Sunday, July 02, 2006

BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG TELAH MENYAKITI KITA


Sekitar 9 atau 8 tahun yang lalu, ketika aku mulai mengenal konsep tasawuf, ada seorang nara sumber KKA (Kuliah Kajian Agama)- Paramadina yang mengingatkan peserta bahwa ‘Mencintai orang yang kita cintai adalah pekerjaan yang mudah sekali.’ ...karena akan kita lakukan dengan sukarela, senang hati, sepenuh perasaan dan segenap jiwa. Tetapi ketika kita berhadapan dengan situasi sebaliknya : seseorang yang kita ‘benci’, karena telah menyakiti kita,...maka apakah kita juga tetap mesti mencintainya ??? Kita hanya boleh membenci perbuatannya, yang menyebabkan kita tersakiti, dan bukan orangnya !! Kita mesti memaafkan dia atas perbuatan ‘bodoh’ dan ‘khilaf’nya yang tak disadari telah menyakiti hati kita, dan memohon semoga Allah membukakan mata dan hatinya agar menyadari kesalahannya. Dan itu hanya bisa kita lakukan, jika kita tak lagi memiliki dendam di hati...

Mencintai orang yang menyakiti kita adalah suatu perbuatan yang luar biasa indah,..sepanjang itu dilakukan sepenuh hati. Karena tak ada tempat bagi dendam dan benci !! Seperti yang dilakukan oleh Nabi, kepada seorang Yahudi buta yang demikian membenci dan menjelek – jelekkan Nabi ke semua orang, padahal justru Nabilah yang memberinya makan dan menyuapinya setiap hari tanpa si Yahudi ini tahu siapa orang yang menyuapinya!! Hingga ketika Nabi meninggal dan sahabat Nabi ( Abubakar ??) – meneruskan kebiasaan Nabi - menyuapinya, maka terasa beda cara menyuapinya, sehingga ia bertanya ke manakah orang yang biasa menyuapinya. Ketika disampaikan bahwa orang yang biasa menyuapinya, Nabi Muhammad saw, telah berpulang ke rahmatullah, maka menangislah orang tsb !!! Ia tak menyangka bahwa Nabi yang selalu dijelek – jelekkannya itu memiliki hati amat mulia, dan tak membenci bahkan tak mendendamnya !!! Akhirnya orang ini memeluk Islam.

Inilah cara ampuh agar orang yang menyakiti kita sadar bahwa kita tetap berlaku baik padanya, seolah tak ada sesuatupun terjadi , yang pada akhirnya akan berbalik membuat ia malu dan meminta maaf pada kita, karena menyadari kebesaran hati dan jiwa kita.

Mudah untuk diucapkan, sulit untuk diamalkan !! Tetapi satu yang mesti diingat : apakah kita jadi lebih bahagia karena hidup bersama dendam, yang membakar akal sehat kita ? Sementara dendam akan menggerogoti hati kita, hingga penuh lubang ? Dendam juga seperti api yang membakar kebaikan.....Apakah orang yang menyakiti kita jadi lebih menderita hidupnya karena dendam kita ??? Tidak juga, kan ?? Jika dalam keadaan amat teraniaya, ucapkan do’a sebagai orang teraniaya. Dan cukuplah itu bagi kita !! Selebihnya, biarkan menjadi urusan Sang Khalik, Sang penguasa alam semesta

Biarkan dunia damai dalam rengkuhan kasih dan senyum…..tanpa ada dendam yang menyulut api permusuhan !!

BNI, 2 Juli 2006

06.00 am

No comments: