Sunday, May 23, 2004

PADA SUATU SENJA


Ke mana mesti kusimpan potongan kenangan itu ? Matahari senja bergulir ke barat. Rinai gerimis melantunkan tembang duka. Samar tercium bau tanah di udara terbuka. Ada yang membayang di pelupuk mataku, air mata jatuh satu - satu. Isak tertahan itu tak mampu lenyapkan laraku. Lalu kudengar ucapan perpisahanmu . Aku pergi mengikuti perjalanan matahari,. .. Adakah yang abadi di dunia ini, selain ketidakabadian ? Cinta tak berarti memiliki .. Hangat ciumanmu menyentuh bibirku,....Erat dekapanmu memeluk tubuhku,.. sebelum bayang murammu mengabur di keramaian manusia di bandar udara. Burung besi itu terbang membawamu jauuuuh ke negeri dengan pesona willow mengapas putih. (Kamu pernah berkata " Alangkah nikmatnya jika pesawatku jatuh menghempaskan ragaku di ketinggian 24,000 kaki di atas permukaan tanah.Jika aku mati, tak ada lagi kesedihan tanpa batas.., tak ada lagi nyanyian pilu berulang ditembangkan..."). Ada kalanya hidup tak berarti mewujudkan semua impian kita.., hidup adalah rangkaian kompromi.. Saat itu kata - kata mengapung di udara beku,..aku tercekat, kehilangan keberanian untuk berkata.
Ah,..andainya kau tahu, betapa aku mencintaimu lebih dari yang kaurasakan, .... betapa perbedaan itu tak pernah menyurutkan kasihku padamu, betapa ada yang tak terkatakan di tiap pertemuan kita,.. selain haru biru perasaan purba..


BNI, 23 Mei 2004
buatmu, yang memenuhi ruang hatiku
dan menghempaskan aku dalam cinta
yang luka

Monday, May 03, 2004

Monolog Larut Malam


Monolog Larut Malam

Aku tak bosan mencintaimu
seperti ombak yang setia datang
menyusur pasir pantai,..
kadang bergemuruh,…
kadang mengalun pelahan,..
Aku tak jera menyayangimu…
Seperti anak – anak yang rindukan
bermain air di tengah rintik hujan ,…
Semburat ceria dan bahagia
kalahkan rasa cemas kar’na takut yang tak pasti : sakit

Aku ingin selalu bersamamu,..
Seperti rembulan yang tak pernah lelah
temani malam,…
Membagi cahaya di kegelapan …


BNI, 3 Mei 2004
kepada seseorang yang jadi mata air inspirasiku

Monolog Rindu


Alangkah sepinya di sini,..
Ketika kususuri lautan pasir bromo,…
Dan tak kutemukan kau di rerimbunan semak putih edelweiss….
Alangkah senyapnya di sini,…
Ketika kulalui jalanan terjal kaldera bromo,…
Dan tak kudapatkan kau di batu – batu cadas kiri kanan jalan ….
Alangkah sunyinya di sini
Ketika malam memeluk puncak bromo
Dan tak kurasakan rengkuhanmu di sisiku….
Alangkah heningnya di sini
Ketika kabut pagi memagut pucuk – pucuk pinus
Dan tak kudengar sapa selamat pagimu memecah hening…
Sebab rindu yang mengkristal,…
di tengah lautan pasir,
di antara batu – batu cadas,…
ditingkah pucuk – pucuk pinus,..
kudesahkan namamu,..
‘ Sayang,….
kucinta kau…..’


BNI, 3 Mei 2004…

Nyanyian Hati



Selalu kuingat bau tubuhmu yang menyisakan kerinduan..
di malam - malam sepi nan panjang,
Ketika suara merdumu tak lagi menyapaku
ketika desah nafasmu tak lagi terdengar,
ketika senyummu tak lagi terlihat,..
ketika binar - binar matamu tak lagi tampak
Kurajut kecemasan demi kecemasan,
mengingat mimpi yang terserak,
membangun bahagia
di atas rumah pasir yang rapuh,..
satu hari nanti kan lenyap terhempas angin
Kulewati hari - hariku dengan kesabaran yang sakit
saat detik ragu berlalu
saat menit enggan beranjak pergi
saat hari berhenti berputar...
saat waktu serasa penantian tak berujung,....
Menantimu kembali dari perjalanan
mengikuti gerak matahari,
Melabuhkan penat di larut masa
Kembali ke rumah yang ugahari,..
Temukan cinta yang geloranya tak terduga

BNI, 3 Mei 2004
buatmu yang gagal ajarkan aku
menikmati perasaan ngilu ....