Thursday, October 27, 2005

CAST AWAY



Pernah menonton Tom Hanks dalam aksinya yang memukau di film ‘Cast Away’ 5 tahun silam ?
Di mana ia menjadi Robin Hood era global, sebagai karyawan FedEx terdampar di pulau antah berantah, yang membuatnya menjadi satu – satunya manusia penghuni pulau tsb. Ia tak dapat berkomunikasi dengan orang lain, karena telpon selularnya tak mendapat sinyal, dan tak ada aliran listrik untuk mencharge battery, uang yang ada di dompet tak bermakna, dan mengalami disorientasi ruang dan waktu….
Luar biasa sekali,..seseorang yang sehari – hari terbiasa bersosialisasi, berinteraksi, begitu tergantung dan mengandalkan jam tangan, cell phone dan uang untuk kehidupannya sehari – hari, tiba – tiba harus memulai dari NOL semuanya…..
Dan ternyata,….setelah sekian lama menjadi solitaire, ia mampu beradaptasi dengan semua kendala itu…

Suatu saat 3 tahun silam, aku mengikuti pelatihan outbound 2 hari 1 malam, di mana saat itu aku dan teman – temanku diminta untuk menanggalkan arloji, dan mulai mengandalkan perasaan, dan kepekaan terhadap waktu yang lewat yang telah kita gunakan, untuk membedakan waktu dan memperkirakan jam berapa sekarang, selain tentunya dengan melihat tanda – tanda alam : langit yang mulai rembang petang, fajar menyingsing, dsb. Aku yang terbiasa selalu memakai arloji, sebagai penanda waktu, mulai merasa kurang nyaman, karena alat bantuku berkurang satu.
Tetapi tak lama kemudian, aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan kendala satu ini,..karena kusadari memakai arloji, memasang jam dinding, dsb bukanlah sesuatu yang ‘mutlak’,..karena ia malah membuat kepekaan kita berkurang, dan menjadi tidak menghargai detik demi detik dan menit yang berlalu dalam kehidupan kita, yang tak mungkin kembali !!!

Ujian lain datang ketika semua cellular phone diambil, dan kita merasa kehilangan kontak dan komunikasi dengan dunia luar,…dengan orang – orang yang kita sayangi, dsb. Padahal, jika diingat, 15 tahun silam, ketika teknologi komunikasi belum semaju saat ini, dan tak ada orang yang memiliki telpon selular, semuanya tokh berjalan baik – baik saja. Bisnis Bill Gates tetap berjalan seperti biasa, transaksi perbankan mulus, dsb. Dengan adanya cell-phone, kita semakin tergantung kepada alat yang satu ini, dan membuat kita seperti ‘addicted’ untuk menelpon.Jika setengah hari saja tak menelpon rumah, menanyakan keadaan anak – anak, rasanya seperti ada yang kurang….
Cell phone juga membuat kita seperti on – call person yang siap untuk dihubungi 24 jam, 7 hari seminggu, 365 hari setahun !!! Tak ada lagi kemampuan untuk menolak menerima telpon atau SMS di tengah malam ..Dan ini membuat sebagian waktu pribadi kita terenggut…

Demikian pula ketika si pelatih meminta kita untuk menyerahkan dompet dan semua uang yang ada, sehingga kita tak memiliki uang sama sekali,…maka aku makin yakin bahwa ini adalah untuk mengukur seberapa besar survival spirit kita. Untuk menanggalkan ketergantungan pada uang dan beranggapan bahwa uang adalah segalanya. Kulihat ada beberapa temanku yang berusaha mengelabui dengan menyimpan uangnya di kaus kaki , di bawah alas sepatu, dsb. Tetapi bukankah mengelabui orang lain berarti membohongi diri sendiri ? Dan kita akan kehilangan esensi dari permainan ini…..

Mulailah perjalanan sekian ratus meter dan sekian km untuk mendapatkan uang dari orang lain yang tak kita kenal, dengan menawarkan suatu barang, dan menggunakan kemampuan ‘marketing’ kita untuk bisa membujuk orang tsb agar mau membeli produk kita. Bagi yang tangguh, mereka bisa naik kendaraan umum dengan gratis, setelah mampu meyakinkan si sopir angkot.
Di sinilah kemampuan kita untuk memasarkan produk dan menahan sabar, diuji !!! Dan produk ini harus dilepas di atas harga dasar yang ditetapkan !! Jangan sampai merugi, hanya karena takut tak dapat makan siang…. (sebagai hukuman bagi yang tak mampu menjual, maka ia akan menahan lapar dan tak mendapat jatah makan siang).
Dan kita juga diajarkan bagaimana sebagian orang harus melalui proses seperti yang kita ikuti dalam permainan ini – begitu susah payah – berjalan seharian : melewati kandang kerbau, menyapa penghuni rumah kost, menahan malu untuk mendapat tumpangan gratis, dsb, hanya untuk mendapat uang Rp. 10,000. Sementara kita harus amat bersyukur, bahwa dengan ‘menyetorkan muka’, hadir pukul 8 s/d 5 sore, kita sudah dapat memastikan setiap tanggal 25 gaji kita sudah ditransfer ke bank.
Dari sini aku makin menghargai proses mencari uang yang begitu sulit, sehingga selayaknyalah kita membelanjakannya dengan bijak.

Permainan lainnya adalah kita dilarang berbicara sama sekali kepada orang lain selama 1x24 jam !!! Bisa dibayangkan bukan,.betapa menyiksanya hal ini !! Terutama bagi orang – orang cerewet, seperti aku, yang terpaksa banyak berdiam diri, dan mengandalkan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan ketika ‘bahasa tubuh’ yang kutunjukkan disalah mengertikan oleh temanku,.betapa frustrasinya aku !!! Pada saat seperti ini,..aku langsung membayangkan dan berempati kepada para penderita tuna rungu wicara yang sepanjang hidupnya harus mengalami hal ini –mengalami kendala komunikasi dengan orang non – tuna rungu wicara -, sementara aku baru berapa jam saja, sudah merasa sedemikian menderitanya….
Permainan ini juga membuat aku berpikir bagaiman berkomunikasi secara efisien dan efektif, minim ‘bunga – bunga’ kata yang tak perlu, karena semua mesti diekspresikan dalam bahasa tubuh.
Ternyata , puasa makan jauuuuh lebih mudah daripada puasa bicara yang menguras energiku.

Semua permainan yang memiliki makna filosofi mendalam ini, mengajarkan aku agar tak tergantung kepada kepemilikan benda – benda di luar diriku, yang akhirnya ‘mengatur’ hidupku : uang, jam dinding, cell phone, karena seharusnyalah aku yang mengendalikan semua itu, dan bukan sebaliknya !!!

Sementara permainan menahan kemampuan berbicara mengajarkan aku untuk bersyukur kepada Sang Pemilik Asma’ul Husna, yang mengaruniai aku panca indra yang sempurna, sehingga memiliki kemampuan berbicara - sekalipun tak sehebat Oprah - tetapi seharusnyalah aku menggunakannya tidak untuk memaki orang lain atau mengomeli kenakalan anak – anakku.
Tetapi sayangnya, karena merasa ini karunia yang didapat dengan cuma – cuma, maka betapa banyak ‘inflasi’ kata – kata yang kita ucapkan ,…menjadi gossip, celaan, keluh kesah dsb,….betapa banyak percakapan tak bermakna, yang membuat orang lain kesal dan marah !!! Padahal justru seharusnyalah kita menunjukkan ‘sedikit bicara, banyak bekerja’ dan bukan NATO (yang ini sudah terwakili oleh anggota dewan yang terhormat, yang baru saja mendapat kenaikan tunjangan 10 juta per bulan !!!).
Pun berbicaralah yang mampu mendatangkan kesejukan bagi sesama.., seperti yang diteladankan oleh Aa’ Gym, yang ceramahnya didengar oleh lintas agama, karena sifatnya yang universal……

BNI, 27 Oktober 2005
05.27 am

No comments: