Sunday, July 09, 2006

KEMBALINYA ANAK DURHAKO :




Pertemuan 1 Juli 2006

Your lovely family welcome and accept you , even your life is imperfect

Kemarin, aku mengantar sopirku ke salah seorang paranormal ‘Pemburu Hantu’, yang kubaca iklannya di TV, karena ia memiliki masalah dengan kematian keluarga besarnya yang berturut – turut dalam waktu singkat. Sehingga ia ingin benar – benar mengetahui masalahnya : apakah murni medis, atau ada orang lain yang tak menyukai keluarganya yang ingin membalas sakit hati dengan cara tak terpuji.

Lokasi tempat si paranormal yang berada di Cidodol dan hanya berjarak ratusan meter dengan rumah Ibu angkatku, membuat anakku, Aya, berkata, ia ingin sekali bertemu Uti (singkatan dari ‘Yang Putri). Padahal,….aku sudah tak pernah mengunjunginya sejak 5 tahun yang lalu….saat terakhir aku bercerita tentang rencanaku ke Bali dan Bromo bersama Mr. X !!! Dan karena the ending was not as per my expectation, dan aku tak siap untuk ditanya oleh beliau,…aku memutuskan untuk tak datang menjenguknya. Padahal dari rumah cuma dibutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk sampai di rumah beliau.

Akhirnya, tanpa perencanaan, aku bisa bertemu beliau. Untungnya, mobilku yang seperti ‘gudang’ penyimpanan barang, selalu menyimpan barang – barang yang sewaktu – waktu bisa dijadikan oleh – oleh. Ada batik yang berminggu – minggu kugeletakkan di mobil, dan tinggal membungkusnya dengan kertas kado, dan siap dijadikan buah tangan !!

Ibu angkatku, Sukadiah Pringgohardjoso, adalah mantan diplomat senior yang malang melintang di masa Bung Karno, pada tahun ’56 hingga beliau pensiun pada tahun ‘86 sebagai salah satu direktur di DepLu setelah sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Denmark. (Jurusan Hubungan Internasional – UGM dikenal sebagai jurusan yang menelurkan demikian banyak diplomat senior !!)

Jika ingat bagaimana aku mengenal beliau bahkan kisah hingga diangkat anak, benar – benar tak terduga !! Ketika aku SMA, aku memang ingin menjadi diplomat,…tetapi karena pengaruh kakak yang besar sekali – akhirnya aku memilih jalur yang makin melenceng dari dunia diplomasi : jurusan IPA, dan lanjut ke Teknik !!
Saat aku kelas 2 SMA, aku membaca profile beliau di ‘Femina’ yang membuatku amat mengaguminya - menjadikannya sebagai idolaku dan sumber inspirasiku - dan kemudian aku memberanikan diri menulis surat ke Denmark,..yang hingga saat ini masih kuingat alamatnya: Orehoj alle 29 – Hellerup, Copenhagen – Denmark.

Saat itu beliau menyampaikan bahwa jika aku berminat menjadi diplomat, harus mengasah kemampuan bahasa Inggrisku melalui kursus di British Council. Akhirnya kukatakan,.’forget it!’ karena kutahu arah yang kutempuh makin jauh dari dunia diplomasi.

Beliau membalasnya, dan sejak saat itu kami terus berkomunikasi hingga akhirnya beliau kembali ke Indonesia.
Ibuku ini menguasai multi bahasa, sekitar 7 bahasa : Indonesia, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Itali, Spanyol. Sementara aku,..2 bahasa saja nggak ada yang benar (eh 3,.termasuk bahasa Jawa ) !!!

Di Indonesia, aku rutin mengunjungi beliau. Dari beliau masih tinggal di Pondok Indah, hingga pindah ke Cidodol. Beliau juga mengikuti setiap fase gelombang kehidupanku : dari baru lulus kuliah, bekerja, menikah, melahirkan anak, bercerai, hingga kini.

Setiap dasa warsa ulang tahun beliau biasanya dirayakan bersama sahabat dan rekan – rekannya ex DepLu. Perayaan besar – besaran ketika beliau berultah ke -70, 10 tahun lampau dirayakan di Gedung pertemuan DepLu (lupa namanya !! kalau nggak salah ‘Caraka Loka’) di Sisingamangaraja. Dan jadilah saat itu seperti reuni para diplomat : dari yang muda sampai senior tumpah ruah di sana !!!

Beliau juga yang selalu mengajarkan konsep kebersahajaan dan hidup hemat, sehingga bisa menabung untuk hari tuanya. Konsep’mutih’ untuk melawan hawa nafsu, konsep berhemat dengan cara langsung pulang ke rumah, selepas bekerja, tanpa perlu berbelok ke mall atau restoran…atau sekedar ngopi

Beliau 10 tahun lalu masih aktif menjadi salah satu dewan penasihat Trisakti, dan hingga kini setia menjadi salah satu pengurus YKI ( Yayasan Kanker Indonesia). Makanya beliau begitu prihatin mendengar ceritaku bahwa Ewo mulai merokok.

Keaktifan beliau di yayasan sosial, makin bertambah dengan menjadi dewan pengurus dan penyantun sebuah panti asuhan dan SD bagi anak – anak kurang mampu – yayasan Sosrokartono – di daerah Muara Karang.

Di usia yang menjelang 80 tahun, beliau masih amat bugar, dengan ingatan yang masih tajam dan tak tampak tanda – tanda demensia / pikun, pendengaran juga masih baik. Satu – satunya perubahan adalah syaraf mata sebelah kanan yang lemah– yang sedari puluhan tahun silam memang tampak agak bermasalah – yang membuat kelopak mata kanan beliau agak tertutup. Selain itu,..tak ada beda seperti 20 tahun silam !! Cara berbicara beliau juga masih runtut, satu per satu, dengan artikulasi yang jelas. Luar biasa !!

Aku bersyukur bahwa akhirnya aku dapat menjalin tali silaturahmi kembali dengan beliau. Meski terbersit rasa bersalah, telah memutusnya selama hampir 5 tahun, tanpa kabar berita,…hingga tak lagi ada ucapan selamat ulang tahun,…atau mengirimi Ibu parfum dan kosmetik favoritnya. Aku tak perlu menunjukkan ‘perubahan’,..bahkan ketika ‘perubahan’ itu tak terjadi,…Ibu tetap menerimaku sebagai anak hilang yang dirindukannya…
Dan aku berjanji takkan pernah lagi meninggalkan beliau,…terutama di saat – saat beliau membutuhkan teman untuk berbagi cerita…

Satu yang kuingat,..keluarga tercinta adalah tempat di mana aku akan selalu menemukan kehangatan kasih sayang dan cinta tanpa pamrih, betapapun kelam cerita perjalanan hidupku….

Singapore, 2 Juli 2006
12.00 am

No comments: