Monday, June 19, 2006

PLATONIC LOVE



Pertama kali aku mengenal istilah ‘platonic love’ ketika aku di SMP, sekitar 28 tahun yang silam, saat aku membaca kisah NH Dini di suatu majalah perempuan, yang menegaskan bagaimana ia memelihara platonic love dengan teman berlawanan jenis, yang jauh darinya,..tetapi tak ada ketertarikan secara fisik, dan benar – benar dapat mengisi kebutuhan emosionalnya.

Jika kita membaca ciri – ciri berikut ini : persahabatan, tidak terlibat secara seksual, tak melibatkan daya tarik fisik, saling mendukung, memberi perhatian, saling menikmati kebersamaan satu sama lain, merasa nyaman dengan keberadaan pihak lain, kebahagiaan, membantu pihak lain, berbagi, saling percaya, saling mengisi, merasa bebas mengungkapkan apa saja, dapat diandalkan, dan menaruh hormat,…..maka inilah yang disebut cinta platonis .

Platonic love mulai diperkenalkan oleh filsuf dunia, Plato, melalui definisinya :
Platonic love : a pure, passionless, spiritual affection, subsisting between persons of opposite sex, unmixed with carnal desires, and regarding the mind only , an ideal or a close relationship between two persons in which sexual desire is nonexistent or has been suppressed or sublimated.

Sementara Ambrose Bierce, seorang satiris Amerika, mendefinisikan Platonic love sebagai “a fool’s name for the affection between disability and a frost.”

Cinta platonis menjadi sublimasi seksual ke dalam bentuk lain dari hasrat dan daya tarik. Cinta yang telah melampaui cinta fisik dan melihat pada pemikiran murni dan rangsangan intelektual.

Pelaku cinta platonis bukanlah orang yang impulsif. Tidak tertarik secara fisik, tetapi lebih kepada memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual, daripada gairah.
Persahabatan atau cinta jenis ini didasarkan pada kenyamanan yang timbul dari kebersamaan satu sama lain, hubungan yang didasarkan pada pemikiran dan imajinasi.

Perasaan cinta hidup di dalam. Orang yang dicintai, menjadi bagian dari impian kita. Dengan cinta platonis, orang akan mengidealkan seseorang dalam fantasi pemikirannya, dengan perasaan cinta, dengan cara yang amat kreatif

Cinta platonis sebenarnya merupakan ikatan spiritual di antara 2 orang dari jenis berlawanan di mana mereka tertarik akan pemikiran satu sama lain.

Daya tarik lawan jenis yang begitu besar, akan terekam dalam pikiran kita. Tak ada cara menghindarinya. Dan ini makin sulit, karena dimasuki hal – hal berbau seksual.

Hubungan romantis lebih berhasil ketika pihak yang terlibat, memulainya sebagai teman dahulu. Mudahlah dipahami bahwa hubungan cinta platonis jadi lebih sulit untuk tetap sebagai cinta platonis semata.

Juga ketika seorang perempuan demikian dekat dengan teman laki - laki yang baru dikenalnya, dan ‘lekat seperti perangko’, padahal ia telah memiliki kekasih yang diyakini menjadi belahan jiwanya, dan tak ada yang salah dengan hubungan mereka, bahkan telah merencanakan menikah.

Perasan yang tumbuh sama seperti ketika ia pada mulanya mengenal kekasihnya, meskipun diyakini merupakan ‘jenis cinta yang lain’. Dan perasaan ini sungguh memberi dampak pada perempuan tsb. Karena ia jadi demikian perhatian kepada teman barunya ini, dan sangat ‘mencintainya’,..tetapi berbeda dengan cara mencintai kekasihnya. Karena tak ada hasrat seksual, dan hanya merasa bahagia untuk bersama, bercakap – cakap satu sama lain, dan lekat satu sama lain, timbul suatu perasaan yang amat kuat, meskipun tak disertai dengan daya tarik fisik atau hasrat seksual. Mereka sama - sama merasakan mutual beneficial.
Kebingungan yang ditimbulkan, karena merasa bersalah telah memberikan perhatian sedemikian besar kepada laki – laki lain, selain kekasihnya, tetapi dengan cara yang berbeda dengan cara perempuan tsb. mencintai kekasihnya.

Pada situasi seperti di atas, tak ada yang salah dengan cinta platonis yang tumbuh. Tetapi sebagaimana persahabatan antar lawan jenis, di mana ikatan emosional tumbuh sedemikian kuat, dan demikian dekat dengan laki – laki ini, maka bisa jadi ‘chemistry’ yang tak ada saat ini, bisa tumbuh dengan cepat beberapa saat lagi.., bisa dalam hitungan bulan, minggu, bahkan hari !

Mengingat ada hal – hal yang didapat dari laki – laki ini yang tak diperolehnya dari kekasihnya, misal : diskusi yang baik, kebersamaan, perhatian, dsb. Bisa jadi ini merupakan ‘chemistry’ juga, yang tak ingin diakui oleh si perempuannya.

Sehingga sebaiknya, hubungan cinta platonis ini tak berlangsung begitu dekat, sehingga tak meresahkan dan menimbulkan tanya kekasihnya. Jikapun ia memutuskan menikah dengan kekasihnya, maka hubungan persahabatan seperti dengan teman dekatnya ini yang harus ia pupuk dan kembangkan bersama suaminya, agar ikatan emosional menjadi kuat.

Mesti dikaji ulang hubungan dengan kekasih, apa yang tak didapat dari kekasihnya, yang diberikan oleh teman cinta platonisnya ini.,, yang telah demikian banyak bersama dalam ‘spirit.’ Juga perasaan yang sesungguhnya timbul terhadap teman cinta platonisnya ini…

Refleksikan kembali, jenis hubungan seperti apa yang DIINGINKAN dan DIBUTUHKAN untuk merencanakan SUATU KEHIDUPAN PERKAWINAN.

Pada saat yang tepat, si perempuan mesti berani membuat keputusan yang tepat yang melibatkan ketiganya…karena hal ini menyangkut masa depannya

BNI, 19 Juni 2006
05.45 am

No comments: