Thursday, April 26, 2007

KUKETUK PINTUMU...


Kusebut namaMu dalam bisik, Ya Rabbi
Ketika segalanya menjadi teralienasi
Terkucil dalam sunyi
Tak lagi ada kebenaran hakiki

Kuketuk pintuMu, Ya Rabbi...
Saat aku tergugu dalam gelap hati
Tak tahu ke mana melangkah kaki
Mencari pijkan diri...

18 April, 2007
06.30

KUTITIPKAN PADA MATAHARI


Kutitipkan cinta pada matahari
Yang sinarnya terangi bumi
Agar tak ada lagi gelap memayungi hati

KISAH MIMPIKU


Aku berenang bersama mimpi malamku
Temukan cinta terapung – apung di samudra biru
Tak sanggup aku meraihnya
’Tuk selamatkan cinta yang kilaunya terangi alam raya....

HATIKU KOYAK


Hatiku koyak manakala melihat anak balita
Tengadahkan tangan di perempatan jalan
Mengemis belas kasihan kita
Sekedar untuk mendapat uang recehan

LISTRIK MATI


Apabila listrik mati
Gelap gulita menemani
Hening merasuki diri
Biarkan hati bercakap dengan sepi

MUSLIM DI THAI SELATAN, BATIK DAN KERAJINAN EX – INDONESIA (2).




Mayoritas orang Thai selatan adalah Muslim, terutama di Krabi. Jadi jangan heran jika melihat mereka memakai kerudung,,atau saat pertama aku berjumpa dengan perempuan nelayan yang sedang memperbaiki kapalnya, maka aku heran melihat dia menggunakan sarung batik motif Pekalongan. Saat itu kupikir, bagaimana mungkin ada 2 motif sama persis dari 2 negara !! Ternyata di hari ke-3 baru kutahu bahwa orang muslim Thai mendatangkan batik (Pekalongan secara luas, dan beberapa dari Solo)dan sarung tenun (Majalaya??) dari Indonesia !! Batik digunakan seacara luas tidak hanya sebagai sarung, tetapi juga sebagai daster, kemeja,dsb,termasuk semua motif hawai yang biasa ada di Bali !!!
Motif yang banyak mereka ambil adalah Pekalongan karena sesuai dengan tradisi orang pantai, mereka lebih menyukai warna - warni ceria !!!

Muslim di sini menjalankan syari’ah yang sama persis seperti di Indonesia. Aku sempat sholat di salah satu masjid di ’floating fisherman village’di dekat Koh Phi-Phi yang semua penduduknya muslim. Dan mereka semua menggunakan kerudung, sarung dan berkebaya, persis seperti penampilan orang Betawi muslim di pinggiran Jakarta. Anak – anak SD belajar mengaji seusai pulang sekolah pk 2 siang. Dan bapak – bapaknya yang sudah tua, sholat berjama’ah dengan menggunakan sarung. Desain masjid terapungnya sama seperti di Indonesia, dengan kubah bulat, dan lambang bulan bintang di puncak kubahnya.

Senang dan haru rasanya ketika menjumpai sesama saudara muslim di negeri lain, terutama ketika kita bisa menyapa ”Assala mua’alaykum” dan dibalas sapa ”Wa’alaykum salam.”