Sunday, June 18, 2006

RINDU KETERBUKAAN….


Sebuah catatan atas kegundahanku pada kejadian yang kualami 2 minggu terakhir ini.

Ada beberapa alasan kenapa aku merasa lebih nyaman untuk berkomunikasi dan berteman dengan orang non – Indonesia.

Salah satunya yang benar – benar berdasarkan pengalamanku, adalah : orang Indonesia kurang terbuka dalam mengungkapkan sesuatu hal yang kurang berkenan dan kurang sesuai di hatinya. Yang dirasakan, sesudahnya ia akan mengubah sikapnya, tak lagi seperti dulu, sehingga meninggalkan tanya temannya,..kenapa semuanya jadi berubah. Tanpa si teman ini berani mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi. Dan situasi akan semakin memburuk karena kedua belah pihak hanya saling duga, dan tebak, apa yang sesungguhnya terjadi. Dan ini bukanlah sesuatu yang baik. Karena pikiran – pikiran negatif yang timbul, belum tentu benar. Yang jelas, ada komunikasi yang terhambat dan mampet di sini !! Yang terasa membingungkan salah satu pihak karena tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Jika kita tanya,.selalu jawabnya ‘ooh tidak ada apa – apa,koq. Everything is OK.’ Padahal, kita perempuan juga punya perasaan yang sensitif yang bisa membedakan kapan sesuatu berubah.
Dan berakhir dengan sesuatu yang mengecewakan, karena kedua belah pihak akan mundur teratur, sehingga rusak dan berakhirlah hubungan pertemanan yang seharusnya indah itu !!
Hal ini tak hanya terjadi pada hubungan kekawanan, melainkan lebih jauh lagi, pada hubungan perkawinan. Apakah tidak semakin runyam jika hal ini terjadi ? Karena dapat berakhir tragis : perceraian.

Padahal teman dan sahabat yang baik adalah teman di mana kita bisa menikmati kebersamaan tanpa terbebani dengan rasa tak nyaman,, teman di mana kita bisa menjadi diri sendiri, dan tak perlu ‘jaim’. Teman di mana kita bisa berbagi rasa senang dan sedih.

Budaya orang Indonesia – tak peduli ia orang Jawa yang penuh basa – basi atau bukan - merasa sungkan untuk menyampaikan uneg – uneg, kekecewaan, dan umpan balik kepada lawan bicara ataupun teman, karena takut si teman tak dapat menerimanya, tak cukup berbesar hati untuk menghadapi kritik (sekalipun membangun). Padahal nobody’s perfect, dan kita butuh orang lain yang dengan jujur mengingatkan kita akan kekurangan kita, dan memberi kita kesempatan untuk ‘memperbaiki’ diri kita.

Seperti salah seorang teman non – Indonesiaku yang mengingatkanku agar tak bicara seperti kereta api tanpa jeda (hahaha,..ini adalah salah satu kelemahanku…jika pembicaraan berlangsung seru, tak ada titik komanya !!!). Atau saat aku ingin melangsingkan tubuh dan ia memberikan pendapatnya, bahwa aku tak perlu menurunkan berat badan. Yang kuperlukan adalah body reshape dan contouring !!! Hehehe,..lemak menempel di tempat yang salah,.sehingga bentuk tubuh jadi tidak indah.
Demikian pula ia memintaku untuk tak memiliki obsesi berlebihan terhadap kesehatan. Periksa lab, medical check up jantung, therapy pijat batu giok , detox therapy di kaki, therapi saraf metode gerak sholat, kinestesiologi, dsb. Dia dengan entengnya mengingatkanku bahwa satu – satunya problem kesehatanku adalah kolesterol !!! Dan aku cukup fokus pada hal ini saja.
Tetapi, temanku ini menawarkan diri menjemputku pada saat aku dilanda stress berat dan harus pulang larut malam. Juga mendampingiku saat aku mesti memutuskan untuk menjalani operasi sinus atau tidak. Teman yang bersedia memberi dukungan moral seperti inilah yang benar – benar kita butuhkan.
Bahkan aku suka mengolok – oloknya,…bahwa hubungan kita seperti TTM.

Di sisi lain, ia dengan santai dan terbuka mengatakan kepadaku, tak perlu lagi dikirimi artikel 1 hingga 3 halaman via email – apakah itu jokes, ataupun cara mengatasai gempa bumi dsb- bila itu menggunakan bahasa Indonesia yang membuatnya mengernyitkan alis untuk memahaminya. Dan aku tak perlu marah karena keterusterangannya ini.
Karena sekalipun ia sudah 10 tahun tinggal di Indonesia, tetapi kosa kata bahasa Indonesianya terbatas pada kata – kata standard dan yang mudah dipahami.

Hingga jika ia sedang chatting dengan perempuan lain,,..dan tak memahami pesan yang diterima – terutama bila menggunakan bahasa slank,..ia akan bertanya padaku,..apa arti kalimat ini. Pernah suatu kali kusampaikan padanya bahwa cewek ini mengirim pesan yang tak pantas diucapkan oleh seorang perempuan yang bersusila. Jadi, sudah sepantasnya ia marah dan mengabaikan pesan dari perempuan ini !!!

Temanku ini juga tak segan meminta maaf jika ia tahu ucapannya yang lugas itu, membuat aku terdiam. Tetapi dia selalu mengatakan bahwa ia harus menyampaikan apa yang dia rasakan benar. Dan aku tak merasa tersinggung karenanya. , jika apa yang disampaikannnya benar. Demikian pula teman lainnya yang secara gamblang mengatakan harapannya bahwa sebaiknya aku tidak bersikap begini,…atau begitu. Dan siap memberikan kritik dan masukan yang bermanfaat bagiku.

Sementara aku juga type orang yang tak segan meminta maaf jika menyadari melakukan sesuatu kesalahan. Karena bagiku, jika aku meminta maaf, aku tak merasa diriku jadi kerdil dan kecil, dan juga tak merasa dengan itu harga diriku jadi berkurang, gengsiku turun. Bahkan jika aku melakukan kesalahan dalam pekerjaanpun, aku akan meminta maaf kepada bawahanku .

Proses mencoba mengerti satu sama lain : sikap, dan kebiasaan teman ini membuat kita akhirnya sampai pada tingkat pemahaman terhadap satu sama lain yang lebih tinggi, yang bernilai sekali untuk menghindari konflik dan salah pengertian. Tentunya hal ini tak didapat dalam waktu singkat. Perlu waktu, kesabaran,…dan kesiapan membuka diri kita.

Maka itu,..bukalah dirimu lebar – lebar,….agar kau temukan sahabat sejati .

BNI, 18 Juni 2006
11.15 am

No comments: