Wednesday, October 26, 2005

HARGA DIRI


Di Indonesia ini banyak orang yang melacurkan harga dirinya, tidak demi sesuap nasi, tetapi demi sebongkah berlian dan sebuah rumah megah di Pondok Indah. Mengapa ?

Karena masyarakat Indonesia yang sudah kelewat lama hidup sengsara setelah berabad – abd dijajah oleh Belanda, capek hidup susah dan ingin hidup senang dan mewah secara instan, tanpa melalui proses yang benar dan halal.

Karena masyarakat Indonesia memandang kesuksesan seseorang dari materi yang dimilikinya, dan bukan dari betapa besar pengabdian seseorang pada bidang yang ditekuninya betapapun kecil dan tak memadainya penghasilannya, juga kejujurannya yang tampak melawan arus…

Harga diri yang hilang ini pulalah yang membuat perempuan - perempuan muda nan cantik dan seksi di usia remaja, mau me’lacur’kan dirinya, bukan karena desakan sesuap nasi, tetapi karena dorongan materi ingin memiliki HP model terbaru, ataupun ingin memakai baju desain terbaru yang sedang menjadi trend. Apakah iklan yang membombardir media massa memiliki kontribusi kesalahan sehingga memicu masyarakat kita yang belum cukup dewasa - untuk mencerna dan memilah iklan tsb – menjadi generasi konsumerism dan hedonism yang begitu memuja dunia dengan segala kepemilikannya ?

Seharusnyalah kita berterima kasih dan menaruh respek mendalam kepada penjaga mercu suar di pulau terpencil, penjaga Taman Nasional Baluran, Kerinci – Seblat, penjaga lintasan rel KA, guru – guru di Teluk Jakarta, pulau Karimunjawa, yang mesti ulang alik menggunakan perahu dengan biaya tak sedikit,… yang mengabdikan hidupnya tanpa pamrih, tetapi tidak mendapat penghargaan memadai dari sisi penghasilan

Seharusnyalah kita lebih menaruh hormat pada pak Bejo yang mengayuh sepeda tuanya di usia 50 tahun, tetapi tetap tak tergoyahkan untuk melakukan hal – hal terlarang, karena ia tak ingin anak istrinya makan dari rejeki tak halal yang membuat anaknya tak pintar dan tak mendatangkan ‘barokah’ bagi keluarganya. Ia yang mengingatkan bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini – baik ataupun buruk sekalipun – akan selalu dilihat oleh Allah, yang tak pernah tidur !!!

Kita menjadi bangsa yang tak cukup sabar untuk melihat suatu proses berlangsung. Kita ingin segalanya serba instan dan dalam sekejap, dengan tongkat ajaib, dapat mendatangkan hasil !! Sehingga terjadilah kesalahan pernyataan – sebelum terjadi krismon di tahun 1998 - yang mengatakan Indonesia adalah salah satu macan Asia. Eeh, ternyata bukan macan sejati, melainkan macan kertas atau macan ompong !! Karena semua indikasi pertumbuhan ekonomi tsb di’sulap’ dan ‘semu’, bukan berpijak pada fondasi yang kuat.

Kita merasa memiliki harga diri yang tinggi dan tidak risih, meski kita berutang kepada G7, tetapi ternyata kita – sebagai negara peminjam – datang menggunakan mobil yang jauh lebih mewah dibanding negara pendonor !!! (betapa satirenya kisah ini, seperti yang pernah disampaikan oleh almarhum Cak Nur 7 tahun silam)

Kita yang tak cukup tinggi ‘sense of crisis’nya, sehingga di tengah kegalauan rakyat menghadapi dan menyikapi kenaikan BBM, mereka mesti menjadwal ulang anggaran belanjanya, dan memotong pos – pos yang kurang perlu, maka pagi ini di koran justru di sampaikan bahwa anggaran belanja Presiden dan Wakil Presiden untuk pos ‘pengeluaran lain – lain’ menjadi membesar !! Ironikah ini ??

Jika negara lain seperti Philippines lebih percaya untuk memperbaiki proses hulunya : yaitu dengan nation character buildingnya, yang mulai menggarap pendidikan bagi anak bangsa secara gratis dari SD hingga SMA, sekalipun untuk itu mereka mesti mengalahkan kepentingan lainnya yang ada di hilir : pembangunan fisik bangunan dan prasarana umum seperti jalan tol, dsbnya yang tak segencar dan semegah Indonesia.
Dan lihat, apa hasilnya sekarang ? Begitu banyak orang Philippines yang mampu bekerja di luar negeri dengan keunggulan skills and knowledge, memiliki expertise terutama dalam bidang management (lihatlah Philippines yang mempunyai AIM – Asian Institute Managament – sekolah yang menawarkan program MBA tertua di Asia ) tak hanya sebatas sebagai expatriate di Asia, tetapi bahkan hingga di US !!!
Sementara kita ? Kita sebatas puas dengan pengiriman TKW atau TKI, unskilled labor yang memiliki bargaining power yang rendah, yang sesampainya di Indonesiapun masih jadi sasaran pemerasan oknum bandara !! Dan bahkan pemerintahpun tak menganggap mereka sebagai pahlawan bangsa yang mampu mandiri, menghasilkan devisa bagi negara, tak menggantungkan hidup pada BLT (bantuan langsung tunai) pemerintah , sekalipun itu berarti mereka mesti mempertaruhkan nyawa di luar negeri, diteror oleh majikan yang kejam dsb !!

Menyedihkan, karena yang terjadi adalah pendangkalan makna !! Semua proses ingin di- bypass, di- akselerasi, bahkan jika bisa, dieliminasi , sehingga menjadi ‘kering’dan tak lagi dirasakan ‘manis’nya proses perjuangan . Kita siap menggadaikan harga diri kita , menghalalkan segala macam cara demi pemenuhan MATERI,….yang sayangnya pada saat mati tak bisa kita gunakan untuk menyuap malaikat agar kita tak disiksanya di akhirat kelak !!!!

On the way to my office, Oct 26, 2005
08.05 am

No comments: