Saturday, August 13, 2005

CATATAN PERJALANAN KE GERMANY,….MELIHAT DENGAN MATA HATI….



Untuk mengenang M, yang mengenalkanku pada perjalanan mata hati ke Jerman.
Juga untuk R, yang masih mengejar impian - impiannya di Jerman, dan mengajariku untuk memiliki kesabaran menanti ….

Seminggu sebelum keberangkatan, saya sudah mulai bertanya pada diri sendiri,...apakah benar saya ingin ke German ??? Semakin sering saya bertanya,..maka semakin kuat pula jawaban yang saya dapat ..’TIDAK’....
Seperti diketahui. Germany adalah suatu negara yang tidak pernah ada di ‘my wish list' untuk saya kunjungi suatu hari !!! Perasaan tak suka terhadap Germany sudah muncul sejak saya di SMP, karena chauvinism bangsa Arianya yang begitu tinggi di masa Perang Dunia II.
Kalau boleh memilih, saya akan pergi ke Italy,.negara yang memesona saya karena keindahan sejarah bangsa Romawinya,…gedung – gedung antiknya, pemandangannya, faham sosialis kapitalisnya, dan ehmmm…ini salah satu yang terpenting,.kegantengan pria – prianya,..sepertinya lebih sulit mencari pria yang tidak tampan di sana, dibandingkan yang tampan.

Selain itu..saya juga merasa tertantang untuk membuktikan,..apakah ‘rumput di halaman tetangga selalu lebih hijau dibanding rumput di rumah kita’? Yang artinya, kita selalu memandang bahwa kehidupan di Barat lebih enak dan menjanjikan dibanding di negeri sendiri. Dan saya adalah type orang yang mesti ‘feel the experience’,..sebelum akhirnya memutuskan sesuatu.

Lalu berangkatlah saya pada hari Minggu, 21 Des. dan tiba hari Senin, 22 Des.
Saya beruntung karena mendapat tempat duduk di 1st class, dan mendapat teman seorang bankir yang dengan baik hati menjadi teman perjalanan saya.
Saya coba merekam perjalanan ini bukan dengan gaya turis yang melihat dengan kasat mata dan gairah seperti yang saya lakukan 7 tahun yang lalu ketika mengunjungi Rome dan Milan. Ini lebih pada perjalanan dengan mata hati dan mata batin,.karena saya berkesempatan melihat dan tinggal di keluarga German.

Saya akan melihat satu persatu dari sisi nilai,.saya tidak berhak mengadili dan menghakimi, ..tetapi saya melihat dengan perspektif saya

CUACA :

Wah,..ini sudah suatu tantangan besar bagi saya,.musim dingin yang membuat badan saya menggigil,.karena suhu sampai -3 derajat. Berada di luar,.outdoor,.jadi sesuatu yang saya benci,...saking dinginnya. Belum lagi cuaca dingin ini membuat kita tidak bisa tampil berpakaian seperti yang kita inginkan,..misal tampil seksi pakai rok,..dan blus ketat,…di sini kita benar – benar tampil seperti lepet yang dibungkus pakaian berlapis – lapis yang membuat tubuh kita tampak 5 – 10 kg lebih gemuk dari seharusnya.

Di dalam rumahpun, saya pasti men-set-up heater pada max setting, yang menyebabkan rumah terasa hangat.

Tak heran jika banyak pria maupun wanita muda yang merokok di sana untuk mengusir dingin. BTW, harga rokok di sini mahal sekali,..setara dengan 5 Euro per bungkus !! Dan di Indonesia, dengan harga yang sama, kamu sudah bisa mendapatkan 10 bungkus rokok !!

BAHASA :
Lucu. Sedikit sekali yang bisa berbahasa Inggris. Semua film di TV,.didubbing ke bahasa Jerman,…bukan seperti di Indonesia,…menggunakan text, sehingga memberi kesempatan kepada penonton untuk belajar bahasa Inggris. Parah,.deh. Kita makan bareng waktu Natal,..baik di keluarga kecil maupun besarnya,..dan benar – benar seperti obat nyamuk,.karena hanya ayahnya yang bisa berbahasa Inggris. Bayangkan,..5 jam tersenyum kanan kiri tanpa mengerti sepatahpun mengenai apa yang diomongkan,.benar – benar memprihatinkan saya.Dan saya hanya bias menangkap gumaman ‘ach so,.ach so’ atau ‘cuuzzz’ di akhir percakapan (hehehe,..artinya apa sih?R,.tolong bantu menerjemahkan dong !).

NILAI KEKELUARGAAN :
Tidak menikah dan hidup bersama sudah menjadi hal yang biasa dan lumrah terjadi. Kenapa mereka memilih melakukan hal ini ? Karena mereka tahu, sekali mereka memutuskan menikah, maka pajak penghasilan mereka akan dipotong tinggi sekali dibanding si lajang. Demikian juga dengan perceraian akan membuat mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi bagi pasangannya, yang membuat mereka miskin mendadak. Sehingga mereka memilih tidak menikah, dari sisi kepraktisan.
Hubungan antar laki – laki perempuan juga bisa terjadi dengan mudahnya, ..no strings attached, but you can make love with them, without special feeling.

PENDIDIKAN :
Pendidikan di sini gratis hingga lulus perguruan tinggi. Tetapi jangan mengira, mentang – mentang gratis, kemudian segala sesuatunya jadi tidak bermutu dan mudah sekali untuk masuk perguruan tinggi !! NO WAY !! Bahkan bagi orang Jerman sekalipun, bisa masuk menembus perguruan tinggi favorit yang bagus, apalagi di jurusan favorit, adalah perjuangan yang sulit. Jadi,.salutku untukmu, R, dan mahasiswa – mahasiswa Indonesia lainnya yang bisa menembus dan berkuliah di perguruan tinggi bergengsi di Jerman !! Karena itu artinya, mereka memiliki intelektualitas yang tinggi, berotak encer, dan mampu mengalahkan saingan orang Jerman sekalipun !!

MAKANAN :
Rasanya ‘plain’…. Gak ada enak-enaknya. Yang ada adalah sosis raksasa yang membuatku merasa geli saking buueeeesaaarnya,.panjangnya ada yang 1 m. Dan sosis ini ada sosis daging kuda, babi, turkey, dan sapi.
Untuk mengusir rindu masakan Indonesia, kita memilih untuk makan malam di restoran China, di mana pemiliknya adalah China Indonesia yang dulu menetap di Semarang. Mau tahu berapa uang yang mesti dikeluarkan untuk makan malam di restoran yang biasa – biasa saja, dengan 3 macam menu yang juga tidak membuat kita benar – benar kenyang ? 30 Euro !
Kalau makan malam di resto Thai yang benar – benar eksklusif, kita mesti merogoh saku sekitar 80 - 100 Euro untuk ber-2! (Lebih dari sejuta rupiah) ! Itupun hanya dengan 2 macam menu !!

RUMAH atau APARTEMEN
Harga rumah atau apartemen ada di kisaran 2 milyard dan di atas itu !! Itupun di daerah yang jaraknya 30 km dari Hamburg !! Di Hamburg pasti lebih mahal lagi.
Jadi, jika kamu hanya pekerja biasa, dan sudah cukup berumur pula, bisa jadi sepanjang hidup kamu hanya akan menjadi kontraktor rumah atau apartemen !! Pindah dari satu rumah sewaan ke rumah sewaan lainnya, yang sewa termurahnya sekitar 500 Euro per bulan atau saat itu 5,5 jutaan per bulan.

IKEA : good sourcing strategy à source from any part of the world
IKEA di Indonesia lumayan berharga mahal. Sementara di sana, Ikea benar – benar seperti Olympic di Indonesia, tetapi dengan kualitas yang lebih baik. Harganya cukup terjangkau, dan begitu sampai di Indonesia, harga aksesorisnya bisa berlipat – lipat 3-4x.
Di sana IKEA menempati gedung tersendiri yang besaaar sekali, dan harga sale untuk aksesorisnya benar – benar ’crazy sale’. Di sini, yang mirip seperti IKEA adalah yang ada di Mall Pluit atau Mall Artha Gading, dengan show room lebih dari 1 ha. Sayangnya, mereka tidak punya exclusive private label, jadi menjual furniture dari berbagai label papan atas.
Apa yang menyebabkan dia bisa menjual produk dengan harga kompetitif ? Salah satunya adalah kebijakan sourcing strategynya yang mendapatkan produk dari belahan bumi mana saja yang mampu menawarkan harga paling kompetitif, dengan kualitas terjamin.
Selain juga kenyataan, bahwa pembeli harus merakit sendiri komponen – komponen produk yang dibelinya, sehingga dapat menekan ongkos konversi produk akhir atau jadi.

RIEPERBAHN :
Ini adalah daerah ’lampu merah’ terpanjang di dunia..., di mana pria hidung belang (emang zebra ya ??) dapat memuaskan naluri ’surga dunia’ pintu nerakanya...Saya sempat berfoto di sini, dengan latar belakang nama toko – toko yang selalu memiliki asosiasi ke arah ’itu’.
Semua alat bantu dan mainan untuk memanjakan pemuasan diri sendiri, tersedia di sini. Untungnya, saya datang siang hari, di saat si pemanja hidung belang belum beroperasi. Dan tahu berapa panjang antrian calon penonton untuk melihat bioskop XXX yang buka di siang hari ?? Lebih dari 20 m, hingga memadati jalanan. Karena banyak saya lihat remaja, timbul pertanyaan saya ” Apakah ini juga bagian dari pendidikan sex bagi siswa ????”

JAMINAN SOSIAL DAN PEKERJAAN :Banyak kulihat orang tua yang harus terus bekerja sampai tua, jika ia ingin dapat berlibur ke luar negeri. Bekerja di sini tidak harus 8 to 5, 5 hari seminggu, tetapi bisa jadi hanya 1-2 jam, 2x seminggu, untuk melakukan tugas membersihkan, melap rak dan barang – barang di supermarket. Kemudian mereka akan meluangkan waktunya untuk menggunting kupon diskon produk yang ada di koran atau flyer promoosi untuk bisa membeli lebih murah.

SUPERMARKET :
Supermarket termurah di sini, namanya Aldi. Punya 2 laki – laki bersaudara. Dia menggunakan private label seperti Hero, sehingga bisa menekan harga. Dan asal tahu saja, yang membuat aku jengkel dan menahan dongkol adalah,.betapa aku mesti terbirit – birit menahan dingin, keluar dari supermarket lain, ..menuju ke Aldi yang kebetulan berada di gedung yang sama, hanya karena di Aldi, produk yang sama bisa dibeli dengan harga lebih murah, dan terpaut 1 – 2 Euro !!! Ya Allah,.pelit amat ya !! Di Indonesia saja, saya tidak pernah lari dari satu supermarket ke supermarket lain, hanya untuk menemukan dan membeli produk termurah di masing – masing supermarket, demi alasan kepraktisan dan efisiensi waktu semata !!!

COLOR OF CLOTHES :
Barangkali karena negara dingin, maka warna – warna yang digunakan adalah warna ’cool’, dalam kisaran biru abu-abu, coklat tua, hijau kelam, hitam. Membosankan !! Kalaupun ada warna cerah, maka aksentuasi akan diberikan pada warna merah atau ungu !!!
Warna – warna ’warm’ dan ngejreng seperti yang biasa kita temui di Bali atau di daerah lain di Indonesia yang negara tropis, takkan pernah kita jumpai di sini. Kalau tidak kita dibilang mau ikut Rio de Janeiro Carnival !! Dan hampir semua pakaian di sini polos,..jarang menggunakan motif !!

TAS, SEPATU :
Untuk tas dan sepatu kelas menengah, lebih konservatif dari sisi desain dan warna dibanding yang kita lihat di Singapore. Kesimpulannya : lupakan keinginan untuk beli tas atau sepatu di sini !!!

