Friday, March 21, 2008

BATIK, OUR CULTURAL HERITAGE



































































Setelah santer terdengar mengenai Malaysia yang akan meng-claim batik sebagai warisan budaya mereka, aku merasa tertantang dan tergugah untuk memakainya. Apabila sebelumnya orang selalu merasa bahwa batik itu identik dengan busana ke kondangan atau hajatan resmi, yang cuma pantas dipakai orang – orang berumur, maka aku ingin buktikan bahwa batik itu sesuai dan OK digunakan di segala kesempatan : santai, kerja, resmi, atau berlibur !! Semua tergantung corak, warna dan model !!

Maka mulailah Januari lalu, aku membongkar koleksi lama sarung – sarung pesisiranku yang sudah berusia 10 tahun, yang tak pernah aku pakai lagi sejak 7 tahun silam, setelah aku tak aktif lagi di Kuliah Kajian Agama Paramadina . Akhirnya, kudaur ulanglah sarung – sarung tersebut menjadi batik yang trendy dan fashionable, untuk santai dan bekerja !! Dan hebohnya adalah : setiap helai batik selalu memberi kejutan saat menjadi sehelai pakaian, karena motif tumpal pada sarung yang bisa ditempatkan secara tak terduga, di mana saja, sehingga memberi variasi tak terbatas ! Dan karena batik ini sudah kaya corak, maka model pakaian yang dipilih cukup sederhana saja, agar tetap menonjolkan keunikan motifnya.

Setelah sukses proyek pertamaku,...maka kulanjutkan dengan proyek selanjutnya : kuambil stola lebar, scarf dan selendang pasangan jarikku yang tak pernah kugunakan lagi, lalu kudaur ulang menjadi pakaian kerja. Juga beberapa kain batik Maduraku yang teronggok bertahun – tahun, bingung akan kujahit menjadi model apa, akhirnya sukses diubah menjadi baju cantik. Asal tahu saja, semua batik Madura, pasti batik tulis !!! Motifnya ada 2 : motif Bangkalan yang lebih kasar, besar – besar dengan warna yang lebih berteriak : Hijau, merah, jingga. Atau motif Tanjung bumi dari Pamekasan, dengan ’cecek’ (titik titik kecil halus di motifnya !! semakin halus ceceknya, semakin mahal harganya !) yang halus, dan motif serta warna yang high-class : biru tua, coklat, dan merah tua !!

Masih kurang banyak,...maka kudatangi pameran kerajinan Indonesia, dan kubeli beberapa helai batik Pekalongan, dan Cirebon. Beberapa kubagikan sebagai hadiah bagi teman – teman yang berulang tahun.

Tak kurang akal, kusulap kain batik gendongan bayi yang seperti saringan tahu saking tipisnya, dan super murah, menjadi sehelai baju yang cantik ! Juga taplak motif Cirebon yang kubeli di ’Alun – alun Indonesia’, kusulap menjadi baju. Batik bisa dipadu dengan legging, cardigan, bahkan bisa dijadikan aksentuasi dililit di pinggang, seperti baju teluk belanga , atau abang betawi !! Tergantung kreatifitas kita memadu padankannya

Hmm,.jadilah aku pelopor pemakaian batik versi baru,...yang membuat teman – teman kerja mengikutiku !! Padahal sebelumnya,.salah seorang anak buahku telah bertahun – tahun memakai batik di hari Jum’at. Tetapi ia memilih motif standard, dengan desain standard yang telah bertahun – tahun beredar.

Sebenarnya, aku sudah lama mengoleksi batik, tetapi tidak untuk dijadikan pakaian. Banyak scarf batik dalam berbagai warna, yang kukoleksi sejak 10 tahun silam, sebagai aksen untuk busana kerja. Hanya saja, karena di kantorku yang sekarang ini busana kerjanya lebih casual, maka koleksi scarf batikku teronggok tak terpakai. Ada satu scarf kesayanganku yang motif jumputannya luar biasa indah dan tak pernah kutemui di mana - mana, berwarna sogan, kubeli 10 tahun silam dengan harga yang cukup menguras kantong, karya seorang pembatik yang telah almarhum.

Setiap aku bepergian ke daerah di mana terkenal akan batiknya, maka aku akan membeli scarfnya. Dan scarf ini biasa kupakai jika ada tamu dari negara lain datang ke Indonesia, atau jika aku menghadiri regional meeting. Bahkan jika ada teman chatku yang datang ke Indonesia, aku suka memberi hadiah batik lawasan.

Jenis batik lain yang kadang kubeli adalah stola atau syaal lebar yang biasa digunakan untuk pelengkap busana pesta. Kadang ia sudah menjadi satu paket dengan jarik panjang sutra, atau dapat dibeli terpisah. Ada satu stola kesayangan berwarna hitam putih, dari batik Prayudi, sebelum ia meninggal dunia. Motifnya indah sekali, dan cocok digunakan pagi atau malam hari. Stola ini juga yang nyaris berpindah tangan ketika diminta oleh ibu mantan teman dekatku, ketika aku datang ke pesta Natal mereka di Hamburg sekian tahun silam.

Aku bukan pencinta batik Solo atau Yogya yang berwarna sogan, coklat. Aku lebih menyukai gaya pesisiran yang lebih ’jreng’ ,berteriak warnanya, dan lebih ekspresif, seperti batik Madura, Cirebon, Pekalongan dan Laseman. Kalaupun aku memilih batik Solo / Yogya, maka aku akan memilih batik lawasan dengan warna pudar, yang bisa jadi setelah 1x-2x kugunakan, akan sobek karena bahan kainnya tipis dimakan waktu (hehe,..seperti nasib daster – daster malangku) ! Baju dari batik lawasan yang desainnya cantik, justru banyak kutemui di Bali : di Seminyak ataupun Ubud

Cantik tidaknya sebuah kain batik menjadi sehelai baju, tak bergantung pada mahal tidaknya kain batik tsb, jadi tak selalu bahan batik sutra akan selalu kelihatan lebih wah dibanding bahan primissima atau prima !! Dan kain batik yang tampak tidak cantik ketika dibeber ini, belum tentu menjadi tak cantik ketika diolah menjadi baju !!

Aku tak akan membuat pakaian dari batik yang amat cantik coraknya, dan unik serta jarang ditemui warnanya ..karena lebih baik jika tetap menjadi sehelai sarung atau jarik...., yang siap di’beber’ (bahasa Jawa, yang artinya : dibentangkan lebar – lebar) agar terlihat motifnya, dan tercium bau khas batik (aku suka sekali mencium bau batik, selain mencium udara bau tanah sesudah hujan).

Beberapa batik yang benar – benar antik dan telah tipis kainnya karena termakan usia, warisan ibuku, tetap kusimpan dan hanya kuangin - anginkan sesekali, agar tak lembab.

Untuk mengurangi rasa penasaranku tentang batik, kusempatkan juga untuk mengunjungi Museum Tekstil di KS Tubun dekat tanah Abang. Aku berpikir bahwa akan kutemui koleksi lengkap batik beserta sejarahnya, dari seluruh daerah di Indonesia. Tetapi aku kecewa, manakala yang kujumpai hanyalah batik yang tak cukup lengkap koleksi dan datanya. Apalagi dengan tiket masuk yang berharga lebih murah dari sebotol teh,..maka tak banyak yang bisa kita harapkan dari museum ini, yang tampak tua dan kusam !! Seharusnyalah tiket masuk museum dibuat lebih mahal, tetapi dengan kualitas perawatan dan display yang lebih menarik, serta jam buka yang lebih panjang, terutama saat liburan, sehingga membuat bangsa kita sendiri menganggapnya sebagai sesuatu yang layak untuk didatangi dan dinikmati !! (Bandingkan tiket masuknya dengan Museum ’Antonio Blanco’ di Ubud ...!!)
Akhirnya, kulanjutkan untuk melihat kursus membatik di gedung bagian belakang museum ini, yang ternyata banyak diminati oleh orang Jepang dan anak – anak International School. Aku ingin mengikuti kursus membatik kilat ini,,..tetapi tak sanggup jika mesti seminggu sekali datang ke tempat yang macetnya minta ampun ini !! Mungkin aku akan memilih untuk menggabungkan kursus ini , dan mengikutinya dari pagi hingga sore hari, 2 hari berturut – turut, dan lebih praktis pergi ke sana dengan naik kereta api !!

Dari Museum Tekstil, aku menuju JaCC yang menawarkan beragam batik !! Ternyata, kios batiknya tidak menawarkan batik – batik yang menggoda mata untuk membeli : mereka masih menjual batik – batik standard : daster, kemeja pria, dengan kualitas dan desain biasa – biasa saja, seperti yang kujumpai 10 tahun silam !! Jika ada, malah kujumpai batik yang diprada (diberi aksentuasi emas) atau dipayet, yang malah menghilangkan kesan otentiknya !!

Akhirnya, untuk mengurangi kekecewaanku, aku pergi ke ’Alun – alun Indonesia – Seibu’ Grand Indonesia, yang berada di seberang JaCC. Hmmm,...luar biasa desain dan kreatifitas mereka, para desainer Indonesia, terutama Edward Hutabarat !! Corak batik yang indah - indah, disertai desain baju yang memesona, dengan harga baju yang menakjubkan, membuatku merasa bahwa batik pantas disandingkan dengan baju – baju desainer luar negeri.

Sudah saatnya batik menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan anak negeri ini bangga untuk memakai batik di segala kesempatan !!

BNI, 21 Maret -08
09.55pm