Sunday, May 04, 2008

FOCUS dan PRINSIP PROJECT MANAGEMENT

hilxq
Aku amat memahami bahwa ada perbedaan signifikan antara perempuan dan laki – laki, dalam menangani pekerjaan.

Perempuan (baca : termasuk aku) biasa mengerjakan beberapa hal pada saat yang sama. Ini bisa dibuktikan dengan mudah. Pada saat yang sama : sambil merebus sup,ia menghangatkan lauk, dan menanak nasi, kalau perlu sambil menelpon teman rumpies. Dibutuhkan koordinasi prima dan perhatian tinggi agar tak ada salah satu aktifitas yang gagal. Demikian pula aku, di kantor biasanya sambil menerima telpon, bisa menganalisa report. Atau sambil mengikuti meeting, aku membaca report atau membuka laptop. Sehingga mungkin karena itu perempuan tidak pernah benar – benar tuntas – tasssss, untuk urusan di luar itu !! Sementara aku mengalami dari beberapa mantan boss laki – laki, mereka hanya bisa focus mengerjakan satu aktifitas pada satu saat. Jika aku mendatangi ruangan mantan bossku, dan ia sedang mengetik email, maka ia akan selalu berkata “ sebentar ya,…saya selesaikan dulu emailnya. “ Dan jika ia kupaksa untuk mendengarkan updateku sambil membaca email, bisa dipastikan ia akan menolak !!

Ada seorang temanku (yang amat rasional!), amat focus dan hanya mengerjakan satu goal untuk kehidupan pribadinya, pada satu saat. Ia tak menerapkan teori Project Management, di mana beberapa goal dapat dilakukan secara paralel, sepanjang dilakukan monitoring terhadap durasi dan hasilnya. Dan yang mesti diawasi dengan seksama adalah critical path, yaitu aktifitas yang memiliki durasi terpanjang dari suatu goal, yang akan menentukan keberhasilan aktifitas2 lainnya !! Semakin banyak aktifitas yang tak dapat dilakukan parallel dan tak ada overlap, di mana aktifitas berikutnya hanya dapat dimulai hanya apabila aktifitas sebelumnya telah 100% selesai. Maka dalam situasi ini, hampir semuanya menjadi critical path. Ini akan menggiring hidup kita menjadi semakin kritis, karena tak ada slack time / interval waktu/ pause , di mana kita bisa sedikit melambatkan langkah dan irama kehidupan kita, santai dan leyeh – leyeh !! Dan akan semakin mudah stress kita !

Tetapi ia selalu beralasan bahwa hanya dengan focus pada satu goal pada satu saat, maka akan meyakinkan deliverable goal tsb dapat 100% tercapai. Ia lupa, bahwa waktu berkejaran dengan usia kita !! Karena hanya satu goal pada satu saat, maka untuk mencapai 4 goal yang juga menjadi ‘dream’nya yang telah menjadi ‘blue print’ kehidupannya, dibutuhkan waktu yang jauh lebih panjang, dibanding jika ia melakukannya secara parallel.

Contohnya, ia tak perlu menunda menikah, jika goalnya adalah melanjutkan study masternya, hanya karena persepsinya (what if scenarionya) mengatakan, jika ia menikah, maka kecil kemungkinan istrinya akan mendukung goalnya untuk study lagi, karena lebih baik tabungannya digunakan untuk membeli rumah yang lebih besar, tabungan pendidikan anak dan hal – hal lain yang lebih bermanfaat bagi keluarga!
Mungkin ia lupa mempertimbangkan, bahwa dalam hidup ini tak semuanya bisa dihitung secara eksakta, sehingga selalu ada factor x (yang membuat ‘surprise’ dalam hidup ini) di mana si istri dapat memiliki semangat berkorban : rela mendowngrade standard hidup keluarga, dan memberi 100% dukungan demi tercapainya goal suami. Demikian pula aktifitas sosial bagi orang – orang tak mampu, atau bahkan menjadi philanthropy, bisa dilakukan berbarengan dengan memiliki karir tinggi, mempunyai keluarga yang memberi ‘abundant love’ dan jadi situmulus untuk ‘do the best’, dan sekaligus melanjutkan study.
Sayang rasanya jika untuk bisa melanjutkan study mesti mengorbankan karir cemerlang dan berhenti bekerja selama 1.5 – 2 tahun. Padahal justru hasil study itu bisa diterapkan untuk mendukung karirnya, agar lebih mantap melakukan eksekusi.

Pelahan, aku melihat ia mulai berubah, dan siap untuk berkompromi dengan prinsip project management : melakukan beberapa goal pada satu saat, dengan meminimalkan resiko, dan cermat mengukur durasi pencapaian setiap aktifitas.

BNI - ditingkah bau tanah basah, seiring hujan deras – 4 Mei ‘08
04.13 sore