PEKERJA :
Kuamati cara kerja kasir supermarket di sini, semua bekerja amat sangat cepat dan efisien, bahkan yang sudah berumur sekalipun. Mereka hafal semua kode barang, dan tidak ada yang mennggunakan scanner untuk bar code, itupun jauh lebih cepat dibanding kasir supermarket di Jakarta, yang memang umumnya masih muda, relatif manis dan cantik, bekerja sudah menggunakan bar code, tidak perlu menghafal kode barang, tetapi bekerja tidak efisien, lamban, bahkan membiarkan terjadi antrian panjang pelanggan. Rata – rata kasir di Germany membutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk mengentry sekitar 10 item barang, termasuk memberi kembalian uang. Dan di Germany ini yang bekerja menjadi kasir rata – rata penampilan fisiknya sudah berumur, tidak menarik, tetapi kualitas kerjanya luar biasa !
Seandainya hal yang sama diterapkan di Indonesia, mungkin kita hanya membutuhkan 5 orang kasir, dan bukan 10 kasir, karena telah mampu bekerja lebih efisien. Aaahh, kalau begitu jangan, deh..! Nanti menambah panjang barisan pengangguran

KUALITAS WAKTU :Tidak punya banyak waktu untuk diri sendiri. Semua mesti dikerjakan oleh diri sendiri. Saya jadi inem di sini,...tugasku tiap hari,.,cuci piring,.bikin kopi,.merapikan tempat tidur. Dia bagian cuci pakaian dan ngeringin. Masak gantian,.tergantung menunya, tapi instant food di sini membantu sekali,..tinggal panaskan,.jadi deh ! Cuma..rasanya gitu gitu aja, ya. Nggak surprised dan bosan. Yang menakutkan adalah efek jangka panjangnya pada kesehatan kita. Karena instant food bukanlah makanan sehat. Pasti mengandung pengawet, dan perasa
Makanan di sini tinggi kalori semua,.tidak seimbang. Sayuran cuma ada di salad,.tapi dengan dressing yang tinggi kalori juga. Dalam waktu 1 minggu,.beratku naik 2 kg,.jadi 45 kg,.tertinggi sepanjang hidupku. Habis,.makannya nggak keruan,.menunggu dia bahgun pagi pk 9,.aku mesti mengganjal perutku dengan kue coklat,.atau potato chips yang lebih murah dibanding Indonesia,…nanti antar makan siang,.kita suka minum cappuccino dan makan cheese cake.

TABUNGAN :
Tidak punya tabungan cukup,...uang habis sampai tua hanya untuk sewa apartemen, bayar pajak,.,dan segala tetek bengek asuransi,…juga untuk minum bir di pub bersama teman – teman

BAHAN BAKAR :Jauh lebih mahal di sini,.sekitar 1 Euro per liter.

MOBIL :Mobil tua tanpa batasan tahun boleh jalan di sini, tanpa kuatir ditangkap polisi. Yang jelas, tidak murah untuk memiliki mobil di Germany, karena pajak yang tinggi dan tarif parkir mobil yang mahal.

PARKIR :
Parkir di sini mahal sekali,..rata – rata 1 Euro untuk 30 menit. Jadi, biarpun punya mobil,..tetap saja kita memarkir mobil kita di rumah,..dan ,lebih memilih jalan kaki untuk jarak 10 – 15 menit. Dan berjalan kaki di hawa dingin,.lengkap dengan “ pakaian tempur”, ...dari jaket,.mantel bulu angsa,..sarung tangan dan topi,.plus sepatu boots yang baru berguna setelah dibeli 2 tahun silam,..dan kaus kaki,.,benar – benar membuat kita jadi segan pergi.

Kalau mau pergi agak jauh ke Hamburg yang 30 menit jaraknya,.kita mesti melihat dulu,.apakah ini hari libur atau tidak. Kalau hari libur,.bisa bawa mobil,.arena free parking. Begitu hari kerja,.,dia akan putuskan naik kereta S-bahn,.yang tarifnya 10.5 Euro berdua,.unrtuk sepanjang hari,.termasuk naik bus ( bahn ???) gratis. Tetapi caranya beda,.nggak seperti di Singapore,.di mana kita mesti masukkan kartu kita di alat seperti time card di kantor. Di sini kita cuma beli..tapi nggak perlu memasukkan karcis ke suatu alat. Kita beli hanya untuk menjaga bila kadanag – kadang ada pemeriksaan secara acak ke penumpang. Jika ketahuan tidak punya karcis,.bisa kenda denda sampai 60 euro. Demikian pula,.karena lahan parkir terbatas,.kalau kita nggak bayar parkir,.atau parkir lebih panjang dari waktu yang kita pilih (parker mesti bayar lebih dulu),..kita bisa kena denda puluhan euro.

Waktu ke Berlin,...kita naik mobil untuk menempuh jarak 300 km. Sepanjang perjalanan adalah high way,.sehingga cuma perlu waktu 3 jam. Tetapi begitu sampai di Berlin,.karena dia nggak familiar dengan kota ini,..dan malas buka peta,.maka dia putuskan parkir mobil di lahan free parking,.dan memilih naik kereta dalam kota,..dan bayar 8 euro untuk bisa ke obyek turisme,..termasuk bebas naik bis dalam kota. Tetapi tetap saja dari satu tempat ke tempat lainnya perlu waktu panjang,.sekitar pk 11.30 s/d 16.30 kita jalan kaki. Terbayang ‘kan, betapa pegal dan capeknya kaki ini,…menempuh jarak > 10 km. Di Indonesia saja nggak pernah jalan kaki seperti ini. Ke mana – mana naik mobil,.atau naik lift dan escalator. Eh,.. di sini,...mana hawa dingin luar biasa,.masih disuruh jalan kaki, pula. Dan karena ini 30 Des., maka di pusat Berlin sedang disiapkan acara spesial menyambut tahun baru,.yang diharapkan akan menyedot 1 juta penonotn. Jadi,.banyak crew TV di sana. Dan di Berlin.,.kita ketemu banyak ras bangsa di dunia,.ada black,..ada Korea,..China, Thai,.Phils, Indonesia,..Rusia,..Poland. Khususnya Poland,.mereka bekerja sebagai tenaga kasar,.buruh bangunan,.dan mau menerima upah sangat rendah,...juga tenaga kerja dari Eropa Timur lainnya.
Dalam hal naluri biz,.orang Berlin boleh juga. Mereka menjual cindera mata tembok Berlin yang diragukan keasliannya.

HARGA :
Semua harga barang di sini rata – rata 3x lebih mahal dari Indonesia.,…kecuali COKLAT , ES KRIM dan SUSU.
Pakaian yang tidak menarik,.hanya kaus biasa,..rata rata berharga 10 Euro,.padahal di Indonesia kita bisa dapatkan dengan harga 30 ribu rupiah.
Pakaian sweater yang di Indonesia cuma 40 – 50 ribu,..di sini paling murah 15 Euro. Itupun buatan Turkey,..Poland, dsb.

Aku kagum kepada anak – anak muda (juga buatmu, R!!) dan orang – orang yang berani menetapkan pilihan untuk tinggal di luar negeri. Tidaklah mudah untuk menjalani hidup dalam kesendirian di negeri orang !! Yang pasti, gegar budaya, adaptasi, di negara yang minoritas muslim, dan kita sulit menemukan masjid di jalan, pada saat masuk saat sholat, di tengah masyarakat yang mempunyai budaya ‘free will’ dan tetap memilih untuk menjadi orang Indonesia dan mempertahankan budaya Indonesianya. Juga kerinduan akan masakan Indonesia,..hmmm, tidaklah mudah untuk dipadamkan.

Empat hari pertama di sini,.aku langsung tahu dan menyadari,...bahwa hidup di Indonesia adalah SURGA,....dan Indonesia adalah tempat terbaik di dunia untuk menghabiskan usia kita. Dan seharusnyalah kita bisa menjadi bangsa yang lebih berkualitas, karena betapa
beruntungnya kita di sini, ...dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk memanjakan diri sendiri , sehingga bisa membaca lebih banyak. Meningkatkan pengetahuan lebih banyak, karena kita sudah menerapkan prinsip ‘super spesialisasi dan delegasi’. Untuk pekerjaan rumah tangga, sudah ada pramu wisma atau pembantu. Untuk menjemput anak – anak atau pergi ke kantor, sudah ada sopir, untuk merapikan kebun, sudah ada tukang kebun, sehingga seharusnyalah hidup kita lebih berkualitas, lebih bermakna,.dan semestinyalah kita jadi bangsa yang lebih maju, lebih pintar, dibandingkan bangsa lain.
Hamburg, Dec'03 - Jan '04

No comments: