Sunday, December 18, 2005

TAHI KAMBING RASA COKLAT :


Perasaan hati dan neuro transmitter

Kita sering beranggapan bahwa rasa yang ditimbulkan makanan yang kita makan adalah murni hasil dari bahan baku dalam makanan olahan tersebut.
Padahal, pada kenyataannya tidak seperti itu.
Sering kita mencoba jenis makanan yang baru, di suatu restoran. Kesan pertama yang timbul, enak sekali. Sehingga kita ingin lagi datang dan kembali di kesempatan lain. Setelah kembali untuk ke -3, 4, 5 x dst, bisa jadi sensasi rasanya tak seheboh seperti pertama kali kita mencobanya. Mengapa hal ini bisa terjadi ?

Suasana hati akan mempengaruhi rasa makanan :
Jika kita sedang bersedih, maka makanan seenak apapun, akan terasa tak enak di lidah kita. Bisa jadi kita mengatakan makan I fu mie serasa makan tempe goreng tanpa garam. Porsi yang biasanya habis kita lahap, bisa tersisa setengahnya, karena kita kehilangan selera makan. Ini bisa terjadi pada orang yang patah hati, atau kehilangan orang terkasihnya karena meninggal.

Kesan yang timbul dari mengecap makanan, tak melulu hanya dari rasa makanan itu saja, melainkan juga dipengaruhi oleh suasana hati orang yang sedang makan tsb.
Hati akan mengirim pesan ke otak, bahwa mood yang baik dari orang tsb, kegembiraan yang meliputi suasana hati, membuat pesan yang sampai ke otak adalah : rasa masakan tsb enak.

Demikian pula makanan yang diberi MSG (mono sodium glutamate) yang berfungsi untuk memperbaiki rasa (flavor enhancer), maka pesan yang sampai di otak kita : makanan tsb. terasa lebih enak, sekalipun sebenarnya si pemilik restoran atau tukang bakso menggunakan bahan baku yang inferior dan terbatas bumbu – bumbunya, sehingga pada akhirnya dapat menaikkan marjin keuntungannya. Penggunaan MSG saat ini sudah amat berlebihan dan tidak baik bagi kesehatan. Semua masakan Cina menggunakan MSG, dan tak cukup hanya mengandalkan kekuatan bawang bombay dan bawang putih plus garam saja. Semua junk food : burger, ayam goreng, dll, juga mie instant menggunakan MSG dengan kadar yang cukup tinggi. Masakan siap olah seperti frozen sausage, chicken nugget, bakso, dll semuanya menggunakan MSG. Bahkan membuat sambalpun mesti menggunakan MSG. Rujak, gado – gado dan tempe tahu di iklan TVpun menggunakan MSG. MSG ini dapat terbungkus sebagai bumbu masak lain, yang menggunakan MSG sebagai salah satu bahan baku atau ingredientnya. Film yang diperankan Jane Fonda di tahun 1978, “China Syndrome” menunjukkan bahaya MSG yang kita konsumsi, dalam tubuh kita : dari pusing dan berat di tengkuk, rasa haus berlebihan yang timbul sesudah makan masakan dengan MSG. Jadi, bisa dibayangkan, semakin sering kita makan di luar, semakin tak terkontrol asupan MSG yang terakumulasi di tubuh kita. Boleh saja kita meminta kepada tukang bakso atau penjual nasi goreng keliling untuk tidak menggunakan MSG,..tetapi sebenarnya bahan dasar yang mereka buat, yang sudah tercampur dalam kuah bakso, atau bumbu dasar sambal nasi goreng, sudah mengandung MSG…, sehingga permintaan kita hanya sekedar mengurangi penggunaan MSG dalam makanan jajanan kita, tetapi tak dapat meniadakannya sama sekali. Bahkan sebuah merek terkenal dari Belanda “xxx..block” yang berbentuk kubus kecil, untuk membuat kaldu sapi atau ayam, juga menggunakan MSG sebagai bahan bakunya. Penggunaan MSG dari sisi produsen dan konsumen merupakan industri multi milyard USD ….

Aku tak pernah menggunakan MSG sejak puluhan tahun yang lalu . Karena aku percaya, tanpa MSG, sepanjang kita ‘berani’ menggunakan bumbu (bawang merah dan putih)
dalam jumlah banyak, dan takaran bahan lainnya pas, maka rasa makanan itu akan enak dengan sendirinya.

Makanan akan mempengaruhi suasana hati kita :
Orang yang sedang jatuh cinta, akan merasakan semua makanan sebagai sangat enak, sehingga cenderung makan secara berlebihan dibanding biasanya. Tak heran jika almarhum Gombloh sampai membuat lagu yang liriknya bertutur “Tahi kambing rasa coklat”,.untuk menunjukkan bagaimana suasana hati orang yang sedang bahagia, akan mengubah makanan yang seharusnya berbau busuk, sebagai rasa coklat yang enak.

Jika tadi suasana hati dapat mempengaruhi rasa makanan, sehingga pesan yang sampai di otak : makanan tsb enak, maka hal sebaliknya juga dapat terjadi. Kita dapat memilih makanan yang kita makan, untuk membangkitkan suasana hati kita menjadi berenergi positif : hati berbunga – bunga dan penuh rasa cinta.

Coklat mengandung theobromine, yang mengandung khasiat seperti caffein. Juga mengandung phenylethilamin yang membuat serotonin dalam tubuh kita aktif berproduksi, menumbuhkan rasa gembira dan cinta, sehingga cocok dikonsumsi saat kita stress atau moody saat menstruasi.
Jadi, bisa dimengerti mengapa coklat dipilih sebagai hadiah khusus saat hari Valentine, karena sangat cocok untuk membangkitkan rasa cinta pasangan kita…..

BNI, 18 Desember 2005
10.30 am

No comments: