Thursday, June 15, 2006

SENTUHAN MANUSIA (CIPTAAN ALLAH) LEBIH BAIK DARIPADA BUATAN PABRIK



Jika kita lihat, baju adibusana atau haute couture, yang di Paris hanya dibuat secara eksklusif bagi 1 orang saja, dan pengerjaannya luar biasa rumit, karena banyak menekankan pada pekerjaan tangan dan bukan jahit mesin : menyulam payet, memasang renda, mengepas gaun ke tubuh pemakai, yang semuanya memerlukan sentuhan halus tangan manusia , maka bisa dipastikan gaun adibusana tadi berharga puluhan hingga ratusan juta rupiah. Eksklusivitas, dan bukan garment yang dibuat massal, dengan satu pola bagi ribuan orang, yang kadang tidak mewakili ukuran tubuh orang secara spesifik, yang membedakan citra yang ditimbulkan.

Hal lainnya yang dapat mewakili hal ini adalah bila kita membeli sepatu, maka ada yang berkata bahwa sepatu yang dibuat oleh Manolo Blahnik berharga mahal karena tidak dibuat massal di pabrik, melainkan ‘hand made’. Jadi, jangan heran bila sepatu kulit ‘hand made’ dan customized yang dibuat dengan desain khusus sesuai pesanan pelanggan, berdasarkan pola kaki pelanggan yang spesifik – misal kaki ceper, lebar – yang tak bisa ‘pas’ bila membeli sepatu ‘ready to wear’ di mall, akan berharga lebih mahal dibanding sepatu mass products yang dapat dibeli di gerai – gerai pertokoan.

Sudah lama kita mengetahui adanya ‘tailor’ atau ‘modiste’, penjahit pakaian yang dapat membuat baju sesuai ukuran kita yang ‘non standard’ dan agar baju benar –benar ‘jatuh’ dengan indah saat dipakai,…maka sekarang aku merasa kagum dengan pengusaha yang dengan jelinya melihat peluang ceruk pasar yang spesifik bagi bisnis lingerie atau pakaian dalam, terutama bra. Bila selama ini kita tahu begitu banyak bentuk payudara : ada yang berbentuk jeruk (sebagian besar wanita Indonesia memiliki bentuk payudara ini) , pepaya, melon, cherry, dan masing – masing bentuk payudara membutuhkan desain payudara yang berbeda yang dapat ‘menonjolkan’ kelebihannya, dan ‘menutupi’ kekurangannya . Belum lagi kebutuhan khusus bagi seseorang yang payudara kiri dan kanannya berbeda ukurannya, dan ingin ‘menyamarkan’nya dengan bra yang tepat. Juga bagi penderita kanker payudara yang diangkat sebelah payudaranya, dan butuh bra khusus yang dapat menutupi kekurangan ini, maka bisnis pembuatan ‘customized’ bra yang sangat personal ini juga merupakan solusi yang amat membantu wanita yang mempunyai masalah dalam penggunaan mass bra yang dijual di gerai pertokoan. Wanita bersedia membayar jauh lebih mahal untuk mendapatkan bra yang sesuai bagi dirinya. Karena keindahan busana, dimulai dari pakaian dalam atau lingerie yang digunakan wanita tsb, yang dapat menonjolkan keindahan tubuh pemakainya.

Demikian pula batik, bila batik itu batik print atau cap, yang dengan mudahnya dapat dibuat ribuan meter dalam waktu singkat, sehingga dapat menekan biaya produksi, maka batik tulis menjadi sesuatu yang sifatnya eksklusif, karena dibuat tangan, dan hasilnya – bila dibuat lebih dari 1 pc- takkan benar – benar persis sama, karena baik gambar yang dibuat tangan bisa jadi sedikit bervariasi, dan warna saat proses pembatikan bisa sedikit terjadi deviasi.
Sehingga kita harus membayar jauh lebih mahal untuk batik tulis yang kita beli, karena hasil akhir dan unsur eksklusivitas yang kita dapat

Dalil ini berlaku juga bagi proses pemijatan, yang selama puluhan tahun dilakukan oleh tangan terlatih dan terampil manusia, tetapi tiba – tiba saja akhir – akhir ini ingin diambil alih oleh mesin pemijat, berupa kursi pijat punggung atau pemijat kaki yang dilengkapi vibrator, roller, dan infra red.

Alih – alih menghilangkan pegal – pegal yang timbul, maka kita cuma merasakan sensasi punggung kita seperti dipukul2 dengan palu, dan kaki kita digetarkan kencang - kencang sehingga berasa kesemutan, tanpa bisa tahu persis di bagian tubuh mana kita merasakan urat – urat kita ‘mrengkel’ dan butuh diurut.
Pijat dengan mesin pijat ini tetap saja tak mampu menghilangkan rasa letih .
Padahal harga alat – alat ini cukup mahal, dari pijatan kaki listrik yang berharga Rp 1,500,000, hingga kursi pijat yang berharga Rp 7,500,000 sampai dengan Rp 49,000,000 ! Bila kita hitung titik impasnya, dengan menghitung bila kita memanggil tukang pijat ke rumah, yang memiliki sensitivitas pijatan dan proses ‘customized’ massage yang berbeda – beda bagi tiap pelanggannya – tergantung bagian tubuh mana yang butuh pemijatan lebih lama, dan keras lembutnya pijatan dapat disesuaikan - bertarif Rp 45,000 untuk 1,5 jam, dengan frekuensi pijat 2 minggu sekali, atau dalam setahun, kita dipijat 26x, maka biaya yang kita keluarkan hanya Rp 1,170,000 !!! Jadi, jika kita membeli kursi pijat berharga Rp 7,500,000 + pemijat kaki Rp 1,500,000, sementara dari tahun ke tahun, ongkos pijat diasumsikan naik 10% sesuai inflation rate, maka titik impas baru akan dicapai setelah 6 tahun,…yang mana bisa jadi kursi pijat dan pemijat kaki tsb sudah rusak dan tak layak pakai lagi, mengingat shelf lifenya yang hanya 5 tahun !! Dan nilai bukunyapun sudah nol !

Tak ada sensitivitas berperan di sini !! Tak seperti bila kita menggunakan tangan manusia.

Sehingga dari sisi manfaat dan nilai ekonomis, maka dipijat menggunakan jasa pemijat adalah pilihan terbaik !! Apalagi jika pemijatnya adalah partner kita sendiri, maka bukan saja rasa pegal – pegal hilang, tetapi juga mendapat keintiman, dan hubungan suami istri jadi semakin baik.

Demikian pula seseorang yang menggunakan sex toys (maaf !) untuk memuaskan hasrat seksualnya. Sex toys menurut definisi adalah : any object or device that is primarily used in facilitating human sexual pleasure.. Sex toys ini dapat berupa vibrator, sex doll, dsb.

Maka bila dibanding peran manusia, tentunya kenikmatan dan sensasinya lebih besar berhubungan seksual dengan manusia.

Mungkin di sini berperan pemeo : Tak ada rotan, akarpun jadi. Tak ada wanita/pria, sex toyspun jadi

Akhirnya kita mengakui, bahwa tak ada yang dapat mengalahkan ciptaan Sang Khalik dalam menjalankan fungsinya, dan memberi kenikmatan bagi kita.

BNI, 15 Juni 2006
10.00

No comments: