Sunday, March 23, 2008

BEING A ’JOJOBA’ FOREVER



Thx to someone who inspired me to write this topic

Percayalah, dalam hidup ini cukup banyak orang yang menggunakan kacamata berbeda ketika menanggapi suatu peristiwa sama, yang menimpa gender yang berbeda !!

Hal ini tampak ketika seorang pria, yang dari kacamata orang sekitarnya, memiliki semua syarat yang mesti dipenuhi oleh pria yang siap menikah : ‘ A class product’ (hmm supply chain bangetzz !), cukup umur, hot hunk dengan penampilan 8++, dan full ke’pribadi;an, hehe … memiliki karir menjanjikan : eksekutif, rumah pribadi di ring-0 Jakarta, account pribadi di bank, mobil pribadi dan ‘pribadi – pribadi lainnnya’, yang membuat ia tampak ‘sempurna’, secara eksplisit dan konsisten menyatakan keinginannya untuk tidak menikah. Hal yang membuat orang sekitarnya merasa terheran – heran dan prihatin, dan merasa ada yang salah dengan keputusan pria ini,..apalagi jika dilihat dari demand terhadap pria yang lebih tinggi, dibanding supplynya (memang FMCG ?? hehe) !! Sehingga setiap teringat pria ini, mereka akan melontarkan tanya “apa kabar si X,...apa sudah married?” Atau yang lebih parah, salah satu anak buahnya dengan semangat ’45 malah ingin menjadi match maker,…mencarikan pasangan yang cocok buat dia,….sehingga semua perempuan yang dijumpai si anak buah, ditanyai statusnya apa !!
.
Padahal bukan match maker yang dia butuhkan, melainkan head hunter hehe (Tanya kennappaa…??) !! Huhuhu,..kita yang mendapat pertanyaan atau permintaan seperti ini, cuma tersenyum – senyum saja. Karena semua terpulang pada preference si hot hunk ini : No married !! Dan ini benar – benar hak dia yang gak bisa diganggu gugat, kecuali oleh Aishwarya Rai ...(hmm..apa hubungannya, coba ??).
Sampai kadang – kadang jadi agak kelewatan, ketika ada yang bercerita agak menjurus ke parno,…maka ia akan tersipu – sipu malu seolah merasa tak pantas mendengarnya

Justru kita mestinya menanyakan kepada rekan – rekan kerjanya yang penasaran dengan keputusannya tidak menikah ini : apa salahnya dengan preferensi dia ? Jika keputusan itu dibuat, karena beberapa kemungkinan : misal, ada pengalaman pahit atau luka batin masa lalu yang membuatnya merasa lebih baik tidak menikah daripada mengecewakan orang – orang yang dicintainya : anak – anak yang terlahir, atau pasangan hidupnya , atau takut berkomitmen dengan lembaga pernikahan karena jiwanya yang bebas, atau karena probability keberhasilan menikah itu 50% : 50%, dan ia takut bahwa ia menjadi lebih tidak sebahagia dibanding apa yang telah ia rasakan selama ini, maka hargailah hak dia !! Kita tak bisa menggunakan ukuran dan standard kepatutan kita bagi orang lain !! Aku amat menghargai dia yang dengan lantang dan sepenuh kesadaran mengatakan : Being a Jojoba (jomblo – jomblo bahagia) forever !! Menjadi kelompok minoritas bukanlah hal tercela !
Bisa jadi dengan tingkat relijiusitas dia yang tinggi, dia bisa lebih banyak memfokuskan diri pada pelayanan Tuhan. Dan dengan deklarasi sejak dini ‘being single forever’ ini, malah menghindari terjadinya penyakit ‘patah hati akut’ dari cewek – cewek, yang tidak perlu buang waktu dan tenaga untuk menarik perhatiannya !!

Ternyata, pria lajang lebih banyak menarik perhatian sekeliling, dibanding wanita lajang, yang secara populasi memang lebih tinggi !!

BNI, March 23,’08
09.00 pm