Sunday, July 22, 2007

DOWNSIZING AND PACKAGING DOWN GRADE



Kalau kita rajin mengamati deretan produk makanan di supermarket atau hypermarket, kita akan melihat betapa banyak ragam produk yang diperkecil ukurannya, menjadi ‘economic size’ , sekalipun mengorbankan takaran minimum untuk mendapatkan manfaat optimal !

Ini semua dilakukan karena semakin melemahnya daya beli masyarakat, sehingga supaya dapat mempertahankan konsumen (alih – alih pindah ke produk competitor yang jauh lebih terjangkau), maka salah satu jalan adalah memperkecil packaging size, sehingga konsumen (seolah – olah) merasa bahwa ia masih mampu membeli dan mendapatkan produk tsb (sekalipun dengan takaran lebih kecil dan masa pakai lebih singkat), TANPA menyadari price/ ml atau price / g yang harus dibayar menjadi lebih mahal !!! Tak hanya produsen susu kelas menengah bawah saja yang melakukan hal ini !
Coba kita lihat Calpico, yang terkenal dengan kemasan 200-an ml seharga sekitar 3,500an, tiba- tiba mengeluarkan kemasan botol mini 90 ml (??) seharga Rp 1,100 ! kemasan 90 ml ini setara hanya ½ gelas susu !
Demikian pula susu cair UHT Ultra yang biasa mengeluarkan kemasan kotak tetra-pak ukuran 200 atau 250 ml (sesuai ukuran segelas susu), tiba – tiba mengeluarkan kemasan ‘bantal’ tetra pak 200 ml dengan harga jauh lebih murah !!
Juga susu cair kemasan 1l ‘Bendera’ mengubah volumenya menjadi 800 ml dengan packaging yang lebih menarik dan lebih re’usable’ dengan price/ml lebih mahal dibanding kemasan 1 l ! Tetapi aku yakin hanya sedikit konsumen yang menyadari perbedaan penurunan net weight atau net volume ini

Bahkan fenomena yang menarik adalah : jika dulu orang tertarik membeli kemasan besar karena harga per ml atau g nya lebih murah, maka saat ini yang terjadi adalah sebaliknya !!! Kemasan individual (susu 200 ml) malah lebih murah price/ml nya dibanding kemasan susu 1l !!

Banyak juga produsen es krim yang mulai memperkecil ukuran ‘family size’nya, dari yang semula 1 l menjadi hanya 900 ml, 800 ml. kemudian menjadi 750 ml, tanpa konsumen pernah menyadari bahwa dengan pengeluaran uang yang sama, ia mendapat produk yang berkurang berat atau volumenya.

Demikian pula untuk sosis yang biasa berukuran 1kg, sekarang secara pelahan mengurangi beratnya menjadi 900g, hingga 800g !!

Santan instant ‘Kara’pun mengeluarkan mini pack yang lebih terjangkau.

Bahkan demi menjangkau konsumen yang memiliki daya beli terbatas, ada produsen susu ternama kelas menengah, yang menjual kemasan susu bubuk (tanpa feature apa – apa : hanya basic formula susu) dalam sachet berukuran 15g , demi mengejar dapat menjualnya seharga Rp 1,000!!! Padahal takaran saji (per gelas) perlu 27g susu !!! Terasa aneh, bahwa kemasan yang kita beli hanya mencukupi untuk sajian ½ gelas susu !!!
Untuk semua kenaikan harga per ml yang ‘tidak terasa’kan oleh konsumen ini, ada yang mengkompensasi dengan iming – iming hadiah : Beli 1 l Es krim, gratis 400ml es krim Chocolate, atau lunch box !!! Karena begitulah perilaku konsumen Indonesia yang masih suka tertarik membeli suatu produk karena iming – iming hadiahnya !!

Bahkan ada beberapa produsen yang mengakali dengan menuliskan di kemasannya “Free : 200 g, Isi 25% lebih banyak” sehingga konsumen mendapatkan 1kg produk, hanya dengan membayar senilai 800g !!

Untuk produk personal care, malah lebih menggiurkan, karena sering kali ada promo buy 1 get 1 free : beli 200 ml shampoo berhadiah gratis 100 ml !! sehingga dengan kata lain, seolah olah mendapat diskon 33.3% !!! Nah, saat seperti ini merupakan saat terbaik untuk membeli produk untuk stock sekian bulan mendatang. Biasanya hypermart sering menawarkan promo pada hari Jum’at hingga Minggu,…jadi rajinlah membaca iklan koran pada hari ini !

Inilah siasat bertahan di tengah makin tingginya kompetisi dan melemahnya daya beli masyarakat !!

BNI – 22 Juli 2007
01.56 pm

No comments: