Thursday, May 01, 2008

TEST DRIVE AND PRENUPTIAL AGREEMENT (part : 2 )

ww.
Masih kuingat celetukan salah seorang temanku yang tinggal di UAE, setahun silam. Ia saat itu mengatakan betapa tidak mudahnya untuk memilih perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya, setelah kegagalan pernikahan pertamanya . Mengapa jadi sulit ? Ternyata dalam berhubungan dengan perempuan, ia telah memulai dengan negative thinking, seolah perempuan yang dekat dengannya, berminat mengincar hartanya,…dan bukan menawarkan cinta sejati !! Huahaha,..hampir tesedak aku sewaktu mendengar penjelasannya !! Sombong and pede kali kau ..!! Karena kalau dipikir – pikir, apa sih ke’unggul’an dia yang membuatnya merasa di atas angin ? Penampilan fisik, ya biasa – biasa sajalah, dengan perut yang jauh dari 6 packs, sekalipun masih menyisakan raut ketampanan masa muda. Jabatan dia di beberapa perusahaan, juga tak membuat perempuan terkagum – kagum. Kalau dia memiliki saham dan menjadi komisaris di beberapa perusahaan, itu sudah sewajarnya mengingat lama masa kerjanya !!

Ia sering mengatakan, sekalipun saat traveling suka diajak ke daerah lampu merah seperti Patpong, ia tak pernah tertarik, karena orientasinya adalah komitmen jangka panjang. Hal ini sungguh tak konsisten dengan cara ia memperlakukan perempuan , seperti mobil yang perlu di’test drive’ sebelum merasa ‘click’,..sehingga berlaku hipotesa terbalik : strong emotional attachment hanya bisa dicapai bila ‘test drive’ telah dilakukan dengan hasil excellent !! Dengan itu ia akan memutuskan akan melangkah lebih jauh. Jadi, bila itu ukurannya, rasanya bukan ‘love’ yang ada, tetapi ‘lust’ comes first, dan tidak tepatlah istilah ‘make love’ karena orang bisa melakukan coitus tanpa perasaan cinta (seperti PSK : ‘provider sayang & kasih’ hehe) , sedangkan dengan cinta, maka coitus bisa lebih indah !!
So,…bisa dikatakan padanan pengganti yang tepat untuk ‘make love’ adalah ‘have sex’ !! Untuk menghindari pengerdilan makna !
Tak pentinglah perasan nyaman dan komunikasi yang nyambung ketika berada di dekat partner, juga tak perlu disebut strong chemistry, dan click ketika bertemu, jika ujung – ujungnya final and mandatory screeningnya ada di ‘test drive’ tadi !!

Berangkat dari pemikiran dangkal dan kePDan yang kebablasan dari temanku ini, aku mengingatkannya untuk melakukan prenuptial agreement dengan si calon istri, supaya kepemilikan hartanya sebelum menikah, tak berkurang sejengkalpun !! (dia lupa, kalau kita mati, cuma perlu tanah ukuran 2 x1m!!). Syukur – syukur kalau dia bisa menemukan perempuan yang dia padankan dengan mobil tadi !!
Yang jelas, aku perempuan yang sangat tersinggung dengan cara pandangnya ini, sehingga pembicaraan dengannya mengenai hal ini selalu berujung ke kekesalan, karena tak pernah ada titik toleransi !!

(apa dan bagaimana “Prenuptial Agreement”, baca topic tsb di blogku, Juni '06)

Senayan City - tengah hari yang menyengat, 2 Mei '08