Saturday, October 08, 2005

BBM NAIK LAGI !


Tanda – tanda BBM akan naik , sudah dapat dirasakan sejak Maret 2005 lalu. Dari harga minyak mentah dunia yang terus naik dari 34 USD per barrel, hingga terus menjulang ke 70 USD per barrel bulan Agustus lalu.

Dan di bulan Maret lalu mulai terasakan kelangkaan BBM di Indonesia, terutama di luar Jawa. Ini terkait dengan cash flow Pertamina dan Pemerintah yang kadang terlambat membayar ke Pertamina , sementara untuk menjamin kelancaran pasokan BBM import, Pertamina mesti membayar terlebih dahulu, seperti yang dijelaskan oleh mantan teman skripsiku yang sekarang bekerja di Pertamina.

Hal ini memicu perdebatan di antara rekan – rekan kami yang mengikuti regional meeting di Philippines, akhir Juli lalu, untuk memprediksi harga crude oil tahun depan, dan impactnya di bagian supply chain, dari pra kiraan % kenaikan terhadap harga bahan baku plastik yang menggunakan senyawa kimia karbon,..hingga imbasnya terhadap transportasi dan proses delivery dari bahan baku hingga produk jadi.., yang berpengaruh terhadap cost of good sold .

Siapa yang akan berpikir bahwa permintaan minyak mentah dunia yang amat tinggi, terutama dari China, telah mampu melambungkan harga minyak ke tingkat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya ? Demikian pula siapa yang dapat mengantisipasi 2 bulan sebelumnya akan terjadi badai Katrina dan Rita di US, yang membawa dampak luar biasa terhadap harga bahan baku yang diimport dari US, dan menyebabkan harga minyak mentah betah bertahan di atas 60 USD per barrel.

Seandainya MURInya Jaya Suprana atau Guinness Book of Records, bisa memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia yang telah secara luar biasa, dalam waktu hanya 6 bulan, mampu mengukir rekor % kenaikan tertinggi BBM (baca : bensin), naik 149% dari harga awal Rp.1,810 menjadi Rp.4,500.
Sementara tingkat kenaikan penghasilan (baca : gaji) kita hanya mengikuti laju inflasi yang satu digit ! Jadi, secara value, nilai uang kita sudah mengalami penurunan secara signifikan !!

Setiap langkah keluar rumah memerlukan uang (baca : biaya) yang tidak sedikit!! Sehingga perlu memberikan tips kepada rakyat kecil :

Jika tak perlu perlu amat, lebih baik tinggal di rumah :
1. Menonton TV atau DVD film, main games (waah, tahun depan listrik naik !!) atau
2. Melakukan aktifitas bersama di rumah, seperti memasak (hhmm,..bulan depan LPG naik menjadi Rp 90,000 dari Rp. 53,000). Atau browsing internet (tahun depan tarif telpon naik pula !)
3. Atau membaca buku terbitan terbaru biar tidak gagap pengetahuan (naah ini dia,..tarif kertas juga naik, terimbas forex yang bergerak liar, juga bahan baku tinta cetak dsb, sehingga mempengaruhi harga printed material,yang rata - rata naik 20%. Gagal lagi deh upaya untuk mencerdaskan bangsa. Boro – boro beli buku,,.beli bahan pokok pengganjal perut lapar saja belum tentu bisa sehari 3x , bagi rakyat kecil yang termarjinalkan. Atau kita perlu menambah jumlah hari melakukan puasa sunnah selain Senin dan Kamis, demi efisiensi pangan ?? ) .
4. Atau jika benar – benar ingin berhemat, bisa juga lebih sering bercinta dengan pasangan,…selain bisa menghilangkan stress, juga aktifitas yang satu ini tak perlu biaya,..malah menambah rasa cinta kepada pasangan kita. Oh yaa,…jangan lupa menggunakan alat kontrasepsi,.karena jika tidak,.alih – alih berhemat,.malah mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk kelahiran si upik atau buyung yang tak diharapkan


Serba salah, ya ??? Seperti buah simalakama. Diam di rumah, mengeluarkan biaya juga, selain kadang menambah stress seseorang yang biasa bersosialisasi dan menghilangkan stress dengan cara hang out di luar bersama teman . Pergi ke luar, juga butuh biaya yang tidak sedikit !!

Seperti misalnya kisah sedih berikut ini : Rakyat kecil, kaum terpinggirkan ini biasanya tinggal di rumah yang berada di pelosok dan jauh dari akses jalan raya.Sehingga untuk mobilitasnya sering menggunakan ojek, baru kemudian naik angkot atau bis. Mau tahu berapa tarif terendah ojek di pinggiran Jakarta untuk jarak terdekat ? Untuk menempuh jarak 0.5 km dari depan kompleks ke rumahku, keponakanku mesti merogoh kocek, dari Rp.2,000 naik menjadi Rp3,000. Sesuatu yang sulit dipahami nalar. Padahal kita tahu rasio konsumsi bensin untuk motor adalah 1 : 40. Jika jarak tempuh rata – rata ojek adalah 1.3 km, dan kembalinya kosong, tidak membawa penumpang, berarti dia menempuh 2.6 km ulang alik atau dibulatkan ke atas menjadi 3 km. Sehingga bisa dikatakan, untuk 1 l bensin, sebanding dengan 13x round trip membawa penumpang. Dengan kata lain, jika dengan modal bensin 1 lt Rp. 4,500 ia perlu modal Rp. 350 sekali jalan, sementara pada saat sebelumnya dengan harga Rp.2,400, modalnya adalah Rp. 185, dan menarik tarif ke penumpang : Rp. 2,000. Tampak bahwa komponen biaya BBM hanya 9.25% dari total tarif yang dibebankan
ke penumpang. Yang lainnya berupa overhead dan margin yang tinggi. Jika kita asumsikan biaya overhead naik 20% (misal : makan siang si tukang ojek, maintenance motor, dsb), maka kenaikan yang wajar mestinya bukanlah Rp.3,000 melainkan Rp.2,500 (naik 25% dari tarif lama). Karena most significant increase adalah BBM yang berkontribusi hanya 9.25% . Demikian pula tarif angkot yang semau gue dinaikkan dari Rp. 1,700 menjadi Rp. 3,000 dan menggunakan motto : jauh dekat tarif sama . Sopir angkot pasti tidak menggunakan cara perhitungan di atas ! Apalagi seharusnya tarif bisa ditekan karena pembaginya adalah jumlah penumpang. Katakan saja, sekali trip, hitungan paling pesimis, sopir hanya mengangkut 50% dari kapasitas , atau 8 penumpang (tidak diperhitungkan penumpang yang turun naik di tengah.jalan dengan rute pendek, yang memberikan uang lebih banyak) Dengan asumsi, sekali jalan, rute yang ditempuh adalah 7 km, sehingga membutuhkan bensin 1 l. Dengan menggunakan asumsi yang sama seperti perhitungan kenaikan ojek (tetapi rute baliknya membawa penumpang dengan jumlah yang sama), di dapat komponen biaya BBM hanya 18% dari total tarif yang dibebankan ke penumpang. Yang lainnya berupa overhead dan margin yang tinggi. Dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti ojek, maka sebenarnya tarif baru yang wajar bukanlah Rp. 3,000 melainkan Rp. 2,250 atau naik 32.5% dari tarif lama Rp. 1,700.

Dengan kenaikan tarif angkutan umum yang ‘semena – mena’ dan membuat rakyat kecil makin terpojok ini, kita mesti menyediakan anggaran transportasi yang nyaris dobel dibanding sebelumnya. Bisa dibayangkan, sebelumnya anggaran transportasi menyedot sekitar 10- 15% dari penghasilan kita, tetapi sekarang naik menjadi 20 - 30%. Sudah tidak wajar, kan ?

Apalagi bagi ‘pekerja krah biru’ yang selama ini mendapat tunjangan transportasi sesuai dengan tarif lama, sekarang harus mensubsidi biaya transportasi dari gaji yang sudah pas – pasan untuk biaya hidup. Bisa dibayangkan betapa sengsaranya mereka !
Kalau dulu penghasilan mereka dapat digunakan untuk hidup 3 minggu, maka sekarang tinggal 2 minggu. Bagaimana 2 minggu sisanya diatasi ? Pandai – pandailah memutar otak, atau menerapkan gaya gali lubang tutup lubang !

Setiap ancaman, bisa menjadi peluang bagi orang lain.
Orang mulai berpaling pada motor, sebagai alternatif menggunakan angkutan umum. Situasi ini membuat motor makin diminati orang. Karena makin banyak orang yang berpikir, daripada uang habis untuk menbayar angkutan umum, lebih baik digunakan mencicil kredit motor.
Harga motor mulai merangkak naik. Di sisi lain, dealer motor mulai memperketat cara perolehannya melalu kredit. Kalau dulu tanpa DP, kita sudah bisa mendapat motor, maka kini DPnya naik hingga 20 – 30%. Sehingga makin sulit rakyat kecil mampu memiliki motor.

Mobil hemat BBM sperti Honda Jazz atau Toyota Vios bisa jadi mobil favorit keluarga, karena mengonsumsi bensin dengan rasio 1: 12 hingga 14 . Orang mulai berpikir untuk beralih dari versi terbaru 2000 cc Innova, mobil yang bisa memuat kakek, nenek, teteh, paman, kakak, adik, keponakan, yang boros bensin karena rasionya 1 : 7

Sekalipun aku mendapat penggantian biaya bensin, tetapi tetap tak tega harus merogoh kocek Rp 210 ribu sekali mengisi tangki hingga penuh . Belum lagi ulang alik mengantar anakku dan aku, yang sehari bisa menempuh jarak 110 km, mesti kukurangi. Resikonya, aku berangkat pagi buta pukul 05.45, mengantar anak di Kebayoran, sebelum akhirnya ke kantorku. Sebaliknya anakku yang pulang sekolah pk 4 sore, mesti menunggu aku hingga pukul 5, bahkan tak jarang pk 6.30 jika aku lembur, sehingga kita bisa berangkat dan pulang bareng, menghemat jarak 50 km, atau setara dengan 7 liter bensin atau Rp. 31,500 dan uang tol Rp 8,000 per hari. Selalu ada pengorbanan di balik penghematan yang kita lakukan.

Aku juga belum menghitung kenaikan uang saku untuk anakku yang bersekolah di BSD. Sebelum BBM naik saja, ongkos ojek sekali jalan, sudah Rp 10,000. Untuk baliknya, anakku mencoba berhemat dengan naik angkot 2x total Rp. 2,000 plus ojek Rp. 3,000. Total biaya transport per hari mencapai Rp. 15,000. Jadi, dengan estimasi kenaikan 50%, bisa jadi setelah ini aku mesti memberinya Rp. 22,500 per hari hanya untuk transport. Belum lagi uang jajannya yang Rp. 10,000 per hari makin tidak membuatnya kenyang, karena sebelum kenaikanpun, harga makanan di kantin sekolah sudah cukup mahal . Terbayang ‘kan, per hari aku mesti merogoh kocek setidaknya untuk anak sulung, Rp. 32,500 dan si bungsu Rp. 7,500 . Sehingga total pengeluaranku sehari untuk ke – 2 anakku mencapai Rp. 40,000. Jika sebulan ada 22 hari, pengeluaran sebulan sudah melebihi UMR JaBoTaBek !!
Kadang terpikir, apakah membelikan anak sulungku motor akan mendatangkan manfaat atau lebih banyak mudharatnya ?

Dalam situasi seperti ini, pasti daya beli melemah ! Pengusaha dan pedagang boleh perang harga. Mall dan trade center boleh menjamur, tetapi pada akhrinya konsumen dan rakyat akan makin bijak mengeluarkan dan membelanjakan uangnya hanya untuk kebutuhan yang menempati urutan tertinggi. Bagiku , pendidikan anak menempati urutan tertinggi

Di sisi lain, perusahaan kebutuhan non - primer akan mengalami penurunan demand, sehingga memaksa membuat kebijakan tidak populer : restrukturisasi (bahasa keren dari : pengurangan karyawan), atas nama efisiensi dan survival spirit dari perusahaan.
Barisan orang lapar, pengangguran yang makin tinggi akan mendongkrak angka kriminalitas, dan ujung - ujungnya menimbulkan rasa tidak aman yang makin tinggi pula ! Ketidak amanan ini akan menciptakan citra negatif, ditambah ketidakpastian politik, membuat pengusaha asing berpikir ribuan kali sebelum memutuskan berinvestasi di sini. Atau bahkan jika memungkinkan, memilih hengkang dari negeri ini, memindahkan investasinya ke negara lain yang memiliki lingkungan dan iklim yang lebih kondusif .

Di tengah situasi chaos ini, tak ada lain yang bisa dilakukan, selain memulai :
1. Biasakanlah gaya hidup sehat : berjalan kaki !! Dari depan kompleks ke rumah, atau dengan kata lain : untuk jarak tempuh kurang dari 2 km, tegarkan hati untuk berjalan, sekalipun di siang bolong (Baca : lengkapi diri anda dengan alat tempur : kacamata gelap, topi, tabir surya, payung, untuk melawan sinar matahari UVA dan UVB yang dapat merusak kulit anda !!)
2. Memilih kendaraan alternatif : SEPEDA, yang ramah lingkungan dan bebas biaya, untuk jarak tempuh kurang dari 3 km. Sayangnya pemerintah tidak menyediakan lajur khusus untuk pengendara sepeda, sehingga terlindungi dan aman di jalan raya. Kita perlu mulai melirik dan mencontoh negara luar yang begitu peduli dengan kebutuhan pengendara sepeda.
3. Menjadi konsumen yang bijak, dengan hanya berbelanja yang anda perlukan.
4. Mendidik anak untuk menghargai uang.
5. Lebih mendekatkan diri kepada Allah, Sang Maha Pencipta yang selalu menemani kita di tengah kegalauan dan ketidak pastian

BNI, 8 Oktober 2005
3.10 pm

1 comment:

Anonymous said...

Increase community participation on your Website
Blogs, forums, photo galleries, contests, and polls are great ways to drive more traffic to your online newspaper.
Hey, you have a great blog here! I'm definitely going to bookmark you!

I have a home business site/blog. It pretty much covers home business related stuff.

Come and check it out if you get time :-)