingga 20% mengakibatkan mereka tak mampu menanggungnya jika tak mengubah cara belanja mereka. Ada yang mengurangi makannya dari 3 x sehari menjadi 2 x sehari atau bahkan 1 x sehari. Puasa sepanjang hari –bukan hanya Senin dan Kamis – tak lagi menjadi pilihan mereka, tetapi keharusan agar mereka mampu bertahan hidup !! Ada yang mengubah menu makannya dari nasi dan tempe menjadi hanya nasi dan garam !!!

Ada juga yang secara drastis memutuskan meminta anaknya berhenti sekolah,…karena orang tuanya memprioritaskan uang yang terbatas untuk kebutuhan makan mereka. Aku tak tahu apakah dampak luar biasa dari kenaikan BBM ini akan berakibat bertambahnya jumlah penduduk miskin (atau ‘sangat’ miskin ??) Indonesia yang saat ini terdata hanya sekitar 10 juta (??? Kurang dari 5% jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta). Ada baiknya kita mendata ulang jumlah anak putus sekolah : apakah mengalami kenaikan dibanding sebelum kenaikan BBM ?

Bantuan yang salah sasaran.
Ayah sopirku yang menjabat sebagai Ketua RT di kampungnya dimaki – maki dan dituduh warganya bersekongkol dengan petugas BPS, hingga ia ingin meletakkan jabatan, meskipun benar – benar ia tak mendapat bagian sepeserpun. Padahal ia telah dengan tepat mendata warganya yang benar – benar masuk kategori miskin dan menyerahkannya kepada petugas BPS. Tetapi anehnya, petugas BPS mendata semua keluarga tanpa kecuali. Dan begitu saat pembagian kupon tiba, malah warga yang memiliki pekerjaan tetap, motor pribadi, bahkan mobil pribadi mendapat BLT !! Dan mereka tanpa perasaan, tak sungkan mengambil yang bukan haknya. Padahal di luar sana masih banyak janda miskin yang tak memiliki sumber penghasilan sama sekali dan hanya bergantung pada belas kasihan orang lain, tak mendapat haknya untuk mendapat BLT !!

Dari sini timbul masalah : kerukunan hidup bertetangga menjadi terguncang karena mereka saling iri dan curiga, hingga timbul pertikaian. Ada juga kisah ketua RW yang digorok lehernya oleh warga miskin yang kesal, karena tega meminta komisi 15% dari BLT !!! Apakah mereka merasa bahwa warga miskin ini mendapat durian runtuh ?

Sementara di sisi lain, ada warga yang mulia hatinya, mengembalikan dana BPS dengan alasan ia tak layak menerima, karena memilki pekerjaan sebagai SatPam di sebuah gereja di JaTim, dengan penghasilan sekitar Rp. 300,000 sebulan !!

Dari kejadian ini, kita bisa melihat betapa banyak orang yang ingin memiskinkan dirinya sendiri, dan merasa layak untuk mendapat BLT. Mengaku miskin, dengan cara memanipulasi kondisi finansialnya, padahal memiliki mobil dan motor, sehingga timbul perasaan ngiluku…..Karena hal ini menunjukkan mereka bukan miskin harta, melainkan miskin budi dan miskin harga diri…, penyakit hati yang sulit disembuhkan dan diberantas !!!

JB – Surabaya, 2 Syawal 1426 H – 4 Nov 2006
13.00

MENJADI TUA



Ingatlah dan manfaatkan :
Waktu luangmu sebelum sempit
Kayamu sebelum miskin
Sehatmu sebelum sakit
Mudamu sebelum tua
Hidupmu sebelum mati

Lebaran ini membuat aku memiliki kesempatan mengamati orang – orang tua di sekitarku, karena ada momentum sungkem, bersilaturahmi dsb.

Semakin aku mengamati mereka, semakin bayangan menakutkan itu (yang belum tentu terjadi !!) menari – nari di hadapanku : seolah – olah gambaran masa tuaku dipenuhi dengan kesendirian, ketakberdayaan, kepikunan, ketergantungan pada orang lain untuk menuntun kita (menuntun dalam arti sesungguhnya !!!), harus meminum obat seumur hidup, pantang makanan yang enak – enak dan tinggi kolesterol, menggunakan kaca mata baca (yang ini sih sudah dilakukan sekian tahun silam), juga memasang alat bantu dengar, serta…. menjadi cerewet (bukannya sekarangpun sudah cerewet !!! hehe..) dan nyinyir…. Tanda – tanda penuaan secara fisik yang tampak di wajah, seperti rambut beruban , atau pipi, dahi dan dagu yang mulai berkeriput dan kendur tak menciutkan nyaliku. Justru penurunan fungsi tubuh dan perubahan psikologis itulah yang menakutkanku !!

Tidak mudah menjadi tua, karena selalu ada resiko yang menyertai. Ada kerabatku yang memiliki ingatan yang masih lengkap dan tajam, tetapi dikaruniai tubuh yang rapuh , ringkih, dan hanya terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur di usia 80an. Hal ini tentu menuntut kesabaran luar biasa dari keluarganya untuk merawat sang ibu dengan penuh kasih sayang, dan tak semata menyerahkannya pada ‘grandma sitter’ (bukan baby sitter, ya !!). Sementara hal sebaliknya bisa terjadi : ada yang memiliki memory yang lemah, pikun / demensia dalam kadar yang parah (Sehingga selalu memanggil dan menyebut putra dan adiknya yang telah meninggal), tetapi dikaruniai fisik yang prima. Ada juga yang menjadi buta karena terkena glukoma stadium lanjut. Di lain pihak ada pula yang stamina fisiknya masih OK, demikian pula ingatannya masih tajam, karena kepedulian anaknya yang dokter, sehingga selalu menyediakan obat – obatan uintuk ibundanya sedari muda. Adapula seperti Ibuku yang mulai terganggu pendengarannya tetapi tak mau menggunakan alat bantu dengar karena merasa tidak nyaman, sehingga jika berbicara dengan beliau, mesti setengah berteriak tanpa bermaksud marah, juga Ibu sudah mulai sedikit pikun, kadang mulai mengulang – ulang suatu cerita yang telah kudengar entah berapa belas kali. Ibu juga mesti berhati – hati berjalan, kadang perlu dituntun karena kakinya tak lagi sekuat dulu. Hal ini menyebabkan aku begitu takut melihat lantai basah dan kabel yang berseliweran, karena takut menytebabkan Ibu terpeleset, tersandung dan jatuh (banyak kasus kematian orang tua dikarenakan hal – hal kecil seperti jatuh di tempaat tidur atau di kamar mandi). Ada juga kerabat ibuku yang begitu menikmati hidup di hari tuanya, sehingga membolehkannya melahap apa saja yang diinginkannya (beliau jago masak) tanpa memikirkan akibatnya : beliau berprinsip hidup yang hanya sekali, harus dinikmati. Tak heran badannya begitu tambun, sementara kakinya kecil, sehingga menjadi tak seimbang untuk menyangga tubuh besarnya. Ke mana – mana beliau mesti dituntun, tetapi hal ini tak mengurangi mobilitasnya untuk bepergian ke pesta, arisan, atau mengunjungi anak – anaknya di Jakarta.

Seperti yang pernah kusampaikan di topik lain sebelumnya : kita menuai apa yang kita tanam dan menjadi kebiasaan kita berpuluh – puluh tahun sebelumnya. Lalu persiapan apa yang mesti kita lakukan ketika kita menginjak 40 tahun ? Bukankah gaya hidup kita semasa muda akan berdampak pada kesehatan kita di masa tua ? Sudahkah kita berolahraga secara teratur ? Sudahkah kita mengerem atau bahkan menghentikan kebiasaan merokok kita ? Apakah kita masih suka keluar hingga larut malam ? Apakah kita mengumbar diri untuk makan apa saja : makanan dengan kolesterol tinggi dan kadar gula yang tinggi ? Seperti kata pepatah ‘sedikit –s edikit lama – lama menjadi bukit’, maka kebiasaan buruk yang terbentuk sejak muda, akan menimbulkan masalah ketika kita tua. Segala tanda - tanda dan keluhan kecil yang semula tak tampak akan menjadi gangguan besar saat kita tua, dan menampakkan hasilnya saat itu. Bisa jadi kita mesti minum obat seumur hidup untuk mengontrol kadar kolesterol kita, demikian pula kita tak bisa lagi menggunakana gula alami, melainkan gula buatan dari aspartame.
Ini semua bersumber datri pola makan kita di waktu muda…, dari makanan yang kita makan setiap hari. Ada seorang budeku yang saat ini telah berusia 91 tahun, dan fisiknya tetap sehat tak kurang suatu apa (Kecuali sakit tua : pikun / demensia yang tak terhindarkan) karena di masa mudanya hingga tua, memiliki pola makan sehat ala Jawa : membatasi diri makan daging, banyak makan sayuran, sering melakukan tirakat mutih, serta makan secukupnya, tak pernah sampai kenyang, dan tertaur minum jus sayuran : campuran sledri, wortel, apel , sehari 3x.
Kita juga mesti mengubah jenis olahraga yang kita lakukan : bukan lagi body language atau jogging (alih – alih tulang kita bisa retak !), tetapi bisa dipilih jalan sehat , Orhiba , atau senam tera.

Saat kita berusia lanjut, maka dokter yang sering berhubungan dengan kita bukan lagi dr. ObsGyn (hehe,.mana ada manula yang belum menopause dan masih ingin hamil lagi !!) atau dr. Kulit dan Kelamin (keblinger ya,..kalau ada kakek – kakek yang masih datang ke dr spesialis KK karena PMS atau Penyakit Menular Seksual semacam GO atau gonorrhoe !!! Itu namanya masih asyik dengan urusan dunia,..padahal sudah bau kubur !!!) melainkan dr .Geriatri (dr khusus manula) dan dr. Gerontology (dr. spesialis penyakit yang berhubungan dengan usia tua, seperti : alzheimer, dimensia, osteoporosis, dsb).

Sementara bila kita ingin mengikuti asuransi kesehatan yang menanggung rawat inap dan tindakan : mensyaratkan usia maksimum peserta tak lebih dari 65 tahun,. Mengapa ? Karena faktor risiko yang makin besar. Selain itu asuransi selalu mensyaratkan pembayaran premi yang lebih tinggi bagi perempuan dibanding laki – laki !!

Aku juga tak ingin, karena tak memiliki persiapan yang cukup di masa muda dan produktifku, karena kesalahan gaya hidup : berfoya - foya menghamburkan uang, membuatku jadi sengsara dan harus tetap bekerja mencari uang demi sesuap nasi, di masa – masa seharusnya aku tak perlu lagi memikirkan duniawi, dan mulai menabung untuk persiapan akhirat : bekerja sukarela di organisasi nir laba, atau di yayasan anak – anak cacad, atau panti asuhan, memberi sedikit makna bagi orang lain. (Aku trenyuh melihat Ibu tua yang mesti menjual daun pisang di pasar dekat rumah Ibuku, sekedar untuk menyambung hidup, karena ia tak dapat mengandalkan anak – anaknya untuk menopang hidupnya !!)

Jadi, usia panjaaang hingga 90 tahun, tak selalu menjadi berkah apabila ternyata membawa penderitaan bagi orang di sekitar kita. Seperti ucapan Ibuku, beliau ingin dikaruniai usia yang masih memungkinkannya untuk tidak tergantung pada orang lain dan tidak menyusahkan orang lain (Ibu menjadi Ketua Koperasi Simpan Pinjam RT, selama lebih dari 25 tahun dan masih belum tergantikan !!) . Jikapun telah tiba saat menghadap Sang Khalik, Ibu ingin melalui proses sakit yang cepat – atau tanpa sakit – sehingga tak menyebabkan penderitaan Ibu berkepanjangan dan menyusahkan anak – anak dan menantunya karena mesti berkorban waktu, tenaga, dan menanggung biaya pengobatan yang besar.

Aku ingin menjadi tua tanpa harus merepotkan anak cucuku kelak, sehingga jangan sampai karena sakit yang lama dan membutuhkan perawatan intensif, akan menuai keluhan dari anak-anakku yang terampas waktu, tenaga dan uangnya demi menjaga Ibunya yang sakit – sakitan dan tua. Kadang aku berpikir mungkin lebih baik tinggal di pantin jompo / werdha, karena kita dapat bersosialisasi dengan sesama orang tua, yang mengerti dunia kita, daripada menjadi beban anak – anak kita.

JB – Surabaya, 2 Syawal – 4 Nov 2005
05.50 am

Thursday, November 03, 2005

PRT DAN WILAYAH DOMESTIK


Betapa berterimakasihnya aku karena selama bertahun tahun aku terbantukan oleh pembantu rumah tangga untuk melakukan tugas domestik : dari membersihkan rumah, memasak, mencuci dan menyetrika pakaian, hingga merawat tanaman.

Kadang peran seseorang baru terasakan ketika ia tiada...saat PRT ada bersama kita, kita cenderung mengecilkan arti keberadaannya. Kadang kita menjadi ‘kejam’ karena membuat diri kita jadi tak ‘berdaya’,…sedikit – sedikit meminta bantuan pembantu untuk hal – hal yang bisa kita lakukan sendiri seperti membuat minuman, dsb. Kita suka me’manja’kan diri kita…dengan cara me’utilizasi’ pembantu kita secara berlebihan. .., dari subuh hingga malam menjelang tidur.

Pada saat ia tak ada karena pulang mudik,.kita jadi demikian sibuk dan heboh. Teman – temanku memutuskan untuk cuti jika pembantunya mudik,..agar bisa berkonsentrasi pada urusan domestik rumah.
Sementara aku tetap memutuskan bekerja dengan resiko anakku membawa kunci cadangan, dan memasak sendiri mie instan atau telur ceplok sebagai menu makan siangnya. Jika memungkinkan istri sopirku menjaga rumahku dari siang hingga aku pulang, untuk menemani anakku perempuan (aku tak bisa mengandalkan anakku laki – laki agar menjaga rumah, karena ia suka keluar rumah hingga Maghrib tiba) . Paling aku mesti pulang tepat waktu pukul 5 sore, agar bisa menyediakan makan malam saat anak – anak lapar.

Tugas seorang pembantu bisa dibagi dan dikerjakan oleh 3 orang : aku mendapat tugas memasak dan mencuci pakaian, anak perempuanku – yang tiba – tiba menjadi si Upik abu – menyapu lantai, dan mencuci piring, sementara anak lakiku menjemur pakaian dan mengepel lantai. Sementara tugas lain bisa dikerjakan bergantian dan berkurang frekuensinya dari seharusnya. Satu hal yang harus diingat di sini : kita mesti rela menurunkan standard dan kriteria hasil kerja kita : baju yang dicuci pasti tak sebersih bila dicuci pembantu kita yang terbiasa mengucek dengan sekuat tenaga, variasi dan rasa masakanku tak seenak seperti masakan pembantuku yang sudah teruji keahlian memasaknya selama bertahun – tahun. Tentu tak adil membandingkan hasil kerja ‘pembantu dadakan’ dengan ‘skilled maid’ yang telah memiliki keahlian selama belasan tahun.

Saat pembantu mudik, baru terasakan betapa banyak pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pembantu. Bila kita pilah tugas yang mereka kerjakan berdasarkan total jam kerja dari pukul 4.30 pagi hingga 8 malam dengan diseling istirahat 2 jam di siang hari, baru tampak bahwa total jam kerja harian mereka sekitar 13.5 jam, dan mereka tidak bekerja 5 hari seminggu melainkan 7 hari seminggu. Sehingga total jam kerja dalam seminggu, bukan 40 jam seperti yang ditetapkan Pemerintah untuk pekerja penuh waktu, melainkan 94.5 jam per minggu !!!! Ini bahkan ;ebih dari 2 x lipat jam kerja yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk semua kerja kerasnya itu apakah pembantu menerima lembur ?Tidak sama sekali !! Apakah mereka dihargai atas ke’rela’annya untuk bekerja lebih panjang dari seharusnya ? Tidak juga!!! Malah lebih banyak omelan daripada pujian yang mereka terima dari kritikus no.1 : majikan mereka. Pembantuku libur 1 hari dalam sebulan, refreshing dengan menginap ke rumah saudaranya. Jika sebulan total jam kerja mereka 392 jam, dan upah per bulan mereka Rp 500,000 (padahal masih banyak pembantu yang menerma upah jauh lebih rendah dibanding angka tsb di atas), maka upah perjam hanya setara dengan Rp 1,278 (hanya cukup membeli beras ¼ kg) !!! Sementara di Barat sana seorang maid menerima upah paling sedikit 5 USD perjam, 39x lipat dari upah pembantu di Indonesia !!!! Dan di Barat, mereka tidak bekerja secara serabutan, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, melainkan fokus hanya pada hal tertentu saja : memasak dikerjakan oleh orang yang berbeda dengan membersihkan rumah.

Bila kita yang mengerjakan sendiri tugas – tugas yang biasa dikerjakan oleh pembantu kita, maka kita cenderung menyederhanakan dan meringkasnya menjadi tugas – tugas pokok saja yang kita lakukan. Ada proses mereduksi dan mengeliminasi tugas - tugas tsb jika tak ingin kita jadi lelah teramat sangat dan super stress, karena belum selesai tugas satu dikerjakan, sudah menunggu tugas lain seperti piring dan gelas yang menumpuk untuk dicuci.

Sehingga kita cenderung memilih menggunakan piring kertas yang sekali pakai buang, minum dari kemasan gelas aqua sekali pakai buang, memilih bumbu instant nasi goreng, rawon, asem – asem dsb, serta membawa pakaian kita ke laundry. Bagi orang kaya, mereka memilih cara ekstrem : ‘mengungsi’ ke hotel selama seminggu dua minggu, agar kebiasaan mereka untuk dimanjakan tak berkurang : dari makan di restoran, laundry pakaian, hingga kamar yang tetap bersih, dan rapi tertata. Dan semua ini berbuntut ‘high cost’ untuk menikmati sesuatu yang sama seperti yang disajikan oleh pembantu kita,.additional expense yang tak pernah kita akui , yang kita sembunyikan di balik alasan ‘kepraktisan’ !!! Padahal jika kita mau jujur, berapa banyak ketidakefisienan waktu yang berbuah cost saving (ini melawan teori management yang mengatakan ketidakefisienan akan mengakibatkan pemborosan!) telah dilakukan pembantu kita !!! Dari melakukan proses mencuci gelas dan piring kita yang bertumpuk (dan bukan menggunakan yang sekali pakai), mengulek semua bumbu masakan Indonesia yang terkenal rumit dan makan waktu (bukan dengan membeli bumbu instan atau menggunakan grinder)…., mencuci dengan cara manual menggunakan penggilasan dan mengucek (bukan dengan mesin cuci), hingga membersihkan perabotan dengan cara melapnya satu persatu (bukan dengan vacuum cleaner)

Baru kita sadari betapa rendah penghargaan kita terhadap pembantu. Kita cenderung menyepelekan keberadaan mereka tetapi sebenarnya kita amat membutuhkan mereka.

Sesungguhnyalah orang Indonesia amat beruntung karena tak perlu menunggu menjadi super kaya seperti di Barat, agar bisa mempekerjakan pembantu.
Kita seharusnya menjadi bangsa yang ‘lebih berkualitas’ karena memiliki waktu lebih banyak dibanding bangsa Barat, untuk bersantai dan memanjakan diri sendiri, karena tugas mengerjakan pekerjaan rumah tangga telah diambil alih oleh pembantu kita. Sehingga kita bisa menggunakan sebagian waktu kita di rumah untuk belajar…, melakukan ‘self – improvement.’

Begitu mudahnya di Indonesia kita mempekerjakan pembantu – saking banyaknya rakyat miskin di Indonesia yang butuh pekerjaan sekedar bertahan hidup setelah desanya tak lagi memberinya penghasilan yang memadai sebagai buruh tani - membuat kita merasa memiliki posisi tawar yang jauh lebih kuat dibanding mereka. Dan di sinilah ketidak adilan dimulai ! Pemerintah perlu memikirkan nasib pembantu dengan membuat perangkat peraturan yang melindungi hak – hak mereka, seperti di Singapura, Hong Kong dan Malaysia, termasuk di dalamnya pelarangan mempekerjakan pembantu di bawah umur dan penentuan upah minimum mereka.

Karena pembantu juga manusia ….

JB – Surabaya, 1 Syawal 1426 H - 3 Nov 2005
20.40

BUDAYA MEMBACA BUKU & TANTANGANNYA


Salah satu hobbyku adalah membaca buku. Rak bukuku sampai tak muat menampung koleksi bukuku yang mencapai di atas 500 pcs. Buku buku koleksiku sebagian besar adalah buku – buku non fiksi : manajemen : marketing, keuangan, supply chain, manufacturing, sales, dsb, juga buku peningkatan diri, buku – buku yang membawa pencerahan seperti seri Stephen Covey, buku agama terutama yang memuat pemikiran Al - Ghazali, Cak Nur, Kang Jalal, dan Quraish Shihab. Sedikit di antaranya adalah buku - buku fiksi karya NH Dini, Budi Darma, Sapardi Djoko Damono, Sitor Situmorang, WS Rendra, dan beberapa novel karya pengarang muda seperti Fira Basuki , yang terasa ‘ringan dan cair’,..tak meninggalkan kesan mendalam.

Hobby membacaku menurun pada anakku yang perempuan. Ia penggemar berat komik
dan cerita fiksi lainnya seperti serial Harry Potter, chick lit atau teen lit. Aku ingin mengajarkan padanya untuk tidak hanya membaca sesuatu yang sifatnya ringan saja, tetapi mulai membaca buku berbobot seperti karya sastra, baik berupa novel atau kumpulan kisah pendek NH Dini, Budi Darma, yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa menghilangkan kerunutan penuturan dan keindahan kisah.

Buku memungkinkan kita untuk memperluas pengetahuan, dan mengembangkan daya imajinasi kita. Sekalipun saat ini buku telah mendapat saingan dari e-book yang dapat diakses dengan mudah, tetapi dari sisi kepraktisan, tetap e-book tak dapat mengalahkan kehadiran buku. Karena buku dapat menemani kita di mana saja : di mobil, di tempat tidur, di toilet sehingga kita betah berlama - lama , saat istirahat makan siang di kantor, dsb. Bahkan buku dapat dilipat, diberi warna penanda untuk kalimat atau pernyataan penting yang perlu digarisbawahi, dipinjamkan ke orang lain, dsb.

Tetapi jika kita melihat harga buku di toko buku, kita bisa jadi kehilangan selera untuk membeli buku karena harganya yang mahal. Karena apa ? Karena pemerintah tak memberi keringanan pembebasan pajak bagi percetakan yang akan menerbitkan buku. Demikian juga jalur distribusi yang mengambil bagian 40% dari harga buku, membuat si percetakan mesti memperhitungkan itu semua dalam struktur biaya.
Itu baru buku terbitan penerbit buku Indonesia yang dijual di pasar lokal.

Yang menggembirakan adalah upaya menerbitkan terjemahan buku – buku bermutu dari luar, terutama dari US, yang hanya selisih setahun dari tahun penerbitannya di negara asal…, sehingga kita tak tertinggal jauh dari negara lain. Hal ini bisa juga dikarenakan penerbit yang rajin mengikuti Frankfurt International Book Fair setiap tahun, sehingga dapat membeli hak edar buku buku bermutu.

Sementara jika kita lihat di luar negeri, baik di Philippines, Malaysia maupun India, kita akan tahu bahwa pemerintahnya memiliki kepedulian tinggi terhadap upaya pencerdasan bangsa, sehingga mereka membebaskan pajak atas kertas, penerbit dapat menekan biaya produksi dan akhirnya rakyat dapat membeli dengan harga murah

Sebuah penerbitan mengatakan bahwa jika penerbitan perdana mereka bisa menembus angka 3,000 eksemplar, ini sudah merupakan sebuah prestasi. Target penjualan yang amat rendah ini jaauh di bawah target negara – negara Asia lainnya

India terkenal akan edisi paper backnya, yang membuat buku - buku terbitan India dapat
dijual murah, tetapi tidak mengurangi kualitas isinya yang bagus. Bahkan sejak aku dulu kuliah di Teknik Kimiapun, beberapa text book menggunakan terbitan India yang juga terkenal maju akan bidang teknik etau engineeringnya. Toko buku sebesar Gramedia sudah mulai banyak mengimport buku terbitan India – yang memang kualitas kertasnya tak sebagus dan seputih terbitan Indonesia atau negara Barat lainnya – tetapi kandungan isinya bagus, sebagai alternatif mendapatkan buku berkualitas tetapi murah. Ini sebagai alternatif dari buku – buku terbitan Prentice Hall, Addison Wesley, Harvard Business, Mc Graw Hill edisi Asia.

Demikian pula negara lain seperti Malaysia ataupun Philippines. Di negara tsb, aku sering membeli buku yang harganya murah. Apalagi di Philippines dengan toko buku Nationalnya, yang jika memberikan diskon benar – benar gila – gilaan hingga 80% untuk buku – buku Barat beragam tema, dari management, psikologi, dsb dan buku – buku ini relatif baru : baru berkisar 2 -3 tahun dari tanggal penerbitannya !! Sehingga jika di Philippines, aku suka kalap menghabiskan waktu berlama - lama di toko buku dan membeli buku dalam jumlah banyak, yang mengakibatkan koperku overweight.
Berbeda dengan di Indonesia yang menunggu buku – buku import tsb sudah berusia lama dan kurang up to date lagi, hanya didiskon 10% . Itupun harga dari buku – buku import tsb sudah dimark up untuk mendapat profit margin yang lumayan, sehingga selisihnya dibanding harga resmi yang tertera di buku atau internet : 2x lipat harga banderol.

Sementara kita tahu bahwa apabila memesan buku ke penerbit dalam jumlah besar, maka toko buku akan mendapat diskon yang lumayan. Sama halnya seperti bila kita memesan buku melalui situs Amazon.com, maka kita bisa mendapat diskon hingga 30% dari retail price (padahal kita hanya memesan 1 buku saja). Seandainya toko buku mau berbaik hati untuk mengurangi margin keuntungannya, tentu kita akan memiliki kemampuan lebih tinggi untuk membeli buku - buku import terbitan terbaru dengan harga lebih terjangkau.
Buku – buku terbitan terbaru edisi Asia dari Mc Graw Hill untuk Management banyak diperoleh di toko buku Kinokuniya dengan harga yang lebih murah dibanding TB lainnya.

Sementara kendalaku untuk melakukan pemesanan melalui situs Amazon.com ataupun apics.org untuk buku buku yang berhubungan dengan supply chain, bukan terletak pada harga buku tsb, melainkan pengirimannya yang harus melalui udara dan umumnya menggunakan jasa UPS atau DHL. Dan inilah bagian termahal dari suatu buku, karena dalam waktu 3x24 jam, buku tsb telah sampai ke tangan kita !! Harga satu buku sekitar 60 USD, tetapi biaya pengiriman mencapai 24 USD, dan itupun sesampainya di Indonesia mesti membayar handling charges yang besarnya sekitar 200 ribu. Sehingga total biaya yang dikeluarkan sekitar 1 juta hanya untuk sebuah buku !!!! Betapa mahalnya !!
Tetapi bila kita memesan melalui barnes nobles.com ataupun amazon.com. masih bisa melalui udara, tetapi bukan One Night Service. Sehingga shipping cost dan handling chargesnya bisa rendah, sementara lead timenya sekitar 3-4 minggu

Bagiku kebiasan membaca buku merupakan upaya mencerdaskan bangsa. Dan hal ini hanya bisa tercapai bila kita memberikan kesmepatan kepada rakyat Indonesia untuk membelinya dengan harga terjangkau, ataupun menyewanya di perpustakaan (betapa langkanya hal ini ditemukan di Jakarta !!! Beberapa perpustakaan kecil yang ditemukan di pelosok Jakarta baru menyediakan buku – buku fiksi). Ada satu perpustakaan di Kemang, yang pelanggannnya kebanyakn orang bule, menyediakan buku - buku manajemen dan fiksi , ataupun menjual buku bekas yang telah selesai dibaca oleh pemiliknya, tetapi dengan harga sewa yang relatif tinggi : bisa mencapai Rp.40,000 untuk 5 hari membaca buku Six Sigma yang tebalnya 200 halaman

Dengan kondisi bangsa Indonesia yang sedang dilanda 4L (lesu tak bergairah, letih fisik,lelah pikiran, lemah finansial) akibat kenaikan BBM, pasti mereka akan menyampingkan dulu keinginan membeli buku. Bagi mereka lebih penting membeli bahan kebutuhan pokok dibanding membaca buku. Membaca buku tak dapat mengenyangkan perut mereka.

Budaya kita cenderung membuat seseorang lebih senang menghabiskan uangnya untuk membeli baju dan kebutuhan fashion lainnya, daripada membeli buku. Buku tak dapat menaikkan gengsi mereka !! Karena yang terlihat secara fisik pertama kali,…sebagai kesan pertama adalah apa yang melekat di tubuh mereka, dan bukan bagaimana pengetahuan dan pandangan mereka akan suatu permasalahan.

Sementara bagaimana upaya mencerdaskan bangsa ini berjalan dan kita jadi semakin tak tertinggal dibandingkan bangsa lain,…menjadi PR bersama kita. Apa yang dilakukan Yayasan Bunda Yessi dengan konsep ‘Rumah Baca’ dan ‘Perpustakaan Keliling’ yang tersebar di seluruh Indonesia bagi anak – anak tak mampu , merupakan langkah awal yang mulia untuk menjadikan membaca sebagai suatu budaya. Jika tidak sekarang, kapan lagi ?

JB - Surabaya, 1 Syawal 1426 H – 3 Nov 2005
13.30

Tuesday, November 01, 2005

KESOLEHAN SOSIAL : POTRET TANTEKU


Sesungguhnya orang yang sangat kukasihi dan terdekat tempatnya denganku pada hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya (HR Tirmizi)

Ada kerabat dari Ibuku, seorang tante yang kukagumi karena ia memiliki kesolehan sosial yang tinggi sekali.

Sedari muda, profesinya sebagai guru salah satu SMAN favorit di Surabaya sejak tahun ‘60an, memungkinkannya untuk menolong kerabat yang ingin masuk sekolah tsb tanpa imbalan apapun juga. (tetapi tidak saudara-saudaraku, karena kami semua memilih bersekolah di sekolah lain).

Di luar itu,… ia dan suaminya terkenal ringan tangan dan tak pernah berhitung jika menolong orang lain : dari tenaga, waktu hingga uang akan ia sumbangkan.

Kebetulan tanteku ini tidak mempunyai anak, dan mengangkat 2 anak. Tetapi di luar ke-dua anak yang diangkatnya, ia masih banyak memiliki anak asuh yang dibiayainya hingga sukses. Bahkan rumahnya di Perak, menjadi tempat persinggahan orang – orang Madura yang tak dikenalnya, yang ditampungnya tinggal di sana selama berbulan – bulan. Banyak juga di antara mereka yang akhirnya dibiayai bersekolah oleh tante dan om. Sehingga di rumahnya, begitu banyak orang yang tinggal, dan menjadi keluarga besar. Ada yang menjadi seperti tukang kebunnya, sopirnya dsb. Bahkan ada salah satu anak asuhnya yang telah berhasil, setiap lebaran tak pernah lupa datang bersilaturahmi ke tante dan om.

Ibu yang tinggal sendiri di Surabaya dan ditemani oleh ke-2 adikku yang sering sibuk dengan urusannya sendiri, sering meminta tolong omku untuk membantu urusan rumah yang berkaitan dengan perlistrikan, atau kerja mekanik lainnya.
Tante selalu ada di samping Ibu, setiap Ibu menghadapi suatu masalah.

Bahkan beberapa tahun terakhir ini, tante diuji kesabarannya oleh Allah, karena mesti merawat Ibunya yang menderita penyakit tua dan hanya terbaring di ranjang. Ibu tanteku ini sudah beberapa kali mengalami masa kritis, tetapi tanteku selalu dengan penuh kesabaran, tulus, ikhlas, dan kasih sayang, juga tak pernah mengeluh, menunjukkan pengabdiannya kepada Ibunya. Hingga puncaknya adalah omku meninggal minggu yang lalu, dan hanya berselang 8 hari kemudian Ibu tanteku meninggal. Tanteku tetap menunjukkan kesabaran, ketabahan dan ketegaran yang luar biasa. Tanpa tangis dan sedan, ia menganggap ini sebagai ujian dari Allah yang mesti ia lalui dalam hidup…..

Allah tak akan memberi cobaan yang melampaui kemampuan umatNya untuk menanggungnya.

JB – Surabaya, 1 November 2005
04.30