Monday, October 31, 2005

NOSTALGIA PUASA DAN LEBARAN DI MASA KECIL


Puasa di masa kecil adalah saat yang mendebarkan sekaligus ditunggu.
Bagi aku yang masih kecil, itu artinya aku akan libur panjang sekolah, bisa bermain sepuas – puasnya dengan tante – tanteku dari Cepu dan Kalianget, yang sebaya . Di hari lebaran memakai baju baru, dan aku akan berkunjung ke rumah bude dari Bapak, serta rumahku akan jadi ‘markas’ dari saudara – saudara Ibu – oom dan tante - yang datang dari jauh ingin bertemu dengan buyut yang tinggal di rumah.

Puasa kukenang sebagai masa di mana Ibu memasak dengan menu yang lebih istimewa dibanding bulan – bulan di luar Ramadhan. Selalu ada kue buka puasa setiap hari.

Aku mulai berpuasa penuh ketika SMP. Pada saat SD, kadang masih bolong – bolong, dan begitu banyak alasan untuk membatalkan puasa. Dari tak mampu menahan air liur gara – gara ingin makan kue taart di kulkas, hingga tak mampu menahan kesal. Jika aku sedang kesal pada orang lain, maka akan kukatakan bahwa kekesalan dan kemarahanku telah membatalkan puasaku, sehingga sia - sialah puasaku, selain mendapat haus dan lapar saja.Jadi, daripada hanya mendapat lapar dan haus, lebih baik aku batalkan puasaku saat itu juga.

Puasa adalah masa di mana aku dan saudara – saudaraku berpesta kembang api setiap saat. Aku akan memainkan kembang api yang kuputar – kuputar dan kutancapkan di dahan pepohonan, dan mengerek serta menyulut petasan seperti kue taart besaaar yang pada saat itu berharga Rp 10,000 di tahun ’72…sehingga mengeluarkan suara bergemuruh di puncak pohon kelapa….

Sebulan sebelum lebaran, saudara – saudaraku sudah memilih kain yang digunakan untuk berlebaran, sehingga meja jahit Ibuku penuh dengan tumpukan kain yang menggunung. Ibuku akan menjahitkan baju lebaran yang seragam untukku dan tante - tanteku yang sebaya denganku, sehingga ke mana – mana kami akan tampak seperti anak panti asuhan….

Aku menjadi juru tulis orang tuaku, yang akan mengirim kartu lebaran kepada handai taulan. Aku akan menuliskan alamat mereka satu persatu hingga 100 lembar kartu ucapan Idul Fitri habis ditulis dan dikirim.Aku pula yang wajib menyimpan kartu ucapan yang datang melalui pos, dan memeriksanya apakah pengirim kartu sudah dibalas atau belum.

Ibu akan memasak sendiri kue kering favoritnya : dari kaastengels, kue semprit, hingga lidah kucing. Dan kakak – kakakku yang nakal itu selalu berusaha secara diam – diam mengambil kue – kue dalam stoples tinggi yang disimpan Ibu di atas lemari. Pernah saking jengkelnya buyutku yang tinggal di rumah, yang merasa kue – kue kering semakin berkurang karena dihabiskan diam – diam oleh kakak – kakakku,..menaruh susur di atas stoples kue agar kakak – kakakku jera mengambil kue !!!
Masih kuingat bagaimana kami begadang sampai malam pada malam takbiran, karena menonton acara Papikonya Titiek Puspa yang bertema Operette Lebaran di TVRI, sebagai tontonan wajib yang sayang untuk dilewatkan.

Saat lebaran, adalah saat yang kunanti – nanti untuk bisa makan kue taart parcel, dan membuka parcel berisi coklat dsb, pembagian dari kerabat Ibu yang banyak mendapat parcel. Hidangan wajib untuk lebaran hari pertama adalah nasi kuning komplit dengan lauknya : sambal goreng hati, ayam goreng, abon, irisan telur dadar, timun, kacang goreng, dan krupuk. Selain itu limun (baca : soft drink) F&N juga menjadi minuman yang disajikan untuk tamu.

Sungkeman kepada orang tua dan kerabat yang dituakan menjadi acara wajib yang tak boleh dilewatkan, yang selalu mendatangkan haru dan kilatan air mata mengingat betapa banyak salah dan dosa yang kuperbuat….

JB – Surabaya, 31 Oktober 2005
22.00

ORANG MADURA DAN BUDAYA TORON


Ini bahasa Madura yang artinya : turun mudik. Menjelang lebaran, banyak orang Madura yang toron, pulang mudik merayakan lebaran di kampung halamannya. Dan tahulah kita tradisi orang kampung, yang pulang mudik : mereka pulang dengan membawa banyak kardus yang diikat tali rafia, berisi oleh – oleh untuk sanak keluarganya. Percaya atau tidak, orang Madura beranggapan semua barang memiliki nilai uang. Sehingga kadang, mereka membawa pulang kaleng biskuit atau susu bekas. (lihat saja pengusaha besi bekas di Surabaya, yang tempat tinggalnya di daerah elit Surabaya, asetnya miliaran rupiah dan apabila bulan puasa, membagikan zakat kepada kaum dhu’afa, yang menyebabkan antrian sepanjang jalan).
Tahun lalu, pembantu Ibuku yang orang Madura, membawa pulang TV 21 inch untuk ayahnya, sebagai hasil perburuannya di Carrefour yang saat itu menawarkan TV dengan harga murah.

Banyak juga orang Madura yang justru toron tidak sebelum Lebaran , tetapi justru mereka merasa itulah saat yang tepat untuk mengais rejeki, dari berdagang dan berjualan pada saat pedagang lain tidak berdagang. Mereka justru toron menjelang hari raya ketupat, seminggu setelah lebaran.

Kebiasaan para pembantu yang berasal dari Madura adalah : mereka memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, sehingga jika salah satu dari keluarga memiliki hajat pernikahan atau khitanan, maka mereka akan pulang kampung atau toron. Bisa dibayangkan, bahwa tawaran bekerja di Jakarta atau kota lain yang jauh dari Madura, takkan mereka terima. Karena tak memungkinkan mereka untuk sering toron.

Etos kerja orang Madura yang gigih, ulet, tangguh, tak malu bekerja apa saja, asal halal, ditambah kondisi alam yang gersang, membuat mereka mau bercapek – capek menjadi bangsa perantau yang bertekad sukses. Sehingga kita bisa menemui orang Madura di mana saja, dari Jawa hingga Sulawesi., hingga menjadi TKW atau TKI di Arab. Dengan mudahnya kita menemukan wanita – wanita Madura yang berjualan nasi di Mekkah, di dekat hotel di Masjidil Haram. Demikian pula bila kita menyusuri pertokoan sepanjang Kuta Bali, maka sebagian besar penjual asesori dan cendera mata ini adalah orang Madura, yang juga banyak tinggal di daerah sekitar Situbondo, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi.
Asesori yang banyak diakui berasal dari Bali, sebenarnya banyak dipasok dari daerah sekitar Pasir Putih, Probolinggo dan Situbondo .

Keberhasilan mereka dalam bekerja bisa dilihat dari seberapa besar dan tebalnya perhiasan emas yang melingkari leher, dan pergelangan tangan mereka. Sehingga aku suka meledek orang yang suka memakai perhiasan emas secara berlebihan, sebagai ‘seperti ‘reng Medura’

Jika ditanya kepada pedagang barang bekas atau penjual bubur kacang hijau : apakah tujuan utama mereka dalam hidup ini , maka bisa dipastikan jawaban mereka adalah : naik haji . Sebagai suku yang terkenal relijius, maka kesolehan formal memang melekat dan menjadi budaya mereka. Sehingga mereka rela dan sanggup bersakit – sakit, berhemat sepanjang hidupnya : jika mereka mendapat penghasilan 4 rupiah, mungkin mereka hanya akan membelanjakannya 1 rupiah, sehingga bisa ditabung untuk naik haji dan digunakan mengembangkan usahanya.
Betapa terharunya aku, seorang pedagang barang bekas yang berkeliling dari rumah ke rumah, pada usia 60 tahun mampu naik haji dari hasil berhemat sepanjang hidupnya !!!!
Sementara aku, yang secara kedudukan lebih baik, ternyata belum mampu berhaji, karena tidak memiliki tekad yang kuat untuk naik haji, dan selalu ada pembenaran atas gaya hidup yang cenderung boros !!!

Orang Madura belum merasa berhasil, jika tak bisa membangun mesjid megah di kampung halamannya . Mereka berpikir bahwa dengan mengirim uang ke kampung halamannya, dan digunakan untuk membangun masjid, maka mereka telah berinvestasi untuk akhirat : karena masjid yang digunakan untuk sholat akan mengalirkan amal jariah bagi si pembangunnya sesudah ia mati kelak.
Sehingga saat aku berkeliling Madura, di jalan utama antar kabupaten, aku temukan setiap jarak 500 m, berdiri mesjid megah yang berukuran besar dan berbiaya bermilyar - milyar, dan merupakan masjid jami’, yang jika kubandingkan di Jakarta, masjid kelas ini sudah merupakan masjid di tingkat provinsi.
Ada masjid biru yang megah, ada masjid dengan arsitektur Timur Tengah, dsb. Tetapi yang sangat disesalkan kepadatan rumah penduduknya sangat jarang, sehingga bisa dipastikan bahwa hanya sedikit sekali penduduk yang memanfaatkan masjid tsb. Masjid berukuran besar dan megah ini bisa jadi mubazir karena tak menjadi pusat menjalankan syari’ah Islam. Dan lebih ironis, apakah benar jika kita hanya menjaga hubungan vertikal kita ke Allah, dengan membangun mesjid megah, sementara kita mengabaikan hubungan horizontal kita : menolong memberikan ‘umpan’ bagi penduduk sekitar masjid yang kita bangun, yang tak berpenghasilan dan bisa jadi hanya makan sehari sekali !!!
Kesolehan sosial ini juga merupakan investasi ke akhirat . Karena kita harus mencintai sesama kita terlebih dahulu, sebelum mencintai Allah…..

JB – Surabaya, 31 Oktober 2005
21.15

TANAH PEMAKAMAN


Perbanyaklah ingatan untuk mati (HR Abu Hurairah)

Sudah menjadi tradisi orang muslim, jika seorang anggota keluarganya meninggal, maka ia akan menguburkannya di pekuburan. Dan bukan mengkremasikannya. Pertanyaan bagus yang timbul dari anakku : demi alasan kepraktisan, kenapa tidak kita pilih cara ini ? Lalu kusampaikan bahwa umat Islam hanya mengenal satu cara : menguburkan jenazah di tanah pemakaman, karena inilah proses pembusukan alami untuk menyatukan jasad kita yang asalnya dari tanah, kembali ke tanah.

Jika kita lihat saat ini, suatu kota yang mengalami pemekaran sekian kali lipat dari asalnya, apakah dibarengi dengan penambahan lahan fasilitas sosial berupa tanah pemakaman umum (TPU) yang memadai ? Jawabnya : tidak . Bahkan sebuah pengembang terkemuka yang memiliki luas lahan 6,000 ha di daerah Serpong, ataupun 1, 700 ha di daerah Bintaro, juga tidak memiliki TPU. Pengembang selalu memiliki tanah untuk membangun mall, tetapi tidak untuk TPU !!!

Maka sebaiknya perlu dipikirkan apakah untuk setiap minimum luas lahan tertentu, pengembang mesti menyediakan TPU. Sehingga tak terjadi lagi seperti saat ini, di mana orang masih saja menginginkan agar jenazah keluarganya dimakamkan di TPU Favorit di tengah kota, seperti di Jakarta : di Karet Bivak, yang sejak tahun 50-an telah menjadi makam Chairil Anwar, atau di Tanah Kusir, yang juga telah digunakan sebagai TPU selama puluhan tahun, dan bisa jadi telah penuh sesak dengan nisan-nisan makam yang tak lagi teratur penataannya. Padahal telah ada TPU lain seperti di Pondok Rangon atau di Jeruk Purut.

Hal sama terjadi di Surabaya, di pemakaman Ngagel yang menjadi TPU terbesar dan terfavorit untuk daerah Surabaya Selatan dan Timur. Satu area kuburan bisa berharga 5 juta rupiah, dan dari sisi kelayakan untuk penambahan nisan, seharusnya telah dinyatakan tertutup !! Karena kalau kita ukur dengan densitas makam per meter persegi (hehe,..jadi seperti populasi penduduk per sqm), maka sudah menjadi sangat tidak ‘jenazah’wi, karena amat rapat, tak ada lagi ruang untuk pejalan kaki, untuk berjalan menuju makam yang dituju tanpa menginjak – injak makam lainnya, dan satu nisan berhimpit – himpitan dengan nisan lain, dan gambaran peminta – minta yang tak kunjung henti memaksa pengunjung untuk memberi uang receh, benar benar mengganggu kekhusyukan kita. Demikian pula karena demand yang tinggi pada TPU tertentu mengakibatkan hanya orang yang memiliki uang cukup sajalah yang dapat dimakamkan di TPU tsb, karena tingginya harga tanah 2*1 m yang mesti dibayar !!! Kasian deh,.TPU pun mengenal strata sebagai TPU kelas 1, kelas 2, dst !! Tak salah jika ada yang mengeluhkan ‘hidup susah karena semua mesti dibeli dengan harga mahal, sakitpun susah karena obat dan RS mahal, matipun susah pula, karena ambulans dan tanah pekuburan harus ditebus dengan harga mahal.’ Betapa ironisnya !!! (Ada seorang tukang becak di pasar dekat rumah Ibu di Surabaya, yang jenazahnya di’telantar’kan di tepi jalan, karena para tetangganya tak memiliki uang untuk menguburkannya secara layak !!)

Tak ada aturan dari pemerintah mengenai hak pakai tanah makam, misal : apabila di atas 10 tahun, maka boleh di’tumpuk’ dengan jenasah baru. Atau aturan yang mengatur bahwa makam Ngagel, Rangkah, dan TPU tua dan penuh lainnya telah tertutup bagi jenazah baru. Sehingga jenazah baru dapat dimakamkan di Keputih – Sukolilo , yang merupakan TPU baru dan masih sangat luas, memungkinkan kita untuk memakamkan jenazah dengan layak, karena masih ada ruang yang cukup lapang bagi pejalan kaki. Bahkan bila kita ingin pesan tempat untuk diri kita yang ingin dimakamkan di samping orang terkasih, maka masih dimungkinkan, karena lahan kosong yang masih luas. (Padahal aku tak tahu apakah jika kita dimakamkan bersebelahan, akan berarti arwah – arwah kita dapat berkomunikasi lebih intensif, bila dibanding dengan dimakamkan berjauhan? Sementara arwah tak mengenal dimensi ruang ???)

Bila satu saat ajal menjemputku, aku lebih memilih untuk dimakamkan di TPU terdekat dengan lokasi rumahku. Bisa jadi di tempat pemakaman di kampung dekat rumah sopirku yang berbatasan dengan kompleks perumahan. Sehingga bisa menghemat biaya, karena tak perlu menyewa ambulans dari rumah ke lokasi pemakaman. Cukup tetangga dan keluargaku mengusung keranda jenazah. Juga anak – anakku akan dengan mudah mendatangi makamku, karena hanya berjarak ratusan meter dari rumahku….

Dan kuingin mereka melantunkan Yasiin bagiku, yang akan menyejukkan aku di alam sana….

JB – Surabaya, 31 Oktober 2005
04.20 pm

MATCH MAKER


Di antara deretan iklan yang tertempel di pohon – pohon di jalan utama di Surabaya, kutemukan satu iklan yang menarik perhatianku : iklan yang bunyinya ‘Anda cari jodoh ? Hub. No. telp. xxxxxxxx ‘, berdampingan dengan iklan ‘Anda cari mobil untuk disewa?’

Hahaha,.tragis amat ya ? Apakah ritme kerja di kota besar yang menuntut orang bekerja hingga malam, sehingga mengurangi kesempatan bersosialisasi dan mencari jodoh yang tepat, telah dianggap sebagai penyebab dari sulitnya mendapatkan jodoh ? Peluang ini dibaca dengan baik oleh biro jodoh. Iklan biro jasa penyedia jodoh telah menjadi komoditi yang dianggap cukup menjanjikan untuk menangguk keuntungan. Berbagai macam iklan muncul, baik di koran, internet, maupun melalui SMS dengan tarif khusus. Dan bisnis ini adalah bisnis yang tak ada resikonya. Karena apa ? Karena jika mereka menawarkan si peminat untuk menjadi anggota dengan membayar iuran anggota, dan ternyata setelah sekian lama si anggota belum menemukan jodohnya dari sekian banyak nama yang ada dalam daftar si biro jodoh, maka tentu saja ini bukanlah kesalahan dari si biro jodoh atau match maker. Juga apabila kelak ternyata ada pemalsuan data dari anggota yang mengaku bujang padahal telah beristri dengan anak 4, dan hampir bercucu pula, maka hal ini di luar tanggung jawab match maker. Tugas si match maker hanya sampai di sini !! Sementara si matchmaker sudah menangguk untung dari pendaftaran anggota yang sekian banyak. Semakin umum kriteria yang ditetapkan si matchmaker, semakin tidak spesifik target anggota yang ingin dijaring, sehingga bisa saja si anggota tak mendapat apa yang dicarinya, karena terlalu beragamnya target. Kecuali bila si matchmaker mengkhususkan diri pada target anggota tertentu, misalnya : eksekutif yang memiliki posisi minimum X dan penghasilan minimum Y. Juga biro jodoh yang mengkhususkan diri untuk menjaring anggota yang memiliki agama tertentu, misal : islam match maker, atau christian match maker. Ada pula yang mengkhususkan diri pada anggota yang ingin mendapatkan pasangan hidup orang bule, atau bahkan berdasarkan negara tertentu seperti : Belanda, US, Australia, dsb. Juga berdasar ras tertentu, seperti : Korea, Jepang, ataupun Hispanic.

Kreatifitas matchmaker untuk lebih banyak mendatangkan uang juga terasah di sini. Ada yang mengundang para anggotanya, dengan tema ‘members gathering’ untuk bertemu muka di hotel bintang 4 atau 5, dan kemudian mereka akan mengenakan biaya yang cukup tinggi untuk ini. Jadi, match maker telah memperluas fungsinya sebagai event organizer juga.
Satu yang mesti diingat : suatu bisnis berkembang subur, karena adanya demand yang perlu disupply.
Inilah bisnis yang menangguk untung dari keputusasaan seseorang untuk mendapatkan jodoh,…. seolah biro jodoh sebagai pemberi secercah harapan yang akan menjawab kegalauan seseorang.

JB – Surabaya, 31 Oktober 2005
03.30 pm

REALITY SHOW



Aku bukan orang yang suka menonton TV – bisa dilihat dari ukuran TV di rumahku yang hanya 21 inch, dan tak ada TV di kamarku – dan lebih suka menggunakan penglihatanku untuk membaca buku, dan pendengaranku untuk mendengarkan musik. Karena bagiku, membaca buku memberiku kesempatan untuk menggunakan imajinasiku, membayangkan hal – hal yang digambarkan oleh si pengarang buku. Sementara tontonan TV lebih bnayak mengarahkan penonton untuk berperan pasif hanya sebagai ‘penerima’ saja, dan membatasi imajinasi kita.

Tetapi ada satu sajian, yang mengusikku setahun terakhir ini…, yaitu reality show. Suka menonton reality show yang ditayangkan TV swasta setahun terakhir ini ?

Berbagai tema reality show membanjiri penonton TV dari Senin hingga Sabtu. Sebagian merupakan adaptasi dari reality show TV manca negara, yang sejujurnya belum tentu baik dan mengandung muatan moral dan edukasi. Seperti salah satu tayangan reality show, di mana di setiap episodenya selalu ada pihak polisi, bersama dengan beberapa orang, menuduh pihak lain (bisa jadi siswa sekolah dituduh sebagai pengguna narkoba, atau melakukan tindak pidana pencurian, dsb) sebagai melakukan tindakan kriminal, yang ternyata semua itu hanya rekayasa belaka. Tujuan utamanya adalah rekan atau kerabat dari orang yang dituduh ingin membuat ‘kejutan’ pada si ‘korban tuduhan’ dengan mengujinya sebagai ‘terdakwa suatu kejahatan’, memaksanya mengaku,..dan melihat efek psikologis si ‘korban’ , dari berteriak histeris, menangis meraung – raung, dsb….dan pada akhir episode, di saat tekanan mencapai puncaknya, maka si rekan atau kerabat, bersama polisi akan mengakui bahwa ini hanyalah ‘permainan’ semata !!!! Bisa dibayangkan apa jadinya jika si ‘korban’ adalah penderita penyakit jantung,…apa tidak langsung kambuh serangan jantungnya ?? Jika sudah seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab ? Apalagi jika timbul perasaan tidak terima, karena dipermalukan di depan puluhan juta penonton Indonesia !!!Apalagi semua ini melibatkan institusi terhormat seperti kepolisian, yang tidak seharusnya dilibatkan untuk acara seperti ini. Rasanya TV swasta tsb telah gagal menyampaikan pesan moral kepada penonton, selain malah menuai kritik tajam dan komentar untuk menghentikan penayangannya.

Di sisi lain, ada juga gejala yang menggembirakan, di mana kaum miskin / dhu’afa mulai jadi sasaran obyek reality show. Seperti dalam ‘bedah rumah, ‘tolong’ , ‘uang kaget’, ‘rejeki nomplok’, ‘pulang mudik’, ‘nikah gratis’, ‘naik haji gratis’. Jangan katakan bahwa hal ini meng’eksploitasi’ dhuafa. Sepanjang tujuan akhirnya adalah menolong mereka, bagiku, tetap saja hal ini mengandung pesan moral positif : agar lebih banyak orang memiliki kepekaan sosial dan kesolehan sosial untuk membantu orang lain di sekitar kita yang hidup serba kekurangan.

Di ‘tolong’,.kita bisa melihat : tak selalu ada korelasi antara pedagang yang lebih besar skala usahanya, dengan keinginan untuk menolong orang yang kurang mampu, dengan menggratiskan barang dagangannya atau melepasnya di bawah harga jual yang sebenarnya. Jsutru di banyak episode, terlihat bahwa pedagang kecil yang memiliki usaha agar sekedar bertahan hidup, memiliki kepekaan sosial dan empati lebih besar dibanding pedagang besar. Karena apa ? Karena mereka tak pernah lupa akan asalnya,…seperti ‘kacang yang tak lupa akan kulitnya’, sebagai orang yang dulu pernah hidup amat susah, sama seperti orang yang membutuhkan pertolongannya.

Hal yang menyentuh hati terjadi saat melihat tayangan ’uang kaget’ yang kurang tepat memberikan solusi bagi si orang miskin. Karena hal paling tepat adalah memberikan uang, seperti dalam ‘rejeki nomplok’ yang mencari orang di RS yang membutuhkan bantuan untuk melunasi biaya tindakan dan rawat inap di RS. Kenapa ‘uang kaget’ kurang tepat memberi solusi? Karena uang sepuluh juta yang diberikan, tidak dapat diterimakan dalam bentuk uang, melainkan harus dibelanjakan dalam bentuk barang yang dibeli dalam waktu 30 menit !!! Sehingga yang terkesan adalah belanja dengan kalap, bukan pesan belanja dengan bijak. Dan segala hal yang tak diperlukan bisa dibeli seketika itu juga, tergantung lokasi pusat perbelanjaan terdekat saat itu !! Masih beruntung jika dapat menemukan lokasi pusat perbelanjaan yang murah. Jika tidak, maka si orang miskin ini mesti berbelanja di mall yang harganya relatif mahal. Dan yang terjadi adalah kelucuan dan kegetiran pada saat bersamaan. Karena terbatasnya waktu, maka si orang miskin akan membeli telpon genggan yang bisa jadi kelak ia tak mampu membayar pulsanya. Atau ia memilih membeli kasur pegas yang ternyata saat dimasukkan di kamarnya, ruangan kamar tak cukup besar menampung kasur ukuran queen tsb.
Bisa ditebak, yang terjadi kemudian adalah bagaimana caranya uang sepuluh juta tsb bisa dihabiskan dalam waktu 30 menit. Kemudian jika si orang miskin ini butuh uang tunai, maka ia akan menjual kembali berbagi barang yang telah ia beli. Tetapi ia lupa, semkin banyak dan beragam barang yang ia beli, maka semakin turun nilai jualnya, sehingga semakin berkurang uang yang ia dapatkan dibanding nilai awal 10 juta tsb. Semakin ia jeli memilih barang yang tetap memiliki nilai jual tinggi – hanya fokus pada 1 atau 2 macam barang – seperti logam mulia batangan atau perhiasan emas – jika perlu belikan 100 gr emas dengan nilai bulat 10 juta – atau mampu menemukan dealer motor yang menjual Suzuki Smash dengan harga 10 juta, maka ia akan mendapat nilai jual kembali yang tetap tinggi, dan dapat memperkecil kerugian selisih nilai beli dan jual.

Di luar reality show seperti disebutkan di atas, ada juga reality show yang targetnya anak muda, seperti : ‘Katakan Cinta’, ‘Playboy Kabel’, ‘Cari Jodoh’ atau ‘H2C’.
Anak muda kini menjadi lebih berani untuk mengekspresikan perasaannya yang paling dalam. Me’nembak’ idaman hati, yang dulu dilakukan secara sembunyi – sembunyi, dan cukup diketahui oleh si penembak dan target tembakan, maka kini telah menjadi konsumsi jutaan penonton TV!! Dan si penembak tak perlu merasa malu, jika ‘tembakan’nya ditolak.
Demikian pula keinginan untuk memata – matai kekasih yang ditengarai potensial berbohong atau berselingkuh, maka akan menggunakan jasa ‘detektif’ dalam ‘H2C’ atau ‘playboy kabel.’ Sementara si pelapor merasa tak bersalah menjadikan target yang dicurigai berselingkuh dilihat jutaan penonton TV, di lain sisi si target merasa amat dipermalukan dengan menjadikan dirinya sebagai tokoh ‘antagonis’ yang tak populer dan menyebalkan di mata penonton.

Telah terjadi pergeseran nilai budaya dibanding di era sebelumnya.
Ruang – ruang pribadi sudah dijamah untuk konsumsi hiburan, dan makin menjadi wilayah publik.
Selama hal ini memberikan suatu pembelajaran bagi penonton, dan ada pesan moral yang dapat disampaikan,..maka mari kita sambut reality show sebagai suatu variasi di tengah monotonnya acara TV yang penuh dengan sinetron kekerasan dan tak memiliki nilai edukasi.

JB – Surabaya, 31 Oktober 2005
02.45 pm

Saturday, October 29, 2005

MY MILE STONE : the 100th posting

Finally, today I ‘ve posted the 100th topic or subject, as a mile stone that among my work activities that so stressful, and my personal life, I always have time to update my weblog for any topics that really touched my heart, inspired me, and being my thought.

Sometimes, the writing process was so fast, within 15 minutes I can finish to write one article. Especially topic that need to keep up- to date promptly, like bali bomb blast, or Cak Nur passed away. Other topics were thing happened in my life,…and a few things were my observations to the changes happened in our culture, such as : Extra Marital Affairs, or Nikah Siri. While most of poems became the most personal expression about what I felt and had experience…..

The last 4 months - from July to Oct – became my productive months, as most of 100 posting occurred during these stressful period (and will be more productive next upcoming months,.as it is closer to my office projects due date !!)
The most productive day was during the week end, especially Sunday. I could post 4 topics within 2 hours.
And during work day, I wrote some topics when I was on the way to office (as long as my NB battery is fully charged !!)

The process of writing is similar like exercise to gym, you can release your tension by writing things not relates to your stress.And once you completed writing, it seems that you just release all Carbon Dioxide and get fresh Oxygen for your lung !!!
The more I felt stress, the more productive I was.

I don’t care whether others will read it or not, as from the beginning my purpose to have weblog is as a tool to express my thought that really impressed me. Pro’s and con’s from the readers are welcome…as nobody’s perfect and I had no intention to force others to accept my opinion and thought.

As I believe that the most beautiful thing in our life is if we can accept diversity as part of our culture.

Happy Lebaran for all of you
And have a memorable and enjoyable holiday with your family…

BNI, Oct 29, 2005
04.30 am

YA ALLAH



Ya Allah,..
Ternyata aku cuma sekedar lalat yang sibuk dengan urusan duniawiku,..
Yang masih hirau dengan riang dan pedih karena kedekatan dan kejauhan dengan
Orang – orang yang disayangi,…
Yang masih marah, benci, karena tidak diacuhkan dena diperlakukan tak patut
Oleh orang – orang sekitar
Yang masih tak mampu meredam nafs amarahnya,
Yang masih tak bisa menahan nafsu memilikinya,
Yang lebih kuat mengikuti tarikan Nasut,..

Ya Allah,…
Betapa indah, juga betapa sulit ‘tuk mengambil jarak
Dengan segenap perasaanku,….
‘tuk tak hirau dengan tetek bengek duniawi,
‘tuk tak silau pada kemilau harta nan memabukkan,.
‘tuk tak peduli pada tanggapan orang lain,..
dan terus lakukan kebaikan,.betapapun buruk tanggapan mereka,…
(ah,.aku kan muslim, dan bukan umat Kristiani
yang menganut falsafah ‘bila ditampar pipi kirimu, maka berikan pipi kananmu’)

Ya Allah,
Alangkah indahnya tasawuf,..
Yang meminimalkan urusan dunia,..
Yang mengutamakan kebersihan hati dan niat kita,..
Yang berusaha sedekat mungkin denganMu,…
Tiap saat,..di manapun berada….

Ya Allah,..
Aku bukanlah Rabi’ah al Adawiyah, ataupun al Hallaj,..
Yang mencintaiMu semata,..
Yang menihilkan cinta pada kekasih – sesama manusia –
Yang mengabdikan seluruh hidupnya
‘tuk mencarimu…

Tetapi ya Allah,…
Aku mohon,..
Biarkan aku mencintaiMu…
Jauuuuh di atas permainan dunia,..
Sadarkan aku,..
Tak layak ‘tuk bersedih atas kehilangan orang – orang terkasih,
Dan harta dunia,..
Tak patut tuk berlama – lama habiskan waktu
Mencumbu urusan dunia…
Tak pantas ‘tuk merasa memiliki dan bangga atas pencapain duniawi,..
Kar’na sesungguhnya,..
Itu kar’na kuasa dan kehendakMu,..
Yang memungkinkan semua terwujud…..
Kar’na ‘kepemilikan’ atas nikmat duniawi itu,…
Sebatas hitungan sekejap waktu dan hanya sementara,…
Kar’na semua di dunia ini
TitipanMu dan milikMu semata,..
Menjadi kewajiban kami ‘tuk menjaga amanahMu

BNI, Ramadhan ke -21, 29 Des ‘99
06.15

Friday, October 28, 2005

MAKNA IDUL FITRI


Kuliah Kajian Agama oleh Prof. Dr. Nurcholish Madjid – Januari 1999

- Untuk mengingat Cak Nur, guru bangsa yang kukagumi karena ide – ide pembaruannya dan memimpin dengan teladan, dan memiliki integritas tinggi -

Beliau membuka dengan mengingatkan makna : QS Ali Imran 3 : 133 – 135 : “Dan bergegaslah kamu kepada ampunan TuhanMu, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang – orang yang bertaqwa, yaitu :
- Orang – orang yang menafkahkan hartanya pada waktu lapang dan sempit
- Orang – orang yang menahan amarahnya, dan
- Orang yang memaafkan kesalahan orang lain

Dan Allah menyukai :
- Orang – orang yang berbuat kebaikan , dan juga
- Orang – orang yang bila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya , mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun atas dosa – dosanya

Manusia gampang tergoda, sehingga turun ayat Qur’an : ‘Janganlah kamu gampang tergoda oleh kehidupan duniawi dan oleh apapun yang dapat menggodamu.’ Contoh : santai, foya – foya.

Dicontohkan mengenai seseorang yang masuk ke neraka karena tak pernah membantu orang miskin (hubungan horizontal) dan tak pernah sholat (hubungan vertikal) seerta hidup bersantai – santai saja, sehingga tak memiliki sense of crisis / emergency, yaitu orang yang beranggapan bahwa dunia adalah segalanya

Cobaan yang kita terima merupakan satu bentuk ‘sense of crisis/emergency’ juga, yang bagi sufi, hal ini patut disyukuri karena jika lulus ‘ujian’ akan mendapat ‘promosi’ sehingga ada unsur ‘blessing in disguise’

QS Rum 30 : 30 :’Maka hadapkanlah dirimu kepada diin/agama, fitrah Allah yang Dia telah ciptakan manusia atasnya. Tak ada perubahan bagi Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tak mengetahuinya. ‘
Hal ini menunjukkan secara naluri : manusia ingin mencari kebenaran.

Islam adalah agama yang konsisten, agama humanism universal , di mana kita dituntut tampil sebagai manusia ‘suci’, harus berbuat baik bagi sesama

Memaafkan saja juga tak baik, karena jadi permissive.
Qur’an juga mengakui hak orang untuk membalas , agar dalam masyarakat berlaku hukum.
Disebutkan dalam Qur’an : ‘Kamu jangan iba dalam menegakkan hukum.’ Di mana ini mengedepankan masyarakat madani berdasarkan supremasi hukum .
Dalam QS Asy Syu’ara ditegaskan mengenai ciri orang beriman yanag bila diperlakukan tak adil, mereka membela diri dan tak dipersalahkan . Tetapi bila mereka memberi maaf dan berdamai, maka Allah akan memberikan pahala bagi mereka.

Idul Fitri berbarti kembali ke fitrah kita : hidup bahagia dalam paradiso. Karena ‘lembek’, maka kita terlempar ke ‘inferno’ . Kemudian kita puasa, masuk ke alam purtagorio, dan kembali pulang ke ‘paradiso’.

Selamat Idul Fitri...
Maaf Lahir Batin...

BNI,
28 Oktober 2005 - 08.15 am

PESTA PERNIKAHAN


Dulu, ketika aku masih SMP dan SMA dan suka menemani orang tuaku menghadiri undangan resepsi pernikahan kerabat atau kenalan orang tuaku, aku suka bertanya – tanya sendiri : kenapa undangannya sedemikian banyak ? Apakah mempelai atau orang tiua mempelai mengenal tamu yang diundang ? Mengapa nuansanye begitu formal, dan tak tampak terjalin keakraban anatara tamu dan pengundang ?
Saat itu keherananku hanya sebatas tanya. Karena di usia mudaku, setiap undangan pesta pernikahan adalah kesempatan untuk ‘makan besar’ dengan beragam menu dari katering terkenal (jika ingat hal ini, aku jadi malu,…, membayangkan betapa ‘rakusnya’ aku menjelajah satu meja ke meja lain untuk menikmati semua menu yang ada !!)

Bagi orang Indonesia, pesta pernikahan merupakan suatu momen penting kehidupan yang menunjukkan bahwa orang tua telah rela melepas anaknya ke jenjang pernikahan untuk membentuk keluarga yang mandiri, dan karena itu wajib meng’umum’kan nya ke semua orang yang dikenal oleh orang tua, dan keluarga besar. Juga di Indonesia, pesta pernikahan juga menjadi ajang untuk ‘unjuk kemampuan sosial mereka’, seberapa ‘gaulnya ‘ si orang tua, karena semakin bnayak undangan yang disebar, semakin menunjukkan betapa luas dan beragam pergaulannya, dan juga semakin mewah gedung pertemuan yang dipilih, makin menunjukkan kelas dan status sosial si pengundang. Tidak jarang biaya pernikahan senilai dengan 1 rumah mewah atau mobil mewah !!
Alangkah tragisnya jika setelah pernikahan yang cukup mewah, si pengantin kembali menghuni rumah kontrakan atau rumah pribadi di pinggiran kota, sementara dengan uang yang digunakana untuk berpesta, mereka bisa meng’up-grade’ rumah yang mereka miliki menjadi lebih besar, atau bahkan merenovasi dan melengkapinya dnegan perabot rumah tangga yang nyaman.
Tetapi jarang orang tua yang bisa menerima saran calon pengantin untuk memestakan pernikahannya secara sederhana hanya di masjid, dan kemudian memilih uangnya diserahkan kepada pengantin. Karena apa ? Karena di sini terkait dengan gengsi dari orang tua. Karena orang tua tak ingin dicela oleh tetangga , keluarga besar dan handai taulan yang tak turut serta diundang, sebagai tak menghargai kerabat dan handai taulan, dan mereka tak siap mendengar komentar ‘orang tuanya mampu dan berduit, koq tega – teganya anaknya tidak dipestakan, ya…Jangan – jangan MBA dulu ya..!!’ Naah, komentar – komentar miring yang belum tentu terjadi ini menyiutkan nyali orang tua untuk memilih cara yang tak lazim ini.

Sehingga di keluarga Jawa pada umumnya, mereka bisa hidup berhemat selama berpuluh – puluh tahun. Tetapi begitu datang hari pernikahan anaknya, mereka akan mengorek tabungan puluhan tahun, dan akan memestakan pernikahan anaknya secara layak dan terhormat dengan biaya yang tak terduga akan mampu ditanggung oleh keluarga yang tampak sederhana ini !!

Pada saat tahun ’80 - 90 an, aku memaklumi bahwa budaya mengundang ratusan hingga ribuan undangan masih wajar, karena terkait dengan stigma di atas. Dan kupikir, perubahan akan terjadi setelah kita memasuki abad 21. Eeeh, ternyata hingga tahun 2005 ini,.tak ada perubahan dari sisi jumlah undangan yang disebar.
Hanya segelintir mempelai yang mengurangi undangan hingga berjumlah puluhan hingga seratusan, untuk menjaga kekhidmatan dan keakraban ke dua belah pihak Sehingga hanya tamu yang memiliki kedekatan hubungan dan ikatan emosional yang kuat, yang diundang ke pesta tsb. Tamu tak datang hanya sekedar memenuhi formalitas !

Selama belasan tahun pula, selalu bunyi ayat QS Rum 21 yang dicantumkan dalam kartu undangan calon pengantin muslim. Seolah – olah kita telah kehilangan kreatifitas untuk mencari kata – kata bermakna dan indah lainnya.
Kemudian ada beberapa calon pengantin yang memilih menggunakan puisi Sapardi Djoko Damono sebagai pengantar dalam undangan. Puisi yang sederhana, tetapi sangat menyentuh…(kesederhanaan dan ketepatan pemilihan kata – kata adalah kekuatan puisi Sapardi) :

AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)

Pada era ‘70 an hingga awal ‘90-an, masih umum ditemukan, tamu undangan memberikan kado pernikahan tidak berupa uang tunai, tetapi berupa kado barang pecah belah atau perlatan dapur,yang ternyata setelah dipilah pilah, mempelai bisa mendapatkan 30 pcs teaset, 10 lusin piring, 3 rice cooker, dsb, yang akhirnya mnejadi sesuatu yang mubazir, dan berlebih,.ditumpuk di gudang selama bertahun - tahun. Bahkan hingga si pengantinnya telah bercerai,.tumpukan di gudang tak kunjung berkurang. Bisa jadi kado yang menumpuk itu akan berkurang sedikit demi sedikit jika si orang tua pengantin atau pengantinnya mendapat undangan dari orang lain, maka ia tak perlu membeli kado lagi, dan cukup mengambil dari stock kado yang ada, asal jangan lupa melepas kartu nama si pemberi kado !! Budaya ini juga memunculkan toko yang mau menerima barang – barang ex kado pengantin, yang dijual setengah harga lebih rendah dibanding harga luar. Dan calon pembeli yang ingin berburu barang bagus, dan murah, dapat membelinya di toko khusus ini !!!
Kemudian dengan semakin majunya zaman, pemikiran menjadi semakin praktis dan sederhana : calon pengantin menginginkan kado tidak berupa barang, tetapi uang tunai. Karena uang tunai lebih fleksibel untuk digunakan apa saja sesuai kebutuhan pengantin, dan meniadakan kebutuhan space gudang untuk menyimpan kado barang . Demikian pula si tamu juga senang, karena tidak perlu biaya tambahan, berputar – putar berbagai toko untuk mencari kado yang sesuai, yang artinya : memakan ongkos, dan waktu ekstra!!

Tema pesta pernikahan selama 8 tahun terakhir menjadi makin variatif : dari konsep ‘open air’ , pesta kebun di kebun raya Ragunan (sehingga disaksikan tidak hanya oleh manusia, tetapi juga oleh saudara tua kita – siamang dan kawan – kawannya -) atau Kebun Raya Bogor, atau di kolam renang hotel berbintang (yang sukses memberikan penghasilan bagi si pawang hujan), hingga pesta ala ‘jadul’ era 50an : rumah betawi, lengkap dengan orkes kroncong, burung perkukut, baju serba putih ala meneer dan mevrouw Belanda , lengkap dengan nostalgia makanan tempo doeloe yang langka ditemukan saat ini. Sehingga pesta pernikahan ini telah menjadi bisnis yang berkembang luar biasa besar untuk mengakomodir kebutuhan si empunya hajat. Tak lagi sekedar catering makanan, pelaminan, bunga, dsb, tetapi telah berkembang menjadi event organizer yang mampu menawarkan paket lengkap yang sesuai dengan konsep yang diminta oleh pemilik hajat : dari H-7 untuk perawatan tubuh calon mempelai, hingga pasca pesta pernikahan untuk menyediakan bulan madu si mempelai (di Alaska !!)

Bulan lalu, sepupuku merayakan pesta pernikahannya, dan tak diduga, ia memintaku untuk membuatkan puisi pernikahan yang akan dibacakan di pestanya yang bertema ‘romantis – minimalis – dan menggunakan konsep pesta kebun .
Karena ini adalah order pertama bagiku, akau mengiyakan saja, karena menjadi semacam tantangan. Aku menyiapkan dalam waktu semalam, tak tidur hingga pukul 2 pagi . Di saat pesta pernikahan, aku membacakannya bergantian dengan seorang sepupu pria, di tengah kegelapan malam yang hanya diterangi obor dan nyala ratusan lilin di kolam renang yang tampak begitu romantis, ditingkah alunan suara orkestrasi “Melati Suci’

Jadi, gaya pernikahan seperti apa yang anda pilih untuk membuat pesta pernikahan anda jadi kenangan indah yang takkan terlupakan dan layak dikenang seumur hidup ?

BNI, 28 Oktober 2005
07.00 am

Your mind is an acre of land



In your ‘acre’,…you can ‘grow’ whatever you ‘put in’

God gives this acre to everyone.
Some of us treat this ‘acre’ with love and care like any good farmer
But a few of us under utilize it, finding short cuts to get the production to meet
the current needs of the day

Our acre of land needs :
Tilling …. Hard work, long hours
Fertilizers …. Good reading
Pesticides…. Self-discipline
Irrigation…. Commitment
Seeds….. Good thought starters, visit to your counter parts to pick up ideas
Rains….. Luck (may God be on your side)

by Promod Batra

PUISI RENDRA TENTANG HIDUP


Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup,
bekerja membalik tanah,
Memasuki rahasia langit dan samudra.
Serta mencipta dan mengukir dunia


Kita menyandang tugas,
Karena tugas adalah tugas,
Bukannya demi surga atau neraka,
Tetapi demi kehormatan seorang manusia

WS Rendra

As I Walk Through Life


I've learned
-that you can do something in an instant that will give you heartache for life.

I've learned
-that it's taking me a long time to become the person I want to be.

I've learned
-that you should always leave loved ones with loving words.
It may be the last time you see them.

I've learned
-that you can keep going long after you can't.

I've learned
-that we are responsible for what we do,
no matter how we feel.

I've learned
-that either you control your attitude
or it controls you.

I've learned
-that regardless of how hot and steamy a relationship is at first,
the passion fades
and there had better be something else to take its place.

I've learned
-that heroes are the people who do what has tobe done
when it needs to be done, regardless of the consequences.

I've learned
-that money is a lousy way of keeping score.

I've learned
-that my best friend and I can do anything or nothing
and have the best time.

I've learned
-that sometimes the people you expect to kick you when you're down
will be the ones to help you get back up.

I've learned
-that sometimes when I'm angry I have the right to beangry,
but that doesn't give me the right to be cruel.

I've learned
-that true friendship continues to grow, even over the longest distance.
Same goes for true love.

I've learned
-that just because someone doesn't love you
theway you want them to, doesn't mean they don't love you with all they have.

I've learned
-that maturity has more to do with what types of experiences you've had
and what you've learned from them and less to do with how many birthdays you've celebrated.

I've learned
-that your family won't always be there for you.
It may seem funny, but people you aren't related to,
can take care of you and love you and teach you to trust people again.
Families aren't biological.

I've learned
-that no matter how good a friend is,
they're going to hurt you every once in a while and you must forgive them for that.

I've learned
-that it isn't always enough to be forgiven by others,
Sometimes you have to learn to forgive yourself.

I've learned
-that our background and circumstances may have influenced who we are,
but we are responsible for who we become.

I've learned
-that just because two people argue,
it doesn't mean they don't love each other.
And just because they don't argue, it doesn't mean they do.

I've learned
-that we don't have to change friends if we understand that friends change.

I've learned
-that you shouldn't be so eager to find out a secret,
It could change your life forever.

I've learned
-that two people can look at the exact same thing
and see something totally different.

I've learned
-that your life can be changed in a matter of minutes,
by people who don't even know you.

I've learned
-that even when you think you have no more to give,
when a friend cries out to you,
you will find the strength to help.

I've learned
-that credentials on the wall
do not make you a decent human being.

I've learned
-that the people you care about most in life
are taken from you too soon.

Author : Unknown

BELIEVING IN YOURSELF


Standing for what you believe in,
Regardless of the odds against you,
and the pressure that tears at your resistance,
... means courage.

Keeping a smile on your face,
When inside you feel like dying,
For the sake of supporting others,
... means strength.

Stopping at nothing,
And doing what's in your heart,
You know is right,
... means determination.

Doing more than is expected,
To make another's life a little more bearable,
Without uttering a single complaint,
... means compassion.

Helping a friend in need,
No matter the time or effort,
To the best of your ability,
... means loyalty.

Giving more than you have,
And expecting nothing,
But nothing in return,
... means selflessness.

Holding your head high,
And being the best you know you can be
When life seems to fall apart at your feet,
Facing each difficulty with the confidence

That time will bring you better tomorrows,
And never giving up,
... means confidence.

~ by Mary Ellen Joseph~

Thursday, October 27, 2005

INTEGRITY


From dictionary, integrity means : "behavior and decisions which are consistently in line with our principles", how we act with integrity. These principles should be accepted as ethical and honest.

Words that can describe characters of someone who has integrity are : honest, trustworthy, truthful, faithful, consistent, principled, scrupulous,

We have to be consistent with our principle, whatever the situation is .Sometimes we face ‘grey area’ that force us to realize that we live in Indonesia, with specific culture that enable us to, let say send gifts to our related government officer, or give money to particular parties just to smooth our business and even receive lebaran parcel or gift from our vendors. The ‘invisible’ cost that has no invoice as a proven receipt, becomes dilemma and could not be accepted by multi national company. As the internal audit and code of ethics prohibit us to do all the above examples.
Things that will affect the way the other institution or parties make the right and objective decision , should be prohibited. And it’s right !!!

One of the important elements of integrity is consistency : we should be predictable person, with what we’ll do and say, our decisions are firm , no matter with whom we’ll interact, and we’ll not change the decision just for sake of the boss or owner, and not based – on our feeling or intuition, but logical thinking. Remember, we’ll be role model of integrity, everybody will look at us !! So, once we lack of make the right act and decision , then everybody will leave you and try to disobey the rule. For sure, we can not satisfy everybody by expecting they can accept and agree with our decision, but as long as you hold your integrity, others will respect you, coz you are on the right ethical and moral beliefs.


Sometimes our integrity is tested when we wanted to get good results shortly. Can we close our eyes, and tolerate and compromise something that actually we can’t, just for the sake of good result ? No, we can’t..

Integrity is not stand alone, as for Moslems , integrity relates to our holy Qur’an content that always taught us to be ‘istiqomah’ or consistent in the way we do,..do kind deed, love human being before we love Allah


BNI, October 27, 2005
07.00 am

CAST AWAY



Pernah menonton Tom Hanks dalam aksinya yang memukau di film ‘Cast Away’ 5 tahun silam ?
Di mana ia menjadi Robin Hood era global, sebagai karyawan FedEx terdampar di pulau antah berantah, yang membuatnya menjadi satu – satunya manusia penghuni pulau tsb. Ia tak dapat berkomunikasi dengan orang lain, karena telpon selularnya tak mendapat sinyal, dan tak ada aliran listrik untuk mencharge battery, uang yang ada di dompet tak bermakna, dan mengalami disorientasi ruang dan waktu….
Luar biasa sekali,..seseorang yang sehari – hari terbiasa bersosialisasi, berinteraksi, begitu tergantung dan mengandalkan jam tangan, cell phone dan uang untuk kehidupannya sehari – hari, tiba – tiba harus memulai dari NOL semuanya…..
Dan ternyata,….setelah sekian lama menjadi solitaire, ia mampu beradaptasi dengan semua kendala itu…

Suatu saat 3 tahun silam, aku mengikuti pelatihan outbound 2 hari 1 malam, di mana saat itu aku dan teman – temanku diminta untuk menanggalkan arloji, dan mulai mengandalkan perasaan, dan kepekaan terhadap waktu yang lewat yang telah kita gunakan, untuk membedakan waktu dan memperkirakan jam berapa sekarang, selain tentunya dengan melihat tanda – tanda alam : langit yang mulai rembang petang, fajar menyingsing, dsb. Aku yang terbiasa selalu memakai arloji, sebagai penanda waktu, mulai merasa kurang nyaman, karena alat bantuku berkurang satu.
Tetapi tak lama kemudian, aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan kendala satu ini,..karena kusadari memakai arloji, memasang jam dinding, dsb bukanlah sesuatu yang ‘mutlak’,..karena ia malah membuat kepekaan kita berkurang, dan menjadi tidak menghargai detik demi detik dan menit yang berlalu dalam kehidupan kita, yang tak mungkin kembali !!!

Ujian lain datang ketika semua cellular phone diambil, dan kita merasa kehilangan kontak dan komunikasi dengan dunia luar,…dengan orang – orang yang kita sayangi, dsb. Padahal, jika diingat, 15 tahun silam, ketika teknologi komunikasi belum semaju saat ini, dan tak ada orang yang memiliki telpon selular, semuanya tokh berjalan baik – baik saja. Bisnis Bill Gates tetap berjalan seperti biasa, transaksi perbankan mulus, dsb. Dengan adanya cell-phone, kita semakin tergantung kepada alat yang satu ini, dan membuat kita seperti ‘addicted’ untuk menelpon.Jika setengah hari saja tak menelpon rumah, menanyakan keadaan anak – anak, rasanya seperti ada yang kurang….
Cell phone juga membuat kita seperti on – call person yang siap untuk dihubungi 24 jam, 7 hari seminggu, 365 hari setahun !!! Tak ada lagi kemampuan untuk menolak menerima telpon atau SMS di tengah malam ..Dan ini membuat sebagian waktu pribadi kita terenggut…

Demikian pula ketika si pelatih meminta kita untuk menyerahkan dompet dan semua uang yang ada, sehingga kita tak memiliki uang sama sekali,…maka aku makin yakin bahwa ini adalah untuk mengukur seberapa besar survival spirit kita. Untuk menanggalkan ketergantungan pada uang dan beranggapan bahwa uang adalah segalanya. Kulihat ada beberapa temanku yang berusaha mengelabui dengan menyimpan uangnya di kaus kaki , di bawah alas sepatu, dsb. Tetapi bukankah mengelabui orang lain berarti membohongi diri sendiri ? Dan kita akan kehilangan esensi dari permainan ini…..

Mulailah perjalanan sekian ratus meter dan sekian km untuk mendapatkan uang dari orang lain yang tak kita kenal, dengan menawarkan suatu barang, dan menggunakan kemampuan ‘marketing’ kita untuk bisa membujuk orang tsb agar mau membeli produk kita. Bagi yang tangguh, mereka bisa naik kendaraan umum dengan gratis, setelah mampu meyakinkan si sopir angkot.
Di sinilah kemampuan kita untuk memasarkan produk dan menahan sabar, diuji !!! Dan produk ini harus dilepas di atas harga dasar yang ditetapkan !! Jangan sampai merugi, hanya karena takut tak dapat makan siang…. (sebagai hukuman bagi yang tak mampu menjual, maka ia akan menahan lapar dan tak mendapat jatah makan siang).
Dan kita juga diajarkan bagaimana sebagian orang harus melalui proses seperti yang kita ikuti dalam permainan ini – begitu susah payah – berjalan seharian : melewati kandang kerbau, menyapa penghuni rumah kost, menahan malu untuk mendapat tumpangan gratis, dsb, hanya untuk mendapat uang Rp. 10,000. Sementara kita harus amat bersyukur, bahwa dengan ‘menyetorkan muka’, hadir pukul 8 s/d 5 sore, kita sudah dapat memastikan setiap tanggal 25 gaji kita sudah ditransfer ke bank.
Dari sini aku makin menghargai proses mencari uang yang begitu sulit, sehingga selayaknyalah kita membelanjakannya dengan bijak.

Permainan lainnya adalah kita dilarang berbicara sama sekali kepada orang lain selama 1x24 jam !!! Bisa dibayangkan bukan,.betapa menyiksanya hal ini !! Terutama bagi orang – orang cerewet, seperti aku, yang terpaksa banyak berdiam diri, dan mengandalkan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan ketika ‘bahasa tubuh’ yang kutunjukkan disalah mengertikan oleh temanku,.betapa frustrasinya aku !!! Pada saat seperti ini,..aku langsung membayangkan dan berempati kepada para penderita tuna rungu wicara yang sepanjang hidupnya harus mengalami hal ini –mengalami kendala komunikasi dengan orang non – tuna rungu wicara -, sementara aku baru berapa jam saja, sudah merasa sedemikian menderitanya….
Permainan ini juga membuat aku berpikir bagaiman berkomunikasi secara efisien dan efektif, minim ‘bunga – bunga’ kata yang tak perlu, karena semua mesti diekspresikan dalam bahasa tubuh.
Ternyata , puasa makan jauuuuh lebih mudah daripada puasa bicara yang menguras energiku.

Semua permainan yang memiliki makna filosofi mendalam ini, mengajarkan aku agar tak tergantung kepada kepemilikan benda – benda di luar diriku, yang akhirnya ‘mengatur’ hidupku : uang, jam dinding, cell phone, karena seharusnyalah aku yang mengendalikan semua itu, dan bukan sebaliknya !!!

Sementara permainan menahan kemampuan berbicara mengajarkan aku untuk bersyukur kepada Sang Pemilik Asma’ul Husna, yang mengaruniai aku panca indra yang sempurna, sehingga memiliki kemampuan berbicara - sekalipun tak sehebat Oprah - tetapi seharusnyalah aku menggunakannya tidak untuk memaki orang lain atau mengomeli kenakalan anak – anakku.
Tetapi sayangnya, karena merasa ini karunia yang didapat dengan cuma – cuma, maka betapa banyak ‘inflasi’ kata – kata yang kita ucapkan ,…menjadi gossip, celaan, keluh kesah dsb,….betapa banyak percakapan tak bermakna, yang membuat orang lain kesal dan marah !!! Padahal justru seharusnyalah kita menunjukkan ‘sedikit bicara, banyak bekerja’ dan bukan NATO (yang ini sudah terwakili oleh anggota dewan yang terhormat, yang baru saja mendapat kenaikan tunjangan 10 juta per bulan !!!).
Pun berbicaralah yang mampu mendatangkan kesejukan bagi sesama.., seperti yang diteladankan oleh Aa’ Gym, yang ceramahnya didengar oleh lintas agama, karena sifatnya yang universal……

BNI, 27 Oktober 2005
05.27 am

Wednesday, October 26, 2005

HARGA DIRI


Di Indonesia ini banyak orang yang melacurkan harga dirinya, tidak demi sesuap nasi, tetapi demi sebongkah berlian dan sebuah rumah megah di Pondok Indah. Mengapa ?

Karena masyarakat Indonesia yang sudah kelewat lama hidup sengsara setelah berabad – abd dijajah oleh Belanda, capek hidup susah dan ingin hidup senang dan mewah secara instan, tanpa melalui proses yang benar dan halal.

Karena masyarakat Indonesia memandang kesuksesan seseorang dari materi yang dimilikinya, dan bukan dari betapa besar pengabdian seseorang pada bidang yang ditekuninya betapapun kecil dan tak memadainya penghasilannya, juga kejujurannya yang tampak melawan arus…

Harga diri yang hilang ini pulalah yang membuat perempuan - perempuan muda nan cantik dan seksi di usia remaja, mau me’lacur’kan dirinya, bukan karena desakan sesuap nasi, tetapi karena dorongan materi ingin memiliki HP model terbaru, ataupun ingin memakai baju desain terbaru yang sedang menjadi trend. Apakah iklan yang membombardir media massa memiliki kontribusi kesalahan sehingga memicu masyarakat kita yang belum cukup dewasa - untuk mencerna dan memilah iklan tsb – menjadi generasi konsumerism dan hedonism yang begitu memuja dunia dengan segala kepemilikannya ?

Seharusnyalah kita berterima kasih dan menaruh respek mendalam kepada penjaga mercu suar di pulau terpencil, penjaga Taman Nasional Baluran, Kerinci – Seblat, penjaga lintasan rel KA, guru – guru di Teluk Jakarta, pulau Karimunjawa, yang mesti ulang alik menggunakan perahu dengan biaya tak sedikit,… yang mengabdikan hidupnya tanpa pamrih, tetapi tidak mendapat penghargaan memadai dari sisi penghasilan

Seharusnyalah kita lebih menaruh hormat pada pak Bejo yang mengayuh sepeda tuanya di usia 50 tahun, tetapi tetap tak tergoyahkan untuk melakukan hal – hal terlarang, karena ia tak ingin anak istrinya makan dari rejeki tak halal yang membuat anaknya tak pintar dan tak mendatangkan ‘barokah’ bagi keluarganya. Ia yang mengingatkan bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini – baik ataupun buruk sekalipun – akan selalu dilihat oleh Allah, yang tak pernah tidur !!!

Kita menjadi bangsa yang tak cukup sabar untuk melihat suatu proses berlangsung. Kita ingin segalanya serba instan dan dalam sekejap, dengan tongkat ajaib, dapat mendatangkan hasil !! Sehingga terjadilah kesalahan pernyataan – sebelum terjadi krismon di tahun 1998 - yang mengatakan Indonesia adalah salah satu macan Asia. Eeh, ternyata bukan macan sejati, melainkan macan kertas atau macan ompong !! Karena semua indikasi pertumbuhan ekonomi tsb di’sulap’ dan ‘semu’, bukan berpijak pada fondasi yang kuat.

Kita merasa memiliki harga diri yang tinggi dan tidak risih, meski kita berutang kepada G7, tetapi ternyata kita – sebagai negara peminjam – datang menggunakan mobil yang jauh lebih mewah dibanding negara pendonor !!! (betapa satirenya kisah ini, seperti yang pernah disampaikan oleh almarhum Cak Nur 7 tahun silam)

Kita yang tak cukup tinggi ‘sense of crisis’nya, sehingga di tengah kegalauan rakyat menghadapi dan menyikapi kenaikan BBM, mereka mesti menjadwal ulang anggaran belanjanya, dan memotong pos – pos yang kurang perlu, maka pagi ini di koran justru di sampaikan bahwa anggaran belanja Presiden dan Wakil Presiden untuk pos ‘pengeluaran lain – lain’ menjadi membesar !! Ironikah ini ??

Jika negara lain seperti Philippines lebih percaya untuk memperbaiki proses hulunya : yaitu dengan nation character buildingnya, yang mulai menggarap pendidikan bagi anak bangsa secara gratis dari SD hingga SMA, sekalipun untuk itu mereka mesti mengalahkan kepentingan lainnya yang ada di hilir : pembangunan fisik bangunan dan prasarana umum seperti jalan tol, dsbnya yang tak segencar dan semegah Indonesia.
Dan lihat, apa hasilnya sekarang ? Begitu banyak orang Philippines yang mampu bekerja di luar negeri dengan keunggulan skills and knowledge, memiliki expertise terutama dalam bidang management (lihatlah Philippines yang mempunyai AIM – Asian Institute Managament – sekolah yang menawarkan program MBA tertua di Asia ) tak hanya sebatas sebagai expatriate di Asia, tetapi bahkan hingga di US !!!
Sementara kita ? Kita sebatas puas dengan pengiriman TKW atau TKI, unskilled labor yang memiliki bargaining power yang rendah, yang sesampainya di Indonesiapun masih jadi sasaran pemerasan oknum bandara !! Dan bahkan pemerintahpun tak menganggap mereka sebagai pahlawan bangsa yang mampu mandiri, menghasilkan devisa bagi negara, tak menggantungkan hidup pada BLT (bantuan langsung tunai) pemerintah , sekalipun itu berarti mereka mesti mempertaruhkan nyawa di luar negeri, diteror oleh majikan yang kejam dsb !!

Menyedihkan, karena yang terjadi adalah pendangkalan makna !! Semua proses ingin di- bypass, di- akselerasi, bahkan jika bisa, dieliminasi , sehingga menjadi ‘kering’dan tak lagi dirasakan ‘manis’nya proses perjuangan . Kita siap menggadaikan harga diri kita , menghalalkan segala macam cara demi pemenuhan MATERI,….yang sayangnya pada saat mati tak bisa kita gunakan untuk menyuap malaikat agar kita tak disiksanya di akhirat kelak !!!!

On the way to my office, Oct 26, 2005
08.05 am

Monday, October 24, 2005

Islam adalah Ajaran Cinta Kasih



Sejak kecil kita terbiasa melakukan sholat, bukan karena kesadaran yang timbul dalam hati, bahwa kita ingin sholat, tetapi lebih karena ketakutan akan masuk neraka well tujuh lapis, bersama – sama dengan orang jahat dan penuh dosa lainnya, lidahnya terjulur, kaki terantai, di neraka yang luar biasa panasnya yang membuat badan kita melepuh, dst…..
Gambaran menakutkan dan menyeramkan ini yang membuat kita ‘patuh’ menjalankan perintah agama. Demikian pula bila kita melakukan kebaikan, maka digambarkan kita akan menjadi penghuni surga bersama para bidadari (bidadaranya ke mana , ya ??) dengan sungai berisi susu dan segala hal terindah dalam kehidupan kita dalam jangkauan kita (ini yang menurut Cak Nur : gambaran seperti ini hanya untuk mempermudah kita membayangkan surga sebagai sesuatu yang bisa dianalogikan dengan kehidupan di dunia)…

Agama adalah sesuatu yang ‘jauuuuh’ dari dunia nyata kita,…serasa tak terjangkau,..dan melulu berisi gambaran tentang ‘surga – neraka’ yang jauh dari kesan membumi dan tidak applicable.
Agama menjadi ‘doktrin’ dan tidak membuat anak – anak merasa dekat. Inilah yang rasanya keliru dalam kurikulum pendidikan agama kita !!!

Kita jadi seperti pedagang yang selalu siap dengan kalkulator untuk berhitung keuntungan melakukan suatu amalan. Kita seperti berdagang dengan Allah….
Jika kita melakukan amalan ini di bulan puasa, maka pahalanya akan dilipatgandakan 1000x, jika kita sholat di Masjidil haram, maka pahala kita 100,000x, dst ..dst. Sehingga kadang hal ini bisa disalahartikan oleh orang yang konyol : daripada saya sholat wajib seorang diri, dan mendapat pahala 1x, sementara jika berjamaah 27x, maka kalau saya sekali sholat di masjidil haram mendapat pahala 100,000x,..ini setara dengan pahala sholat sendiri selama 54.7 tahun !!! Jika kita mulai sholat ketika aqil balik, 11 tahun,. Maka sekali sholat di masjidil haram, akan setara dengan sholat wajib sendiri, terus menerus dari usia 11 tahun hingga usia 65.7 tahun !!! Jadi,..(pikiran konyol terus bertambah)….sholat sekali di masjidil haram ini bisa menggantikan sholat wajib selama 54.7 tahun !!!!! Hehehe,..enak sekali jika hitungan matematisnya seperti ini !!! Betapa bahagianya orang yang tinggal di Mekkah, karena akan masuk surga semua,..gara – gara sehari ia sudah mendapat pahala 500,000x, dan setahun 182,500,000 x pahala dibanding sholat di tempat lain selain Masjidil haram!!! Betapa sederhananya hitungan ibadah jika berlaku hal seperti itu !! Dan betapa malangnya orang Indonesia yang tinggal nun jauh dari Masjidil Haram jika dalil yang berlaku seperti itu.

Tak ada yang salah dengan hal ini !!! Tetapi ini hanya pantas dilakukan pada tahap pemula, ketika seseorang mesti di’iming – iming’i insentif dan hadiah agar terpacu beribadah lebih rajin lagi.

Tetapi pada tataran lebih lanjut lagi, seharusnya kita tidak lagi menjadi pedagang, berdagang dengan Allah, tawar menawar pahala !! Kita mesti mengajarkan dan mengenalkan Islam sebagai agama ‘cinta kasih’,…yang menebarkan cinta kasih pada Allah dan sesama. Agama yang mengajarkan kita untuk mencintai sesama umatNya, sebelum belajar mencintai Allah. Agama yang mendorong anak – anak dan kita untuk melakukan ibadah karena kecintaan kita pada Allah, Sang Maha Segala (tanpa bermuluk – muluk menjadi seperti Rabi’ah Al Adawiyyah ataupun Jalaluddin Rumi),..karena keinginan kita untuk selalu dekat padaNya,.bahkan lebih dekat dari urat leher kita sekalipun !! (seperti ketika kita mencintai kekasih kita, kita ingin selalu dekat,..melakukan hal – hal terbaik yang bisa kita lakukan yang dapat menyenangkan hati kekasih kita, maka demikian pulalah analoginya hubungan kita terhadap Allah)
Agama yang mengajarkan kita tak hanya fasih membaca Qur'an, tetapi mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari. Anak - anak sedari kecil dididik untuk 'praktek kerja lapangan' langsung,...merayakan ultahnya bukan dengan kemewahan, melainkan berbagi dengan anak - anak jalanan, atau anak yatim - panti asuhan, menyisihkan sebagian uang jajannya untuk kaum dhu'afa, dan mengajak mereka menghabiskan akhir pekan tidak dengan melulu ke mall, tetapi melihat tempat - tempat kumuh yang ada di Jakarta.

Agama yang mampu menjadikan umatnya menjalankan ritual ibadah, bukan sebagai suatu keharusan, tetapi sebagai suatu kebutuhan, tanpa merasakan hal ini sebagai hal yang terpisah dari apa yang dilakukannya sehari – hari !!
Agama yang mampu menjadi ‘nur’ di qalb mereka, sehingga mampu membentengi kita dari kesesatan…, sehingga tak perlu lagi ada pria yang menjalankan ‘3 ta’,.harta,..tahta,..wanita..!!

Agama yang mengajarkan toleransi beragama pada pemeluk agama lain, yang mengajarkan kelembutan dan diplomasi sebagai cara penyelesaian masalah, dan bukan kekerasan !!! Sehingga tak perlu terjadi bom Bali 1 & 2, tragedi Poso, dsb.

Yang tak pernah menilai orang yang paling taqwa sebagai orang yang paling berharta seperti qorun !!! Yang tak mengukur keberhasilan seseorang dari materi yang berhasil dimilikinya.
Sehingga tak ada lagi nama Indonesia sebagai negara terkorup di dunia, dengan umat Islam terbanyak di dunia…., tak ada lagi departemen agama (ironis sekali !!!) dengan Dana Abadinya yang membuat mantan menteri agama menjadi tersangka kasus korupsi.

Jika saat ini majelis taklim penuh sesak, masjid dan langgar penuh jama’ah,.pamer kemewahan tetap berjalan seperti biasa, tetapi korban gempa bumi selama berbulan – bulan terlantar dan tetap menderita… karena memang kita baru sampai pada kesalehan formal, dan belum pada kesalehan sosial.,,.yang membuat kita lebih peka sosial dan memiliki tenggang rasa terhadap kaum papa dan terpinggirkan.

Kita butuh lebih banyak figur da’i dan kyai seperti Aa’ Gym yang menawarkan kesejukan, yang memimpin dengan teladan,…menjalani kehidupan bersahaja,.qona’ah, dan mengajarkan ajaran Islam yang membumi,..yang memulai dari hal – hal kecil sederhana, yang dapat dilakukan oleh setiap muslim : bagaimana bisa tertib berdisiplin meletakkan sepatu dan sandal pada tempatnya, bagaimana menghargai hak orang lain dalam antrian parkir, dan bagaimana Aa’ Gym optimis mengatakan ‘perubahan suatu bangsa dimulai dari setiap individu dalam bangsa itu’,..karenanya mulailah dari diri kita sendiri, mulailah dari sekarang, dan mulailah dari hal kecil – kecil.


BNI, 24 Oktober 2005
21.00 pm

BALADA TUKANG PIJAT


Tak ada yang lebih nikmat selain dipijat pada saat kita merasa lelah dan ingin merilekskan otot dan syaraf tubuh kita. Sejak SD aku sudah mengenal pijat, dari mbok pijat yang suka dipanggil ibuku untuk memijat kami sekeluarga. Sehingga kebiasaan dipijat ini sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Paling tidak 2 minggu sekali aku menjalankan ritual nikmat ini, kadang dengan luluran juga. Pijatnya bisa tradisional ataupun shiatsu. Yang terakhir ini kadang berbuah malapetaka, bukannya nikmat. Karena tubuh kecilku ketika diinjak di punggung oleh si pemijat kelas berat, akan berbunyi ‘krreetteekkk’ keras sekali, sebagai pertanda terlalu keras bebannya.

Aku merasa bersyukur sekali tinggal di Indonesia yang masih memungkinkan aku untuk mendapat layanan pijat, dengan biaya bervariasi, hanya Rp 35,000 (di salon) s/d Rp 90,000 (di hotel berbintang 4 di JakSel). Itupun sudah dengan menggunakan minyak aroma therapy yang membuatku terlelap tidur . Bahkan kadang saking ingin tahunya proses mereka memijat, aku memiliki beberapa buku ‘terapi pijat’ dengan berbagai sejarah pijat memijat,dari swedish massage, shiatsu, erotic massage, dsb, hingga istilah yang digunakan di dunia pijat, seperti effleurage dsb, juga VCD pijat, agar kita dapat mempraktekkannya dengan benar. Sejauh ini yang menjadi ‘korban’ eksperimenku mengatakan pijatanku cukup enak . Sehingga kadang terbersit pikiran isengku, kenapa tidak, di kemudian hari aku memiliki usaha griya pijat, juga on –call massage, karena modalnya hanya dipan yang dilubangi bagian atasnya saja, dan shower !!!

Bayangkan dengan di luar negeri, yang untuk mendapatkan layanan pijat, mesti merogoh kocek dalam – dalam, membayar 30 USD !! Sehingga bila aku sedang tugas kantor ke luar, dan hasrat ingin dipijatku muncul, maka aku mesti memendam dalam - dalam keinginanku, karena biaya yang tinggi ini dihitung sebagai pengeluaran pribadi yang takkan diganti oleh kantor. Sementara hal sebaliknya terjadi, tahun lalu di sebuah hotel di Malang, di mana aku menginap hampir 2 minggu untuk tugas kantor, aku bisa dipijat setiap 3 hari sekali, karena murahnya tarif pijat di hotel berbintang tsb, bahkan bila dibandingkan dengan pijat di salon di Jakarta !!!

Ada satu tempat pijat favoritku yang selalu kudatangi setiap saat aku merasa lelah teramat sangat. Tempat pijat yang tak tergantikan oleh pijat di salon – salon. Tempat ini bahkan memiliki cabang di beberapa kota di Indonesia, dan mengkhususkan menyediakan layanan pijat untuk keluarga.

Tetapi pernahkah engkau bayangkan bahwa tempat pijat yang cukup eksklusif ini ternyata memperlakukan tukang pijatnya sebagai karyawan harian, yang tidak mendapat upah pokok sama sekali. Benar – benar tukang pijat yang telah bekerja bertahun –tahun ini hanya mengandalkan pada bagi hasil : untuk satu tamu yang dipijat, mereka mendapat Rp 7,500 atau hanya 10.7% dari tarif yang mesti dibayar tamu. Selebihnya adalah milik pengusaha. Bisa dibayangkan, jika sehari si pemijat hanya mendapat tamu 1-2 orang, bagi hasil Rp. 7,500 s/d Rp 15,000 ini tidak bisa menutup ongkos transport si pemijat, yang bisa jadi harus berganti kendaraan umum hingga 3x, sehingga total biaya transportasinya Rp 12,000. Belum lagi cerita si pemijat, yang tidak mendapat THR secara layak, dan saking kecilnya hingga dikatakan seperti bukan THR, tetapi lebih sebagai zakat!

Padahal peran tukang pijat di sini besar sekali, karena massage skills mereka adalah core competence panti pijat tersebut. Bila si pemijat tidak menjalankan fungsinya dengan baik, dan si tamu kecewa, tentunya mereka takkan kembali lagi, dan yang rugi adalah si pengusaha !! Mestinya berlaku prinsip win win solution. Dengan perlakuan seperti ini, menjadikan mereka sebagai karyawan harian selama bertahun – tahun, mereka sudah menyalahi aturan depnaker, dan tidak membayar jamsostek, yang seharusnya dibayarkan. Sehingga hak – hak karyawan terabaikan.

Jika mendengar kisah sedih mereka, maka yang timbul adalah rasa ngilu,…dan keinginan untuk memberi tip yang jauh lebih besar, sebagai kompensasi untuk menutup biaya transportasi dan tiadanya gaji pokok bulanan. Jika dalam keadaan seperti ini, apakah perlu kita mengatakan : gunakan nurani kita, rasa keadilan kita, karena menjadi sejahtera bukan hanya hak pengusaha saja, tetapi juga hak tukang pijat !

BNI, 23 Oktober 2005
20.00 pm

Sunday, October 23, 2005

BAJU MURAH DAN EKSPLOITASI TENAGA KERJA


Pernahkah terpikirkan olehmu, apa yang ada di balik baju muslim, yang kaubeli dengan amat murah, seharga Rp 30,000 di Tanah Abang dengan hiasan penuh bordir ala Hongaria, masih ditambah hiasan manik – manik yang harus dikerjakan secara manual oleh si pekerja ? Jika si penjual di Tanah Abang mengambil untung Rp 5,000, maka harga belinya dari si pembuat adalah Rp. 25,000. Jika si pembuat mengambil untung Rp. 5,000, maka modalnya adalah Rp. 20,000. Sesuatu yang sulit dimengerti oleh akal sehat, karena untuk itu dibutuhkan Rp. 15,000 untuk 1.5 m bahan yang berharga Rp. 10,000 per meter. Belum lagi benang dan manik – manik. Jika benang dan manik – manik seharga Rp. 1,500, maka ongkos kerja karyawan pemotong bahan kain, penjahit pakaian, pembordir, dan pemasang manik – manik adalah Rp. 3,500. Terbayangkankah olehmu, betapa untuk sepotong pakaian, uang Rp. 3,500 harus dibagi ke-4 orang yang berbeda, di mana masing – masing orang mendapat uang kurang dari Rp. 1,000 yang bahkan tak cukup untuk dibelikan beras ¼ liter !!!

Bukankah yang kita lakukan ini merupakan bagian dari eksploitasi tenaga kerja ? Betapa kita , pembeli, dan makelar , yang akan menjualnya lagi di toko – toko pakaian di daerah, yang justru mendapat untung terbesar ? Si pemilik keahlian, tetap saja miskin dan hanya sekedar bertahan hidup, makan sehari 2 x, sementara yang menjadi kaya adalah si pemilik modal kuat.

Telah terjadi eksploitasi tenaga kerja, sehingga tak heran jika di negara – negara Barat, banyak orang menolak membeli sepatu dan pakaian yang diproduksi di negara – negara Asia yang terbukti membayar buruhnya dengan amat murah !!! Mereka merasa telah memakai fashion & apparel products, yang diproduksi oleh buruh yang diperlakukan kurang manusiawi.

Sebenarnya komponen direct labor dalam struktur biaya, hanya sekitar 3 – 5% di Indonesia. Tetapi, sering faktor upah buruh yang disesuaikan setiap tahun ini, di’kambinghitamkan’ sebagai penyebab naiknya harga secara signifikan (padahal % kenaikan UMR takkan pernah mampu menutup kenaikan harga kebutuhan sehari – hari yang mesti dibeli oleh para buruh !!) Betapa tidak adilnya kita !!! Dan begitu suatu masalah timbul,.maka yang muncul pertama kali di benak para pengusaha adalah PHK….!!! Seperti juga yang terjadi sebagai dampak kenaikan BBM yang tak kepalang tanggung !! Apalagi jika masih ada kenaikan BBM tahap 2 Januari nanti !!!

PHK jadi pedang ampuh bagi solusi penurunan permintaan pasar dan pemangkasan biaya !!! Padahal kita semua tahu, penurunan biaya yang ditimbulkan dari tindakan PHK sejumlah buruh, tak ada artinya dibanding memPHK seorang Manager yang tak diperlukan lagi fungsinya…!!! Dan semua buruh adalah rakyat Indonesia yang berpendidikan menengah – sebagian hanya lulus SMP, dan sebagian SMA -, bahkan masih saja ditemukan perusahaan yang mempekerjakan buruh di bawah umur 18 tahun, yang bertentangan dengan SA 8000 (Social Accountability 8000, yang menyangkut kebijakan mengenai perekrutan buruh / karyawan, hak 2 karyawan, dsb) . Buruh dengan pendidikan yang tak bisa dibilang tinggi ini memiliki keterbatasan daya tawar untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada, yang makin hari tuntutannya semakin tinggi. Juga kenyataan lain, bahwa sebagian besar para buruh adalah ‘pencari nafkah tunggal’ yang harus memberi makan keluarga dan kadang bahkan keluarga besarnya !!!
Bisa dibayangkan jika ia tiba – tiba terkena PHK,….betapa ia menjadi limbung, dan mengalami depresi. Masih mending jika kepada para buruh korban PHK ini diberikan pesangon yang sesuai dengan peraturan MenNaKer. Jika tidak ???

Sehingga jangan heran jika tak memiliki iman kuat, maka yang selanjutnya terjadi adalah kisah drama yang berakhir tragis, seperti bunuh diri menenggak racun serangga, terjerat narkoba, terlibat kriminal, menjadi gila, atau KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) begitu si istri meminta uang belanja pada suaminya. Karena bagi pria, memiliki pekerjaan dan penghasilan menyangkut harga diri dan kebanggaannya sebagai manusia !!!

Pernahkah efek psikologis yang dahsyat ini dipikirkan oleh para pengusaha dan para pengambil keputusan ? Jika gelombang PHK ini muncul bertubi – tubi, maka akan terjadi kerawanan sosial dan tingkat kriminalitas yang tinggi, serta rasa tidak aman.

Kita semua tak ingin peristiwa 13 Mei 1998 terjadi lagi !! Terlalu mahal harga yang harus dibayarkan untuk itu !!! Bahkan luka lamapun belum sembuh. Menurut almarhum Cak Nur, perlu waktu satu generasi lagi (25 tahun !!) sejak tahun 1998 untuk membangun Indonesia yang kuat, bersatu dan memiliki kemandirian sebagai suatu bangsa.


BNI, 23 Oktober 2005
15.30 pm

GOOD AND BAD KARMA


Percayakah kau pada karma ? Aku akan selalu mempercayainya sebagai karma baik dan buruk, tidak dalam kaitan dengan agama.. Tetapi berkaitan dengan pepatah’engkau menuai apa yang t’lah kau tanam.’ Kita bisa mendapatkan buah yang manis, asam, atau bahkan pahit, tergantung bibit yang kita semai dan tanam…
Kita adalah arsitek perbuatan kita, yang sering, secara sadar atau tidak, telah menyakiti, melukai perasaan orang lain. Betapa mudahnya kita mengabaikan akibat perbuatan kita terhadap orang lain…

Betapa kata – kata lebih tajam daripada sembilu….
Apakah pernah terpikirkan di benak para pria yang dengan mudahnya berganti – ganti pasangan, dan menikmati ‘madu’ sebelum pada akhirnya pasangannya dicampakkannya seperti ‘habis manis sepah dibuang’,..dan ia akan terus berganti pasangan seperti berganti pakaian, sehari 2x…bahwa cara mereka memperlakukan wanita adalah sangat merendahkan dan tak terhormat !!
Bisa jadi ada wanita yang tak rela diperlakukan demikian, dan tetap memendam dendam…, dan ia akan berdo’a sebagai do’a orang yang teraniaya..

Bahwa satu saat, perilaku memalukan mereka akan dibalas dalam bentuk lain : bisa jadi saudara perempuan mereka, anak perempuan mereka, atau bahkan mereka sendiri akan menuai badai atas perbuatan semena – mena mereka di masa lalu !!!.

Demikian pula kita tak berhak mengecilkan orang lain yang saat ini kebetulan ada di ‘bawah’ kita dari strata sosial, karena tak ada yang abadi di dunia ini. Kita harus berbuat baik pada siapa saja, karena suatu saat, bisa jadi justru orang yang pernah kita kecilkan dan kucilkan, adalah orang yang akan menolong anak kita mendapatkan pekerjaan …

Tak ada satupun peristiwa yang berdiri sendiri dan tak terkait dengan peristiwa lainnya,..selalu ada kesalingterkaitan dan tak ada peristiwa ‘kebenaran / coincident’ yang tanpa sesuatu sebab sebelumnya
Apa yang kita dapatkan di masa mendatang adalah buah apa yang kita lakukan di saat ini dan di masa lalu…..Ada harga yang harus dibayar untuk setiap perbuatan kita !
Karenanya, sebelum melakukan sesuatu hal, tempatkan diri kita di posisi orang lain yang akan terkena dampak perbuatan kita. Put yourself on the other person’s shoes ! Gunakan empati kita : apakah kita tersakiti atau tidak ? Dengan selalu melakukan hal ini, kita akan mengurangi dampak negatif dari perbuatan kita.
….

BNI, 23 Oktober 2005,
9.27 am

MY GUILTY PLEASURE


Ada kebiasaanku yang begitu kunikmati : jika aku sedang suka sesuatu, aku akan secara berturut – turut dan berulang – ulang melakukan kegiatan tsb. Misal : saat aku senang nasi uduk Bang Johny di BJ Sektor 9, maka aku akan mampir tiap malam, melampiaskan kesukaanku, dan makaaan nasi uduk tiap hari hingga bosan. Dan demikianlah seterusnya,…setelah itu jangan harap aku akan melakukannya lagi !!

Demikian pula hal yang sama kulakukan untuk roti keju terenak sedunia , di ‘Amsterdam Bakery’, atau bakwan pitoe di BJ VII - yang serasa makan bakwan Malang Cak Man - yang bisa kudatangi tiap hari untuk memuaskan keinginanku.

Hingga membeli baju yang tengah kugandrungi : baju dengan corak bordir gaya Hongaria, akan kucari kemana – mana, dari vintage clothing shop, hingga titip pada kakakku di TA,…

Demikian pula jika sedang rajin membaca buku tentang tema tertentu, aku akan kalap membacanya, sebelum pada akhirnya aku akan mendiamkan dan melupakannya berbulan – bulan kemudian

Hal yang sama juga cenderung terjadi pada orang yang kusukai,..setelah beberapa saat aku akan merasa bosan. Hal yang sebenarnya kurang bagus,.karena menunjukkan kegemaran sesaat,,.sebelum engkau lupakan….

Karenanya, dalam pekerjaan, untuk menghindari agar aku tak mencampakkan sesuatu tugas sebelum tuntas mengerjakannya, aku akan menyelesaikannya hingga tuntas, sekalipun itu berarti aku ‘ berdarah – darah’ hingga malam lembur.
Karena aku tak ingin esok harinya aku masih akan terbebani PR yang sama.

BNI, 23 Oktober 2005
08.05 am

Tuesday, October 18, 2005

SUCCESS


Success is having the courage and conviction to act on what you passionately believe in, regardless of barriers. It is to work towards a defined goal, saying true to your moral and ethical beliefs.

Success is about creating an environment that nurtures talent and encourages
development for each person working in the organization.

It is measured not on what material assets or wealth you accrue, but rather on the experiences and people you meet along the way.

Success is knowing that you have left a foot print that clearly defines your contribution to the betterment of society

Author : unknown

Beberapa Hal Yang Dapat Mendorongmu Untuk Tetap Bertahan !


Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Tuhan sudah menghitung airmatamu.


Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.


Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelpon.
Tuhan selalu berada disampingmu.


Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi... Tuhan punya jawabannya.


Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.


Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.


Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur..
Tuhan telah memberkatimu.


Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi
ketakjuban..
Tuhan telah tersenyum padamu.


Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap... TUHAN
TAHU

Author : Unknown

Sunday, October 16, 2005

MY DAUGHTER AND I


Ada ungkapan yang menyatakan 'Like mother, like daughter'.., tetapi kuyakin,.anakku memiliki 'kualitas' yang jauh lebih baik dibanding aku. Karena bukan FMB (First Manufacturing Batch)

Ketika anakku masih kecil, ia sering bertanya padaku, kenapa ia memiliki kulit yang jauh lebih gelap dibanding kulitku. Demikian pula bulu tubuhnya yang sedemikian lebat dan banyak, yang membuatnya risih menggunakan rok, dan selalu menutupinya dengan celana panjang . Dan kujawab dengan canda, bahwa sewaktu dalam kandungan, ibunya pernah membunuh tikus, sehingga lahirlah ia yang berkulit gelap dan kaya bulu.,,..dan yang menggelikan, ia benar – benar mempercayai keteranganku !!

Lalu kukatakan padanya, bahwa kulitnya yang ‘gelap’, membuatnya tampak ‘eksotis’ dan benar – benar ‘Indonesia’ seperti Anggun C. Sasmi. Selain itu, ia harus bersyukur dengan pipi ‘chubby’nya , yang kata orang Cina, membawa hoki, dan tentu saja perusahaan kosmetik akan senang, karena blush-onnya laku keras, banyak dipakai sebagai ‘shading ‘ untuk memberi efek pipi tirus di permukaanj wajahnya yang lebar.

Di luar itu , ia tak perlu menggunakan maskara untuk melebatkan, memanjangkan dan melentikkan bulu matanya, karena secara alami, ia telah memiliki semua itu, ditambah mata yang bulat, dan alis mata yang tebal. Selain itu ia memiliki bibir yang lumayan tebal dan seksi gara – gara sewaktu kecil di umur 5 tahun, ia masih suka mengulum dot, yang mengakibatkan bibirnya tebal, sehingga kujuluki ‘birte’..bibir tebal.

Ia tak perlu mengkhawatirkan bulu tubuhnya yang luar biasa banyak, karena jika ia dewasa, dapat dengan mudah melakukan waxing, threading, atau bleaching, untuk menghilangkan atau menyamarkan bulu – bulu tsb. Bahkan kita dapat mengoleskan lotion untuk menghilangkan atau mengurangi bulu – bulu kaki dan tangan.

Kuajarkan ia untuk mulai merawat tubuhnya. Mulai dengan membersihkan wajahnya yang mulai berjerawat, secara teratur. Juga melulur tubuhnya sebulan sekali. Selain itu mulai membatasi makan, agar jangan over weight. Karena semua yang berlebihan, tidaklah baik.

Untuk sepatu, pakaian, dan aksesoris ia telah memiliki selera yang cukup bagus. Ia tahu padu padan yang serasi, menyukai gaya minimalis dan simple.
Kukatakan, bahwa pakaian yang membuatnya tampak menarik, bukanlah pakaian bermerek, berharga mahal, melainkan pakaian yang mampu menonjolkan kepribadian si pemakai, dan potongannya pas di badan.

Ia bercita – cita menjadi make – up artist - satu dari sederet cita-citanya yang lain : penulis, pelukis, psikolog -. Karenanya, ia sering menggunakan set kosmetikku untuk uji coba. Ia akan mendandani wajahnya sendiri sebagai eksperimen, dengan berbagai efek seperti ‘smoky eyes look’, ‘party look’, ‘pale look’ etc, yang dipelajarinya sendiri tanpa tahu teori dari majalah, dan hasilnya benar – benar menakjubkan. Kadang ia ingin mendandani ibunya, tetapi selalu karena keterbatasan waktu, ibunya tak sempat mengabulkan permintaan putrinya.
Yang menjadi korban adalah kosmetikku yang tiba – tiba tinggal separuh lipsticknya, atau berkurang eye shadownya. Tetapi bagiku, lebih penting berani mengeksplorasi sesuatu yang baru, daripada hanya melakukan sesuatu yang membosankan dan membuatnya jenuh melalui hari – hari liburnya !

Kuajar ia untuk belajar mencintai dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jika ia sekarang belum memiliki ‘flat tummy’, bukan berarti selamanya ia akan seperti ini. Jika ia rajin berlatih ballet dan basket, maka ia akan memiliki postur tubuh yang bagus, dan badan yang padat berisi.

Kuajarkan ia bahwa memiliki wajah yang menarik itu suatu karunia, tetapi lebih penting jika kita mempunyai hati yang baik dan tulus terhadap sesama, kerendahhatian serta intelijensi yang memadai, yang membuat kita mampu berkompetisi di zaman yang serba kejam ini.

BNI, 16 Oktober 2005
12.30 pm

MIX AND MATCH


Dulu sekali, aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk membongkar lemari pakaianku – yang dipisahkan berdasarkan warna cool & warm - dan memulai eksperimenku untuk memadupadankan pakaianku, terutama 3 pieces, sehingga menghasilkan sesuatu paduan yang tak terduga.
Hal ini hanya bisa diperoleh dengan cara membentangkan lebar – lebar bermacam pakaian, dan mencoba memakainya. Sehingga dari 20 kemeja / blus , kita bisa mendapatkan 60 kombinasi.

Dari dulu aku jarang membeli setelan celana dan blazer.., karena mempersempit kreatifitasku untuk memadupadankan pakaian. Patut diperhatikan, setiap kita ingin membeli pakaian, maka kita mesti membayangkan pakaian dengan model dan warna seperti apa yang sudah kita miliki, sehingga bila kita membeli pakaian lagi, kita tidak memilih warna yang tidak dapat kita padupadankan dengan koleksi pakaian yang telah kita miliki, atau justru memilih desain dan warna yang sama persis seperti yang sudah kita punyai, sehingga tak tampak bedanya.
Selain itu kita mesti memilih pakaian yang ‘jatuh’ dengan enak dan pas pada saat kita pakai, yang membuat kita merasa nyaman dan percaya diri. Buat apa memilih desain yang sedang trend, jika saat menggunakannya, kita berulang kali menarik ke atas camisole yang potongannya terlalu rendah sehingga menunjukkan belahan dada kita, atau warna yang akan membuat kita tampak ‘kusam’ dan ‘aneh’ karena tak cocok dengan aura kita. Aku tak pernah memiliki koleksi warna hijau tua, dan merah tua, yang membuat kulitku tampak kusam. Pakaian yang kita beli semata hanya karena warnanya belum pernah kita punya, bisa jadi akan jadi penghuni lemari pakaian kita tanpa pernah kita gunakan selamanya, karena ketidak PDan kita memakainya. Seperti blus cheongsamku yang berwarna merah darah, oleh – oleh dari China yang hanya kugunakan sekali saat Gong Xi Fa Cai , atau blazer sutra merah, oleh - oleh dari Thai, yang sampai saat ini labelnya masih menempel karena tidak pernah digunakan. Merah adalah warna yang amat jarang kugunakan, yang kuhindari untuk memadupadankannya dengan hitam , karena kontras yang tajam, dan aku tak siap jadi ‘pusat perhatian’ gara - gara warna ‘merah’ yang menyita perhatian orang lain ! Kalaupun terpaksa kugunakan, aku lebih memilih memadupadankan dengan abu – abu, coklat muda atau putih, untuk ‘meredam’ efek menyoloknya.

Yang harus diingat adalah : warna pakaian, sama seperti warna make – up dan piranti rumah tangga, mengenal 2 macam palet warna : cool and warm.
Warna – warna cool adalah warna dengan gradasi warna biru - abu- abu, ungu, hitam dan merah muda. Sementara warna – warna ‘warm’ terilhami oleh kehangatan cahaya matahari : kuning, jingga, merah, beige, caramel, coklat.

Ada warna yang dapat dipadupadankan di kedua warna warm and cool ini : putih atau off – white, adalah warna netral yang bisa dipadukan dengan ke-2 palet warna. Demikian pula hitam yang abadi, yang bisa dipadankan dengan hampir semua warna dari ke-2 palet warna. Juga beberapa paduan bisa terjadi dan memberi nuansa segar, misal : abu – abu dan merah, abu – abu dan kuning, coklat muda dan biru turquoise.

Untuk memberi kesan ‘berbeda’, tidak selalu kita harus mengeluarkan uang banyak, untuk membeli baju baru. Cukup membeli dan menambahkan aksesoris, seperti scarf dengan nuansa etnik batik atau ikat, telah mampu memberi kesan ‘baru’ dan ‘beda’.

Jangan tanya apakah hal yang sama tetap kulakukan sekarang ini ? Tentu saja tidak! Aku tak peduli lagi, apakah aku menggunakan pakaian yang sama setelah 4 hari kemudian, hanya karena malas membuka lemari pakaian dan mematutkannya. Banyak pakaian yang tak pernah kugunakan untuk waktu bertahun – tahun, hingga lupa bahwa aku memilikinya. .., terutama warna – warna nuansa coklat yang saat ini baru kurasa tak terlalu pas dengan auraku.

Yang jelas, jika aku sedang bad mood, maka aku akan memilih pakaian berwarna ‘terang’ seperti putih - yang menjadi warna favoritku setelah aku makin berumur, dan koleksi blus putihku bisa mencapai puluhan - yang memberi efek ‘color healing’ dan mencerahkan hariku. Jadi, setiap Senin, aku takkan pernah menggunakan warna hitam atau gelap lainnya,.sebagai bentuk perlawanan dari ‘I don’t like Monday.’

Sekarang minatku untuk me’mix & match’ pakaian kusalurkan untuk anak gadisku, sebagai ‘fashion –stylist ‘ nya. Beberapa pakaianku yang masih terlihat keren dan bisa ‘masuk’ untuk usia remajanya, kupilah dan kutawarkan untuk dia gunakan. Seperti kaos turtle neck warna hitam, abu –abu, off-white, beige dan coklat tua, juga tank top warna beige yang bisa dipadu padankan dengan berbagai blusku yang berpotongan sederhana dan casual, dapat ku’waris’kan ke dia. Apalagi saat ini anakku telah mulai menerima variasi berpakaian, dan tak hanya ke mana – mana memakai celana jeans dan T-shirt. Ia menerima untuk di’make over’ dan mulai bisa memakai rok pleats yang cantik dan membuatnya agak ‘girlie’ dan feminin, dipadankan dengan blus sebagai pengganti T-shirt, plus kaos turtle neck sebagai pakaian dalamnya, yang membuatnya berbeda dan memiliki identitas sendiri. Bahkan yang mengejutkanku, dia berani memilih baby doll dengan bahu terbuka untuk pakaian pestanya.

Yang terpenting adalah, ia mesti berani memiliki identitas diri, memilih pakaian yang sesuai dengan kepribadiannya, dan tak sekedar menjadi peng’ekor’, memilih pakaian yang sedang menjadi trend, hanya karena semata – mata teman-temannya menggunakannya….

BNI, 16 Oktober 2005
11.50 am

HOBBY KOLEKSI PERANGKO, KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PERKEMBANGAN ZAMAN


Ketika aku di kelas 5 SD sekian puluh tahun yang silam, aku mulai mengenal hobby mengumpulkan perangko, belum sebagai seorang filateli, tetapi sudah mulai menunjukkan minat ke arah sana. Masih kuingat ‘wabah’ yang satu ini juga menghinggapi kawan – kawanku, sehingga setiap jam istirahat tiba, kita memanfaatkannya untuk saling bertukar perangko koleksi kita masing – masing.
Untuk memperkaya koleksiku, aku jadi ‘rajin’ berkorespondensi dengan sahabat pena yang kudapat dari majalah “Kawanku” (saat itu majalah ‘Kawanku’ adalah satu dari majalah anak – anak terbaik, yang sarat dengan cerita mendidik, dan berbeda 180 derajat dengan ‘New Kawanku’ yang tak ubahnya seperti majalah – majalah gadis remaja, yang lebih bnayak menonjolkan dunia konsumerisme remaja!!). Dari hobby ini aku belajar banyak hal : jeli mengamati surat – surat yang tiba di rumah, yang ditujukan untuk keluarga besarku, siapa tahu kutemukan perangko yang belum kupunya, seperti tema ‘burung’ atau ‘PATA’ di tahun 1974. Selain itu aku belajar untuk bersabar, saat harus merendam perangko untuk bisa terlepas dengan sempurna tanpa terobek, dari rendaman air dalam mangkok. Karena nilai dari perangko ‘bekas’ yang sudah distempel cap pos, lebih tinggi dari perangko baru. Demikian pula perangko yang didapat dari bertukar dengan sesama penggemar, lebih bermakna – karena memiliki nilai ‘perjuangan bernegosiasi’ untuk mendapatkannya - dibanding dengan membelinya langsung di toko – t oko yang menjual koleksi perangko, yang kebanyakan – bisa jadi – merupakan ‘fake stamp’ dari negara ‘antah berantah’ di Afrika sana, yang jika kita cari di peta dunia, entah di mana letaknya. Lain halnya jika kita bisa mengoleksi perangko dari negara yang memang sudah kita kenal di peta dunia.

Mengoleksi perangko, juga membuatku ‘berani’ mendatangi kantor konsulat negara asing, yang saat aku masih tinggal di Surabaya, berdekatan dengan rumahku. Aku tak hanya mendapat perangko gratis, tetapi juga buletin negara tersebut !

Dari koleksi perangko ini, kita juga bisa belajar mengenai budaya, kepala negara, kekayaan flora dan fauna suatu negara, seperti yang terlihat dalam perangko tsb. Proses ‘indirect learning’ ini membuat proses belajar yang seperti ‘main – main’ ini jadi menyenangkan.

Puncaknya adalah ketika kelas 6, aku mendapat hadiah 1000 pcs perangko bekas dari berbagai negara di Eropa, hadiah dari kerabatku yang saat itu bekerja di Belanda. Aku benar – benar gembira ketika harus menyusunnya satu – satu, dan menjadi mengerti, bahwa negara Hongaria, di perangko disebut sebagai “Magyar”, sementara Rumania disebut sebagai “Romana’ (kedua negara Eropa Timur ini memiliki perangko yang indah – indah), Polandia disebut “Polska”, Chekoslovakia disebut “Ceskoslovensko”, USSR atau Rusia menggunakan abjad Rusia yang tak kufahami artinya, yang jika dibaca seperti “nOYTA CCCP”, Bulgaria sama seperti Rusia menggunakan abjad Bulgaria yang tak kumengerti, demikian juga Jugoslavia. Juga ada Jerman Timur, yang menyebut perangkonya sebagai “Deutsche Bundespost”

Setelah bubarnya kekuasaan beberapa negara Eropa Timur, pasca ‘glasnost’ dan ‘perestroika’ , dan ditiadakannya tembok pemisah Berlin di Jerman, koleksi perangko negara – negara Eropa Timurku menjadi kenangan indah bagiku….

Tentunya aku tak ingin satu saat aku hanya bisa melihat negara Indonesia di koleksi perangkoku saja, dan tak lagi ada di alam nyata,.karena krisis multi dimensi yang berlarut – larut….

Koleksi perangko yang sudah beralbum – album ini kuwariskan kepada anakku perempuan. Tentunya saat ini ia mengalami kesulitan untuk menambah koleksi perangkonya. Kenapa ? Karena kemajuan teknologi dan zaman yang telah berubah, mendorong kita untuk memilih cara berkomunikasi yang lebih efektif, efisien, hemat waktu dan biaya : melalui email !!!

Jarak boleh terpisahkan ribuan mil, tetapi hanya dalam hitungan menit, e-mail telah membantu kita menjalin komunikasi dengan orang – orang yang kita sayangi. Email juga membuat proses merindu menjadi ‘lebih kering’,..karena tak ada lagi degup jantung berdetak lebih kencang,.menunggu pak pos membunyikan belnya,..tak ada lagi menghitung hari sambil memperkirakan kapan surat kita sampai di tangan kekasih kita,…dan kapan kira – kira kita akan menerima balasannya

Jawatan Pos telah kehilangan omzet yang cukup signifikan dari pengiriman surat pribadi maupun bisnis, karena kemajuan teknolgi melalui email yang memungkinkan orang untuk mengirim dokumen yang telah di’scan’ melalui email. Hal yang masih dilakukan hingga saat ini dan tak meungkinkan digantikan oleh dunia maya, adalah pengiriman paket melalui pos, baik antar daerah maupun negara. Karena kita mengirim ‘barang’ yang ‘nyata’ dan bukan ‘virtual goods’. Apa enaknya dikirimi ‘virtual rose’ atau ‘virtual diamond’ ?

Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman , telah membuat proses penyederhanaan dari semua ini,..menjadi serba ‘instan’,…sehingga mau tak mau kita mesti mengakui,…ada hobby yang akhirnya pelahan – lahan surut ditelan zaman,..seperti hobby mengumpulkan perangko,…dan muncul pula hobby baru sebagai akibat kemudahan teknologi : CHATTING di alam maya….

Tak ada yang salah dari proses perubahan ini, selama kita bisa menyikapinya dan memanfaatkannya dengan baik. Welcome to the real world !!!!

BNI, 16 Oktober 2005
07.51 am