Sunday, October 16, 2005

HOBBY KOLEKSI PERANGKO, KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN PERKEMBANGAN ZAMAN


Ketika aku di kelas 5 SD sekian puluh tahun yang silam, aku mulai mengenal hobby mengumpulkan perangko, belum sebagai seorang filateli, tetapi sudah mulai menunjukkan minat ke arah sana. Masih kuingat ‘wabah’ yang satu ini juga menghinggapi kawan – kawanku, sehingga setiap jam istirahat tiba, kita memanfaatkannya untuk saling bertukar perangko koleksi kita masing – masing.
Untuk memperkaya koleksiku, aku jadi ‘rajin’ berkorespondensi dengan sahabat pena yang kudapat dari majalah “Kawanku” (saat itu majalah ‘Kawanku’ adalah satu dari majalah anak – anak terbaik, yang sarat dengan cerita mendidik, dan berbeda 180 derajat dengan ‘New Kawanku’ yang tak ubahnya seperti majalah – majalah gadis remaja, yang lebih bnayak menonjolkan dunia konsumerisme remaja!!). Dari hobby ini aku belajar banyak hal : jeli mengamati surat – surat yang tiba di rumah, yang ditujukan untuk keluarga besarku, siapa tahu kutemukan perangko yang belum kupunya, seperti tema ‘burung’ atau ‘PATA’ di tahun 1974. Selain itu aku belajar untuk bersabar, saat harus merendam perangko untuk bisa terlepas dengan sempurna tanpa terobek, dari rendaman air dalam mangkok. Karena nilai dari perangko ‘bekas’ yang sudah distempel cap pos, lebih tinggi dari perangko baru. Demikian pula perangko yang didapat dari bertukar dengan sesama penggemar, lebih bermakna – karena memiliki nilai ‘perjuangan bernegosiasi’ untuk mendapatkannya - dibanding dengan membelinya langsung di toko – t oko yang menjual koleksi perangko, yang kebanyakan – bisa jadi – merupakan ‘fake stamp’ dari negara ‘antah berantah’ di Afrika sana, yang jika kita cari di peta dunia, entah di mana letaknya. Lain halnya jika kita bisa mengoleksi perangko dari negara yang memang sudah kita kenal di peta dunia.

Mengoleksi perangko, juga membuatku ‘berani’ mendatangi kantor konsulat negara asing, yang saat aku masih tinggal di Surabaya, berdekatan dengan rumahku. Aku tak hanya mendapat perangko gratis, tetapi juga buletin negara tersebut !

Dari koleksi perangko ini, kita juga bisa belajar mengenai budaya, kepala negara, kekayaan flora dan fauna suatu negara, seperti yang terlihat dalam perangko tsb. Proses ‘indirect learning’ ini membuat proses belajar yang seperti ‘main – main’ ini jadi menyenangkan.

Puncaknya adalah ketika kelas 6, aku mendapat hadiah 1000 pcs perangko bekas dari berbagai negara di Eropa, hadiah dari kerabatku yang saat itu bekerja di Belanda. Aku benar – benar gembira ketika harus menyusunnya satu – satu, dan menjadi mengerti, bahwa negara Hongaria, di perangko disebut sebagai “Magyar”, sementara Rumania disebut sebagai “Romana’ (kedua negara Eropa Timur ini memiliki perangko yang indah – indah), Polandia disebut “Polska”, Chekoslovakia disebut “Ceskoslovensko”, USSR atau Rusia menggunakan abjad Rusia yang tak kufahami artinya, yang jika dibaca seperti “nOYTA CCCP”, Bulgaria sama seperti Rusia menggunakan abjad Bulgaria yang tak kumengerti, demikian juga Jugoslavia. Juga ada Jerman Timur, yang menyebut perangkonya sebagai “Deutsche Bundespost”

Setelah bubarnya kekuasaan beberapa negara Eropa Timur, pasca ‘glasnost’ dan ‘perestroika’ , dan ditiadakannya tembok pemisah Berlin di Jerman, koleksi perangko negara – negara Eropa Timurku menjadi kenangan indah bagiku….

Tentunya aku tak ingin satu saat aku hanya bisa melihat negara Indonesia di koleksi perangkoku saja, dan tak lagi ada di alam nyata,.karena krisis multi dimensi yang berlarut – larut….

Koleksi perangko yang sudah beralbum – album ini kuwariskan kepada anakku perempuan. Tentunya saat ini ia mengalami kesulitan untuk menambah koleksi perangkonya. Kenapa ? Karena kemajuan teknologi dan zaman yang telah berubah, mendorong kita untuk memilih cara berkomunikasi yang lebih efektif, efisien, hemat waktu dan biaya : melalui email !!!

Jarak boleh terpisahkan ribuan mil, tetapi hanya dalam hitungan menit, e-mail telah membantu kita menjalin komunikasi dengan orang – orang yang kita sayangi. Email juga membuat proses merindu menjadi ‘lebih kering’,..karena tak ada lagi degup jantung berdetak lebih kencang,.menunggu pak pos membunyikan belnya,..tak ada lagi menghitung hari sambil memperkirakan kapan surat kita sampai di tangan kekasih kita,…dan kapan kira – kira kita akan menerima balasannya

Jawatan Pos telah kehilangan omzet yang cukup signifikan dari pengiriman surat pribadi maupun bisnis, karena kemajuan teknolgi melalui email yang memungkinkan orang untuk mengirim dokumen yang telah di’scan’ melalui email. Hal yang masih dilakukan hingga saat ini dan tak meungkinkan digantikan oleh dunia maya, adalah pengiriman paket melalui pos, baik antar daerah maupun negara. Karena kita mengirim ‘barang’ yang ‘nyata’ dan bukan ‘virtual goods’. Apa enaknya dikirimi ‘virtual rose’ atau ‘virtual diamond’ ?

Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman , telah membuat proses penyederhanaan dari semua ini,..menjadi serba ‘instan’,…sehingga mau tak mau kita mesti mengakui,…ada hobby yang akhirnya pelahan – lahan surut ditelan zaman,..seperti hobby mengumpulkan perangko,…dan muncul pula hobby baru sebagai akibat kemudahan teknologi : CHATTING di alam maya….

Tak ada yang salah dari proses perubahan ini, selama kita bisa menyikapinya dan memanfaatkannya dengan baik. Welcome to the real world !!!!

BNI, 16 Oktober 2005
07.51 am