Tuesday, November 01, 2005

KESOLEHAN SOSIAL : POTRET TANTEKU


Sesungguhnya orang yang sangat kukasihi dan terdekat tempatnya denganku pada hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya (HR Tirmizi)

Ada kerabat dari Ibuku, seorang tante yang kukagumi karena ia memiliki kesolehan sosial yang tinggi sekali.

Sedari muda, profesinya sebagai guru salah satu SMAN favorit di Surabaya sejak tahun ‘60an, memungkinkannya untuk menolong kerabat yang ingin masuk sekolah tsb tanpa imbalan apapun juga. (tetapi tidak saudara-saudaraku, karena kami semua memilih bersekolah di sekolah lain).

Di luar itu,… ia dan suaminya terkenal ringan tangan dan tak pernah berhitung jika menolong orang lain : dari tenaga, waktu hingga uang akan ia sumbangkan.

Kebetulan tanteku ini tidak mempunyai anak, dan mengangkat 2 anak. Tetapi di luar ke-dua anak yang diangkatnya, ia masih banyak memiliki anak asuh yang dibiayainya hingga sukses. Bahkan rumahnya di Perak, menjadi tempat persinggahan orang – orang Madura yang tak dikenalnya, yang ditampungnya tinggal di sana selama berbulan – bulan. Banyak juga di antara mereka yang akhirnya dibiayai bersekolah oleh tante dan om. Sehingga di rumahnya, begitu banyak orang yang tinggal, dan menjadi keluarga besar. Ada yang menjadi seperti tukang kebunnya, sopirnya dsb. Bahkan ada salah satu anak asuhnya yang telah berhasil, setiap lebaran tak pernah lupa datang bersilaturahmi ke tante dan om.

Ibu yang tinggal sendiri di Surabaya dan ditemani oleh ke-2 adikku yang sering sibuk dengan urusannya sendiri, sering meminta tolong omku untuk membantu urusan rumah yang berkaitan dengan perlistrikan, atau kerja mekanik lainnya.
Tante selalu ada di samping Ibu, setiap Ibu menghadapi suatu masalah.

Bahkan beberapa tahun terakhir ini, tante diuji kesabarannya oleh Allah, karena mesti merawat Ibunya yang menderita penyakit tua dan hanya terbaring di ranjang. Ibu tanteku ini sudah beberapa kali mengalami masa kritis, tetapi tanteku selalu dengan penuh kesabaran, tulus, ikhlas, dan kasih sayang, juga tak pernah mengeluh, menunjukkan pengabdiannya kepada Ibunya. Hingga puncaknya adalah omku meninggal minggu yang lalu, dan hanya berselang 8 hari kemudian Ibu tanteku meninggal. Tanteku tetap menunjukkan kesabaran, ketabahan dan ketegaran yang luar biasa. Tanpa tangis dan sedan, ia menganggap ini sebagai ujian dari Allah yang mesti ia lalui dalam hidup…..

Allah tak akan memberi cobaan yang melampaui kemampuan umatNya untuk menanggungnya.

JB – Surabaya, 1 November 2005
04.30

No comments: