Sunday, October 09, 2005

JANGAN TAKUT MENCOBA


Aku membiarkan dan memberi kesempatan anakku untuk mencoba mengeksplorasi minatnya hingga ke titik di mana ia bisa menemukan dunianya.

Sebagai contoh, kubiarkan si kecil mencoba ikut les menggambar saat TK, les mengaji dari TK hingga SD, les komputer ketika TK, keyboard saat kelas 1, les bahasa Inggris kelas 2, matematika Kumon kelas 3, dan les vokal kelas 4.
Dari sekian banyak les yang pernah ia ikuti, ternyata minat terbesarnya adalah menggambar, dan bahasa Inggris yang terus ditekuninya hingga kini, dan siap masuk di kelas Advance ketika ia kelas 1 SMP.
Bakat menggambarnya sudah mampu mendatangkan uang jajan untuknya ketika ia di kelas 2-3 SD, di mana saat itu anak – anak sedang hobby mengumpulkan koleksi kertas surat dan amplop yang lucu, dan ia menggunakan kertas folio untuk digambari dengan menggunakan crayon kualitas atas, dan membuat design amplop yang digambarinya, kemudian dijualnya Rp.500 per buah, dan laku keras !!

Sementara les komputer lebih memberikannya bekal untuk tranpil menggunakan dasar Microsoft, apakah itu Word, Excel, Power point, Clip art, dsb. Demikian pula mengaji, memberinya bekal membaca Qur’an.

Marahkah aku karena ia ternyata tak punya cukup minat dan kemampuan di bidang lainnya selain yang kusebutkan di atas ? Bahkan untuk les vokal yang dimintanya sendiri di Elfa’s, di mana ia memilih semi privat dengan biaya relatif mahal, selama 1.5 tahun, ternyata ia tak cukup berbakat, bahkan menyanyi sepenggal bait lagupun tak pernah ia lakukan. Atau kalaupun ia menyayi, ia menyanyi terlalu lirih dan halus, seolah malu untuk didengan pendengar lainnya. Waah,.baru kutahu, ia salah memilih kursus.
Belajar keyboardpun, ia sebenarnya cukup berbakat, dan sudah bisa memainkan lagu – lagu dasar. Tetapi ia tak mau melanjutkan lagi, dan cukup puas dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang.

Si kecil suka sekali membaca, dan rak bukunya sudah tak mampu menampung buku – buku koleksinya, yang dulu bahkan mampu mendatangkan uang, dengan cara disewakan ke teman – teman kecil tetangganya. Karena ia sudah 12 tahun, minat membacanya mulai berubah. Jika dulu yang dibelinya komik Dora Emon, dsb, maka kini beralih ke Nakayoshi dan Novel Remaja Teen Lit yang penuh kisah percintaan, bahkan terjemahan Anne Frank ataupun yang agak berat : The Secret of Shambhalanya James Redfield. Bahkan majalah yang rutin dibelinya sejak 1,5 tahun lalu, bukan lagi majalah anak – anak, melainkan Go Girl ! Apabila berada di toko buku, dan ia memilih buku - buku lebih dari anggaran yang tersedia, maka ia rela uang jajan hariannnya dipotong.
Atau untuk memuaskan keinginan membacanya yang besar, ia akan membujuk teman sekelasnya yang memiliki koleksi buku yang sangat banyak, untuk menyewakan padanya dengan tarif yang ditentukannya sendiri : Rp. 100 per hari !!! Tarif yang setara dengan harga 1 permen di warung. Dan anehnya, temannya mengiyakan saja, dan dalam sehari si kecil bisa membawa 10 buku untuk dibaca di rumah.

Minat membacanya yang tinggi, membuahkan hasil si kecil suka menulis cerpen sejak ia kelas 2 SD, dan memiliki imajinasi tinggi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Hingga sekarang ia suka mengetik cerpen atau bahkan bersambung menjadi seperti tri-logy. Tetapi ia tak pernah mau jika cerpennya dibaca oleh ibunya, atau dipublikasikan dengan mencoba mengirim ke majalah anak – anak.

Dua minggu yang lalu, ia mengajukan permintaan yang membuatku tercengang !! Ia ingin les ballet di usianya yang tak bisa dibilang muda untuk memulai les ballet.
Ia malah menggugatku dengan mengatakan, mengapa dulu sewaktu ia masih kecil dan di usia ideal untuk mulai belajar ballet, ia tak pernah kutawari mengikuti les ballet !!
Kuingat, waktu kecil aku memintanya untuk mengikuti les tari Bali, karena kutahu tubuhnya tidak lentur. Tetapi jawabannya adalah ia tidak berminat. Sehingga aku menyimpulkan bahwa ia tak suka menari !

Karena keinginannya yang menggebu – gebu , terinspirasi dari suatu novel remaja Jepang, ditambah membuka website yang terkait dengan ballet, maka ia memaksaku untuk mendaftarkannya ke sekolah ballet.
Dan seperti kuduga, ia menjadi satu – satunya murid dengan usia 12 tahun untuk kelas Pemula 2, sementara teman – temannya anak kelas 1 & 2 SD yang begitu lucu, lugu dan ceria. Ia berusaha menekan rasa malunya demi menguasai ballet yang mengajarkan kita memiliki postur tubuh yang baik, dan menari dengan detil gerakan yang indah, kaki, tangan, tubuh,….yang semuanya membuatku terpesona…

Yang mencengangkan adalah ketika diadakan uji bakat dan minat di SMPnya, ternyata otak kanannya lebih dominan dibanding otak kiri. Yang artinya, ia lebih bisa diandalkan untuk hal – hal yang terkait dengan kreatifitas !! Ya,..terima kasih Tuhan, ternyata anakku berbeda dari aku, yang dominan otak kiri !!

Bagiku, semua yang dilakukan anakku adalah proses belajar, memilih dan memilah apa yang diminatinya. Jika orang dewasa saja bisa salah pilih, apalagi anak – anak ! Dengan demikian, ia dapat belajar dari kekeliruan yang dibuatnya. Dan jika ia dewasa kelak, ia dapat mengatakan bahwa ia sudah mengeksplorasi semua bidang sebelum pada akhirnya menentukan pilihan yang paling diminatinya

BNI, 9 Oktober 2005
1.15 pm

No comments: