Thursday, June 22, 2006

RASA KEIBUANKU SEMAKIN BESAR



Thx to my friend who raised question to me, whether I wanna get pregnant (again) in my 40’s ?

Seandainya rasa keibuanku bisa diukur – sama caranya seperti mengukur tekanan darah – maka nilainya akan rendah. Jika dirange 0 s/d 100, bisa jadi kadar keibuanku cuma 60 (pas banderol buat disebut ibu yang baik dan memiliki naluri keibuan yang ‘lumayan’). Coba seandainya rasa keibuan itu dalam bentuk hormon,…maka barangkali aku perlu disuntik hormon semacam progesteron, agar menaikkan kadar keibuanku (dan bukan kewanitaanku hehehe..!!)

Aku tak seperti teman satu kantor, yang ketika anaknya yang berusia SD menjalani ulangan umum dan EHB, dia akan tergopoh – gopoh pulang dan cuti ½ hari selama seminggu, untuk menemani anaknya belajar, dan menanyakan soal – soal pelajaran tsb.
Dengan tenangnya aku akan tetap bekerja seperti biasa, hingga jam kantor usai. Bahkan jika sedang banyak pekerjaan, aku akan tetap bekerja hingga larut malam. Itu karena aku yakin anak – anakku akan lebih memilih untuk belajar secara mandiri, tanpa mau dibantu oleh ibunya. Kecuali untuk pelajaran Matematika, aku akan mengajarinya jika diminta. Maklum,..semasa aku kuliah dulu, aku jadi guru les privat matematika dan fisika untuk SD dan SMP.

Tetapi aku rasa keibuanku menebal manakala anak – anakku dalam keadaan kritis !! Seperti ketika anak perempuanku yang baru berusia setahun, saat itu sakit panas berulang – ulang (suhu badannya bisa mencapai di atas 40 derajat celcius) setiap seminggu sekali, selama setahun penuh !!! Dalam situasi baru menjadi single parent, bukanlah sesuatu yang mudah untuk mengatasi hal ini : cemas, panik, takut terjadi apa – apa dengan buah hati, dsb…semua bercampur aduk menjadi satu. Dan di saat itupun aku tetap berusaha profesional !! Jika urusan membawa anak ke dokter sudah beres, dan anak sudah mendapat obat, aku akan meminta pembantuku pulang naik taksi dan memberinya obat sesuai dosis, sementara aku akan pergi bekerja. Karena bagiku, aku tak ingin dicap ‘mentang – mentang’ menjadi pekerja perempuan, maka akan dengan mudahnya membuat ‘excuse’ untuk cuti atau ijin urusan keluarga !! Jika ini dilakukan, bisa jadi cutiku setahun hanya habis untuk urusan ini saja !!
Padahal di luar itu, perempuan ingin diperlakukan dan dihargai sama seperti pria : dari sisi salary, potensi mencapai karir setinggi – tingginya di bagian mana saja, tanpa ada stereotype berdasarkan gender : ini pekerjaan perempuan, itu pekerjaan laki – laki !! (laah dari dulu saja bidang pekerjaan yang mayoritas dilakukan oleh perempuan, karena menyangkut ‘rasa’ dan ‘keindahan’ malah yang jadi ‘master’ atau ‘suhu’ di bidang tsb. selalu laki – laki ! Sebut saja dunia culinary, semua chef hotel berbintang dunia selalu pria, termasuk pakar masakan Indonesia : Rudy Choirudin, dunia mode seluruh jagad, didominasi oleh perancang mode pria seperti Calvin Klein dan Biyan, yang lebih mengerti kebutuhan wanita dibanding wanita itu sendiri !! Dunia hair dresser dan make – up : juga didominasi pria, dari Vidal Sassoon dan Peter F. Saerang untuk rambut, hingga Gusnaldi yang ahli make - up artist ).

Rasa keibuanku juga menebal, manakala anakku laki – laki mulai menunjukkan dandanan aneh ala punk : dari rambut dipotong ala Skin head, boxer kelihatan mengintip dari balik celana panjangnya yang melorot sampai mendekati bokong (belakangan aku tahu memang begitulah trendnya,..jangan – jangan trend ini untuk mendongkrak penjualan celana boxer yang beraneka warna dan desain..!!) hingga lidah dipiercing,..yang membuatku nyaris pingsan !! Ia jadi cadel mengucap gara – gara bola kecil – seperti anting – anting - yang dia pasang di lidah !! Aku was – was karena mendengar si VJ Cathy secara tak sengaja menelan anting lidah tsb !! Hingga kubawa ia ke dokter internist, karena ia menderita demam tinggi dan infeksi radang tenggorokan akibat tidak higienisnya jarum yang digunakan untuk piercing lidah . Dokter internis, aku dan kakak laki – lakiku – yang berusaha mengisi father figure anakku – menasihatinya : bahwa identitas diri bisa diarahkan ke hal – hal positif , seperi menjadi pemain basket terkenal, atau pemain bass guitar ngetop, bermain band, tetapi juga berprestasi di sekolah,..seperti Erwin Gutawa, Purwacaraka, ataupun Nicholas Saputra, yang berhasil studinya di UI atau ITB, tetapi juga berhasil menggeluti minatnya hingga menjadi profesional di bidangnya. Jadi, jangan berusaha mencari identitas diri dengan hal – hal yang menjurus negatif. Wanti – wanti temanku – yang dulu pernah terperosok di dunia kelam drugs -, dan dokter internis, agar batas maksimum yang boleh dilakukan anakku adalah merokok saja ! Jangan pernah mencoba lebih dari itu, ..karena takkan pernah keluar dari jerat narkoba !

Semua itu memerlukan proses yang panjang, hingga 2 bulan kemudian ia mencopot semua atribut anehnya, mulai dari tidak menggunakan anting tindik di telinga dan lidah, mencukur plontos rambutnya, dan tidak lagi bergaul dengan teman – temannya yang tidak memiliki OMD (Orientasi Masa Depan) dan tak memiliki hobby yang jelas. Ia berteman dengan anak – anak yang memiliki minat sama dengan dirinya : musik, dan basket. Bahkan 2 hari lagi ia dan grup bandnya yang bernama aneh, akan manggung di satu resto di Cianjur, dan sudah melakukan persiapan matang sebulan sebelumnya.
Ia juga memintaku menerjemahkan karangan lagu yang dibuat grup bandnya, dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, semata – mata hanya agar tampak ‘keren’. Ampyuuuunn,..anak – anak jaman sekarang, ya !!! Kadang aku merasa seperti alien,..sulit mengerti dan dimengerti oleh mereka.

Sebulan terakhir ini aku juga merasa kadar rasa keibuanku naik.
Bermula ketika aku melihat anak kecil bersama ibunya di sebuah mall : anak kecil perempuan umur 3 tahun dengan rambut pirang keriting yang lucu, kulit putih,…dan berteriak ‘mommy…mommy’,….dan si ibu yang berkulit sawo matangpun menoleh padanya, dan kemudian menggendongnya. Saat itu timbul perasaan ‘srrr’ yang sulit aku lukiskan,…tetapi rasanya kejadian ini benar – benar menyentuh emosiku : antara keharuan dan kerinduan mendengar celoteh lucu dan cadel dari anak – anak yang tak berdosa,…yang memandang dunia dengan kilat bola matanya yang lugu,dengan keinginan untuk menimang dan menggendongnya, …menyuapinya,…membacakannya dongeng HC Andersen yang menarik.
Juga ketika aku bertemu dengan anak – anak yang lucu di salon langgananku, yang demikian ceriwisnya saat dipotong rambutnya,..hmm,…rasanya gemasss sekali !!!

Seminggu terakhir ini bocah perempuan umur 5 tahun, anak tetanggaku, yang wajah dan tingkahnya seperti Tina Toon, selalu datang ke rumahku.
Dari mulanya mencari kucing peliharaan anak perempuanku, hingga bertanya ceriwis padaku “Tante,.tante,.kenapa pulangnya sore ?? Kenapa kerjanya lamaaa ?” Atau lain kali dengan galaknya dia akan bertanya padaku “Mana kucing yang satunya ? Jangan disembunyikan dooong !!!” Dan aku akan menggodanya,..dengan mengatakan ,.jika ia tidak membawa ikan,..si kucing tak mau mendekatinya.
Yang paling lucu sewaktu dia suka bermain alat fitnessku : free style glider, dan mengatakan bahwa ia rajin berolahraga agar jadi langsing. Ketika kutanya kenapa ia ingin langsing,.dijawabnya bahwa si bocah centil ini sedang ‘jatuh cinta’ pada Alex, teman sekolahnya di TK yang cakeep dan ‘metal abiszz’…Dan supaya Alex mau padanya,..ia harus langsing dan cantik,…hahaha…
Ia bisa menjelajah seisi rumahku dengan bebasnya.
Nih anak juga ‘sadar gaya’ banget !!! Setiap saat lampu kameraku menyala, dia sudah siap beraksi seperti layaknya foto model profesional.Saat – saat seperti ini benar – benar kunikmati,.sekalipun kesempatan untuk bercanda dengan si bocah hanya 15 – 30 menit,..tetapi mampu menghilangkan stressku setelah lelah bekerja seharian !!

Ketika kuceritakan bahwa akhir – akhir ini rasa keibuanku jadi tinggi dan lebih sensitif terhadap hal – hal yang berkaitan dengan anak kecil, temanku bertanya padaku : apakah aku ingin mempunyai anak lagi ?? Hahaha,.pertanyaan yang sulit kujawab !! Karena keinginan memiliki anak harus timbul dari ke-2 belah pihak, dan bukan keinginan sesaat.., yang timbul dari dorongan hati karena tersentuh suatu keadaan.
Pada dasarnya seorang wanita memiliki rasa keibuan yang alami. Ada kasih dan cinta di hatinya. Keputusan untuk melahirkan anak di usia yang tak lagi muda , merupakan keputusan besar yang mengalahkan rasa enggan karena tak nyaman lagi dengan perubahan fisik yang drastis.
Lalu kukatakan padanya,..kenapa tidak,.kalau itu dari orang yang kucintai ?? Karena semua ciri – ciri fisik gabungan dari ibu dan ayahnya akan terpetakan di diri si bocah !! Dan pasti senaaaang sekali jika melihat dan mendengar celoteh lucu bocah ! Di luar kekakuan menimang bayi, yang mungkin sudah lupa bagaimana caranya,..ada 2 hal lain yang mesti kupikirkan : resiko terkena down syndrome 1 : 100, bagi ibu yang melahirkan anak di usia di atas 40, dan yang ke dua, jika ayah dan ibunya yang sudah mulai tua mengantarkannya ke sekolah,…maka dikira yang mengantarnya bukanlah ayah dan ibunya, melainkan kakek neneknya !! Si anak bungsu juga baru lulus kuliah ketika ayah ibunya sudah berusia di atas 65 tahun,.dan sudah bau kubur !!

Ini mengusik tanya di hati : janganlah anak dijadikan alasan sebagai ‘perekat perkawinan’,..dan alasan untuk mempertahankan perkawinan ! Jangan jadikan anak sebagai alasan untuk tidak bercerai, jika hal itu hanya membuat mereka sadar bahwa rumah tangga orangtuanya tidak bahagia ! Kita tak berhak memanipulasi anak demi kepentingan dan ego orang tua !

Jika pasangan memiliki cinta dan komitmen yang kuat, maka tak hirau mereka memiliki anak atau tidak, pasangan tsb akan bertahan dalam rumah tangganya, tak peduli betapa uzur usia mereka ¡!

Cilandak, 22 Juni 2006
11.00 am

No comments: