Saturday, November 19, 2005

Betapa kau ingin melihatku bahagia


Apakah kautahu lewat mataku yang kelam,
dengan airmata merebak di antara bola mata
yang coba kusembunyikan dalam kerjapan bulu mata :
kutemukan bahagia ?

Apakah kautengarai lewat sapa basa – basi
dalam murung dan diamku, di tengah dingin sambutanmu :
kutemukan bahagia ?

Apakah kaupeduli pada mimpi di malam – malam panjang
yang membuatku terjaga dengan sengal dan keringat dingin,
menyisakan resah dan cemas tak bertepi :
kutemukan bahagia ?

Apakah kausadari :
semakin kau ingin melihatku bahagia,
semakin menyiksa dan memenjarakanku
dalam pura – pura yang sakit :
sementara duka tak henti berdesah dalam warna kelabu,
tak juga bisa padamkan rinduku padamu…


BNI – 19 Nov 2005
07.30 am

terima kasih untukmu yang selalu ingin melihatku bahagia….
(kar’na bahagia sejati ada dalam diri kita, saat kita bisa berdamai dengan diri kita…)

2 comments:

buderfly said...

bahagia, seperti halnya duka, memiliki batas yang nisbiah, kecuali kita menentukan perimeternya sendiri dengan kata kata dalam hati " aku bahagia"

Kepedihan, hanya kerena masalalu yang menjadi batu pengisi tas punggung kita.

yang kemarin sudah pergi, dan besok kita tak tahu pasti..yang ada dan pasti ...hari ini..

buderfly said...

ralat.
parameter bukan perimeter